Akhlak
Dinginnya Perasaan Manusia pada Akhir Zaman

Ahlulbait Indonesia – Bayangkan suatu masa ketika kasih sayang menjadi barang langka. Saat anak-anak tumbuh tanpa pelukan hangat dari orang dewasa, dan mereka yang kuat berjalan melewati yang lemah tanpa menoleh, seolah penderitaan bukan lagi sesuatu yang menyentuh hati. Inilah gambaran tentang akhir zaman yang disampaikan Rasulullah SAW kepada umatnya—bukan sekadar ramalan, tapi peringatan yang mengetuk nurani.
Beliau bersabda: “Pada masa itu, orang-orang yang tua tidak menyayangi yang muda, dan yang kuat tidak mengasihi yang lemah. Saat itulah Allah SWT mengizinkan Al-Mahdi untuk bangkit.”
(Bihar al-Anwar, jil. 52, hlm. 380; jil. 36, hlm. 335)
Apa yang kita saksikan hari ini, ketika kekerasan dianggap biasa, kepedulian dianggap beban, dan hubungan sosial tercerai-berai oleh ego seakan menjadi gema dari sabda tersebut. Ketika seseorang yang terhimpit oleh kemiskinan datang mengetuk pintu keluarganya, bukan hanya ditolak, tapi juga dipermalukan. Ia bersumpah atas nama darah dan ikatan keluarga, namun tetap tidak mendapat secercah bantuan. Tetangga pun tidak lagi menjadi tempat berteduh; mereka pun berpaling meski dimohon atas nama persaudaraan.
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum datangnya suatu masa ketika seorang lelaki yang sangat miskin mendatangi sanak saudaranya untuk meminta pertolongan. Ia bahkan bersumpah atas nama hubungan kekeluargaan, namun tetap tidak diberi bantuan. Demikian pula seorang tetangga datang kepada tetangganya dan bersumpah atas nama kekerabatan, tetapi tetap ditolak.”
(Syajari, Amali, jil. 2, hlm. 271)
Baca juga : Berpuasa Bukan Hanya Sekadar Menahan Lapar dan Haus
Di masa seperti ini, relasi manusia menjadi dingin. Tidak hanya tangan yang enggan memberi, tetapi juga hati yang tak lagi mampu berempati. Rasulullah mengingatkan bahwa salah satu tanda dekatnya kiamat adalah ketika tetangga saling mencurigai, bukan saling membantu; ketika keluarga menjadi asing, bahkan lebih asing daripada orang lain di jalanan.
“Salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah memburuknya perilaku para tetangga terhadap sesamanya, serta mengendur dan terputusnya tali kekeluargaan.”
(Akhbaru Isbhan, jil. 1, hlm. 274; Firdausul Akhbar, jil. 4, hlm. 5; Ad-Durr al-Mantsur, jil. 6, hlm. 50; Jam’ul Jawami’, jil. 1, hlm. 845; Kanzul ‘Ummal, jil. 14, hlm. 240)
Namun di tengah kegelapan itu, ada secercah harapan. Ketika dunia menjadi begitu keras dan hati manusia membeku, saat itulah Al-Mahdi akan bangkit membawa cahaya, menegakkan keadilan, dan mengembalikan makna kasih sayang dalam kehidupan manusia.
Akhir zaman bukanlah sekadar rentetan bencana dan kehancuran. Ia juga adalah panggilan untuk kembali: kepada fitrah, kepada nurani, kepada nilai-nilai kemanusiaan yang sejati. Setiap dinginnya perasaan hari ini adalah alarm yang membangunkan hati, agar kita tak ikut menjadi bagian dari zaman yang kehilangan rasa. []
Sumber: Najmuddin Thabasi, Pemerintahan Akhir Zaman
Baca juga : Janganlah Beramal Tanpa Ilmu