Akhlak
Eksistensi Ilmu Akhlak
Ahlulbaitindonesia.or.id – Ilmu akhlak, yang merupakan cabang dari al-Hikmah al-‘amaliyah, memandang dimensi lain dalam eksistensi manusia dan mengarahkannya pada masalah tempat kembali dalam gambaran Qurani yang paling indah.
Allah Swt befirman: Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. asy-Syams: 7-10)
Nafs adalah esensi hakiki bagi manusia. Kandungan hakikinya adalah yang menentukan perjalanan manusia menuju kebahagiaan dan kesempurnaan, yang menjelaskan tempat kembalikya pada masa datang dalam kesengsaraan dan kegagalan atau dalam kemenangan dan kenikmatan. Selama seseorang bersifat materialis membatasi pandangan pada alam fisik dan hubungan materi atau mengarahkan pandangan padanya, dirinya menjadi manifestasi dari apa yang Allah Swt firmankan: … Sungguh rugi orang yang mengotorinya.
Sayyid Abbas Nuruddin, Menerbitkan Cahaya Diri
Baca juga : Musuh Paling Keras
Akhlak
Musuh Paling Keras
Musuh Paling Keras
Rasulullah saw bersabda, “Musuh paling keras bagimu adalah dirimu (nafsumu) yang berada di antara kedua tulang rusukmu.” (Mizan al-Hikmah, VI, hal. 95)
Karena diri manusia adalah musuh paling keras bagi manusia, maka manusia wajib menundukkannya. Jika dirinya (nafsunya) telah ditundukkan maka manusia dapat menjadikannya sebagai tunggangan untuk melakukan kebajikan, dan dapat mengerjakan segala kebajikan yang menjadi kewajiban dan meninggalkan segala keburukan yang wajib dihindarinya.
Baca juga : Sebab Keutamaan Diam
Allah Swt befirman: Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS asy-Syams: 7-10)
Manakala manusia telah menyucikan dirinya, dan menjadikannya berada di bawah perintah akalnya, maka ia akan mampu mempersiapkan lahan yang baik baginya untuk berbuat dan bertindak secara bijak dan lurus dalam semua medan kehidupan.
Khalil Musawi, Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda
Baca juga : Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq
Akhlak
Sebab Keutamaan Diam
Sebab Keutamaan Diam
Diam itu lebih utama lantaran lidah memiliki banyak bahaya seperti dusta, menggunjing, mengadu domba, memaki, berdebat (demi mencari kemenangan), ikut campur urusan orang lain, menyakiti orang lain, menyingkap aib orang lain, dan lain-lain.
Bahaya lidah bisa disebabkan lantaran tabiat seseorang atau berasal dari tipuan setan. Orang yang terjebak dalam bahaya lidah jarang yang mampu menggunakan lidahnya untuk hal yang penting dan menahannya dari hal tak penting. Ini disebabkan sulitnya mengetahui kapan seseorang harus berbicara dan kapan harus diam.
Baca juga : Musuh Paling Keras
Oleh karena itu, diam jauh lebih utama. Di samping itu, diam membuat orang berwibawa dan memberinya waktu luang untuk merenung, beribadah, dan berzikir. Diam juga akan menghindarkan manusia dari dampak negatif bicara di dunia dan hisab atasnya di akhirat.
Allah Swt befirman: Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS. Qaf: 18)
Fidha Kasyani, Mengobati Penyakit Lisan
Baca juga : Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq
Kisah
Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq
Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq
Seorang lelaki menemui Imam Ja’far Shadiq as dan berkata, “Sepupu anda, si fulan, telah melontarkan berbagai kata-kata keji kepada anda.” Imam Ja’far Shadiq as kemudian memerintahkan pembantunya, “Ambilkan air untuk berwudu.” Kemudian beliau berwudu dan melaksanakan salat.
Perawi berkata, “Pasti Imam akan mengutuk sepupunya itu.” Setelah Imam Ja’far Shadiq as menunaikan salat dua rakaat, beliau berdoa, “Ya Allah, aku tidak bersalah, dan aku memaafkannya.” Kemurahan dan kedermawanan-Mu melebihi diriku, maafkanlah ia dan janganlah Engkau menyiksanya lantaran perbuatannya.”
Imam Ja’far Shadiq as senantiasa berdoa untuk orang yang telah melontarkan kata-kata keji kepada beliau. Perawi berkata, “Saya merasa kagum atas kelembutan hati beliau.”
Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan
Baca juga : Orang Bakhil
-
Doa-Doa2 years ago
Doa Kumail dan Nabi Khidhir
-
14 Manusia Suci2 years ago
Biografi Singkat Sayidah Fatimah az-Zahra sa
-
Nasional1 day ago
Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren
-
Internasional1 day ago
Yaman Serang Pangkalan Zionis dengan Rudal Hipersonik
-
Dunia Islam2 years ago
Anak Cucu Keturunan Nabi Muhammad Saw di Indonesia
-
Kalam Islam1 year ago
Kapal Islam
-
Kegiatan ABI3 days ago
Rapat Pleno Evaluasi RKAT ABI 2024: Evaluasi dan Strategi Penguatan Organisasi
-
Internasional1 day ago
Serangan Drone Irak Guncang Wilayah Pendudukan Rezim Zionis