Akhlak
Akhlak Nabi Muhammad menurut Imam Ali bin Thalib as
Jika ingin mengetahui kemuliaan akhlak Nabi Muhammad saw, kita perlu mempelajari dan menyelami seluruh sisi kehidupan beliau. Sebab, seluruh kehidupan beliau senantiasa dipenuhi akhlak mulia. Dan yang paling mengetahui kemuliaan beliau adalah Imam Ali as yang adalah saudara sepupu, menantu, sahabat seperjuangan, dan washinya. Tak ada manusia lebih mengetahui segala aspek kehidupan Nabi saw kecuali Imam Ali as.
Berikut beberapa akhlak mulia Nabi saw dari sekian banyak kemuliaan akhlak yang dimiliki menurut penuturan Imam Ali as yang diriwayatkan langsung oleh putranya, Imam Husain as:
- Majelis beliau adalah majelis keilmuan, kesopanan, ketulusan, dan kejujuran. Tidak ada di dalamnya suara yang dikeraskan, kehormatan yang dilecehkan, dan kesalahan yang dipuji. Mereka saling membantu, saling berwasiat dengan takwa dan rendah hati. Mereka menghormati yang besar, menyayangi yang kecil, mendahulukan yang berkepentingan, dan menjaga orang asing.
- Beliau tidak keras dan tidak kasar, tidak pula banyak tertawa, berkata buruk, mencaci dan banyak memuji.
- Apabila kembali ke rumahnya, Nabi saw membagi (waktunya) dalam tiga bagian: satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarganya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian bagian yang untuk dirinya dibaginya antara beliau dengan manusia lain di mana beliau membagi kepentingan khususnya kepada publik; dan beliau tidak menyembunyikan sesuatu dari mereka.
- Di antara kebiasaan beliau saw dalam bagian untuk umatnya adalah mengutamakan orang-orang mulia dengan perilakunya. Beliau membagi pengutamaan itu berdasarkan keutamaan mereka dalam beragama. Di antara mereka ada yang mempunyai satu kebutuhan, dua kebutuhan, dan beberapa kebutuhan. Lalu beliau sibuk bersama mereka dan membantu mereka dalam upaya memperbaiki mereka dan umat dengan bertanya kepada mereka dan memberitahu mereka apa yang baik. Beliau berkata, “Hendaknya yang hadir dari kalian menyampaikan kepada yang tidak hadir, dan sampaikan kepadaku kebutuhan orang-orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya. Karena sesungguhnya orang yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya kepada penguasa, maka Allah akan memantapkan kedua kakinya kelak di hari kiamat.”
- Rasulullah saw selalu menjaga lisannya kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat.
- Beliau memuliakan orang yang mulia dari setiap kaum dan menjadikannya pemimpin atas mereka.
- Beliau selalu menanyakan keadaan para sahabatnya.
- Beliau selalu bertanya kepada orang tentang apa yang terjadi di tengah mereka.
- Beliau memuji yang baik dan mendukungnya.
- Beliau mencela yang buruk dan merendahkannya.
- Beliau bersikap adil dan tidak zalim.
- Beliau tidak lengah karena kuatir para sahabatnya akan lengah dan menyimpang.
- Beliau tidak kurang maupun berlebihan dalam menunaikan hak.
- Orang paling mulia di sisinya adalah orang yang paling tulus pada kaum Muslimin.
- Orang paling agung di sisinya adalah yang paling baik integritas dan kontribusinya.
- Beliau tidak menempati suatu tempat kemudian melarangnya (dari orang lain).
- Jika mendatangi satu majelis, beliau biasanya duduk di tempat paling akhir dari majelis itu, dan beliau juga menyuruh hal itu.
- Beliau memberikan hak (perhatian) kepada setiap orang yang duduk bersamanya, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang merasa lebih mulia dari yang lain di sisinya.
- Beliau dengan sabar melayani lawan bicaranya sampai ia pulang.
- Orang yang meminta hajat kepada beliau tidak pulang kecuali dengan hajatnya atau mendapatkan ucapan yang enak.
- Beliau bersikap lapang dada terhadap manusia sehingga bagaikan ayah mereka dan mereka merasa sama sebagai manusia di sisinya.
- Wajah beliau selalu berseri.
- Berakhlak halus, berperilaku lembut.
- Beliau melupakan apa yang tidak disukai, sehingga tidak dijauhi dan tidak mengecewakan orang-orang yang menyukainya.
- Beliau telah melepaskan dirinya dari tiga hal: berdebat, banyak bicara, dan melakukan sesuatu yang tidak berarti.
- Beliau telah membebaskan manusia lain dari tiga hal: beliau tidak mencaci seseorang dan memakinya, tak mencari kesalahan-kesalahan dan aib-aibnya.
- Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal yang diharapkan di dalamnya ada pahala.
- Jika beliau berbicara, para sahabatnya akan menundukkan kepala, seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung. Jika beliau diam, mereka pun diam.
- Beliau adalah orang yang jika berbicara, mereka akan diam mendengarkannya sampai beliau selesai. Pembicaraan mereka bagi beliau saw adalah (sama dengan) pembicaraan orang pertama dari mereka.
- Beliau tertawa atas sesuatu yang para sahabatnya tertawa.
- Beliau kagum atas sesuatu yang mereka kagumi.
- Beliau bersabar terhadap orang asing atas kekasarannya dalam bertanya dan berbicara meskipun para sahabatnya menarik mereka. Beliau berkata, “Jika kalian melihat orang yang mencari keperluannya, maka bimbinglah.”
Ja’far al-Hadi, Mutiara Akhlak Nabi