Akhlak Imam Ali
Akhlak Imam Ali
Kufah adalah ibu kota pemerintahan Islam di masa khilafah Imam Ali As. Pada masa itu kota Kufah dijadikan pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.
Suatu hari terjadi pertemuan dua lelaki di luar Kufah. Salah satunya adalah Amirul Mukminin Ali as dan yang lainnya adalah lelaki beragama Nasrani. Laki-laki Nasrani ini sama sekali tidak mengenal Imam Ali as. Terjadilah percakapan di antara keduanya sambil berjalan hingga tiba di sebuah persimpangan. Jalan yang satu menuju Kufah dan jalan satunya lagi mengarah ke suatu perkampungan.
Imam Ali as harus melanjutkan perjalanannya menuju Kufah, sementara laki-laki Nasrani itu ingin melanjutkan perjalanan ke kampungnya. Namun, ketika Nasrani itu mengambil jalan yang mengarah ke kampung halamannya, Imam Ali as pun mengikuti langkahnya. Padahal seharusnya beliau mengambil jalan menuju kufah.
Baca juga : Mencintai Imam Ali Menurut aI-Quran
Lelaki Nasrani itu terkejut dan berkata kepada beliau, “Bukankah engkau ingin kembali ke Kufah?” Imam Ali as menjawab, “Ya betul, akan tetapi aku ingin mengantarmu beberapa langkah demi memenuhi persahabatan dalam perjalanan, karena sesungguhnya teman seperjalanan itu mempunyai hak dan aku ingin memenuhi hakmu itu.”
Laki-laki Nasrani itu merasa tertarik dan berkata dalam hati, “Betapa agung dan mulianya agama orang ini yang mengajarkan manusia akhlak mulia dan terpuji.” Lebih besar lagi kekaguman dan keterkejutannya ketika ia tahu bahwa sebenarnya teman seperjalanannya itu tiada lain Amirul Mukminin, Imam Ali bin Abi Thalib as, pemimpin dunia Islam yang luar biasa luas.
Sayyid Mahdi Ayatullahi, Imam Ali as Pemimpin Kaum Mukminin
Baca juga : Tebusan Pertama