Akhlak
Akhlak Luhur Imam Musa Kazhim
Imam Musa Kazhim as memiliki jiwa yang kuat. Baju dalam beliau terbuat dari bahan kain kasar. Beliau tak jarang berjalan kaki di tengah keramaian, menyampaikan salam, mencintai keluarganya, dan menghormati mereka.
Imam Musa Kazhim as adalah sosok yang sangat peduli pada kaum fakir miskin dan orang-orang yang tertimpa musibah. Pada malam hari, beliau selalu memikul makanan di pundaknya untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan secara sembunyi-sembunyi, tanpa diketahui mereka. Bahkan setiap bulannya, Imam as memberikan santunan pada sejumlah orang.
Salah seorang sahabat Imam as bercerita tentang ketabahan dan kesabaran beliau. Ia menuturkan, “Musuh-musuhnya terkadang merasa malu dan berkecil hati terhadap akhlak luhur yang ditunjukkan Imam.”
Pada suatu waktu, seorang warga Madinah melihat Imam Musa as. Ia menghadang beliau lalu menyampaikan kata-kata kasar dan makian. Para sahabat Imam as berkata, “Izinkan kami menghajarnya, wahai Imam!”
Imam menjawab, “Biarkanlah, jangan kalian ganggu dia!”
Beberapa hari kemudian, tak ada berita tentang orang itu. Imam as menanyakan ihwal orang itu. Penduduk kota menjawab, “Ia pergi bercocok tanam di ladangnya yang terletak di luar Madinah.” Mendengar kabar itu, Imam as segera memacu kudanya menuju ladang orang itu.
Ketika melihat kedatangan Imam as, orang itu berteriak dengan lantang dari kejauhan, “Jangan sekali-kali kau menginjakkan kakimu di ladangku. Aku adalah musuhmu dan musuh datuk-datukmu.”
Namun, Imam as malah mendekatinya, menyampaikan salam dan menanyakan kesehatan serta keadaan hidupnya. Dengan penuh ramah, Imam as bertanya, “Berapa Dinar yang Anda habiskan untuk biaya ladangmu ini?”
Ia menjawab, “Seratus Dinar.”
Imam as bertanya lagi, “Berapa banyak keuntungan yang Anda harapkan dari semua ini?”
Orang itu menjawab, “Dua ratus Dinar.”
Mendengar jawaban itu, Imam as mengambil sekantung uang berisi 300 Dinar dan memberikannya pada orang tersebut. Imam as berkata, “Ambillah uang ini, dan ladang ini tetap menjadi milikmu.”
Orang yang selama ini berlaku kurang ajar dan kasar terhadap Imam as itu, tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan sesantun itu dari Imam as. Ketika hendak kembali ke Madinah, Imam as berpesan, “Lepaskan amarahmu dengan cara seperti ini (yakni, tetap menunjukkan akhlak yang luhur).”
‘Kazhim’ adalah sebuah gelar yang berarti orang yang mampu mengendalikan amarahnya ketika mendapat gangguan dan membalasnya dengan kebaikan serta penghormatan. Perbuatan mulia ini telah membuat musuh-musuhnya menjadi sangat malu. Salah satu kebiasaan Imam Musa as ialah menunjukkan cinta kasih dan kehangatannya pada kerabat beliau. Imam Musa as berkata, “Apabila terjadi permusuhan di antara kerabat, lalu mereka saling berjabatan tangan ketika berjumpa, maka permusuhan itu akan pergi dan sesama mereka akan saling mencintai satu sama lain dan sama-sama menyambut gembira.”
Mahdi Ayatullahi, Imam Musa Kazhim, Pelindung Kaum Tertindas