Ukhuwah
Syiah Itu Sah dan Benar sebagai Mazhab dalam Islam
Pertemuan Ketua MUI dengan Pelajar Indonesia di Iran Tanggal 28 April 2011
Di hadapan lebih dari seratus pelajar Indonesia yang belajar di Iran, Prof.Umar Shihab menyatakan, “Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu.”
Menurut Kantor Berita ABNA, dalam kunjungannya ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib Ketua MUI Pusat Prof. DR. KH. Umar Shihab beserta beberapa anggota rombongan menyempatkan mengadakan tatap muka dan pertemuan dengan pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di kota suci Qom, Iran kamis (28/4) sore pukul 18.00 waktu setempat. Pertemuan yang dimediasi oleh Sayyid Farid, salah seorang ulama Iran yang sering berkunjung ke Indonesia bertempat di kediaman beliau di Mujtama Maskuni Ayatullah Sistani, Qom. Hadir lebih dari seratus pelajar Indonesia beserta keluarganya dalam pertemuan sederhana yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut.
DR. Khalid Walid, wakil ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI memberikan sambutan pengantarnya dengan menjelaskan kedatangan rombongan MUI ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib. Rombongan MUI terdiri dari ketua pusat, beberapa ketua harian dan ketua komisi, namun beberapa dari rombongan telah bertolak ke tanah air sehingga tidak sempat mengikuti pertemuan dengan para pelajar Indonesia tersebut. “Dalam kunjungan ini kami telah melakukan beberapa hal, diantaranya, atas nama ketua MUI. KH. Prof. DR. Umar Shihab dan atas nama Majma Taghrib bainal Mazahib Ayatullah Ali Tashkiri, telah dilakukan penandatanganan MOU kesepakatan bersama. Diantara poinnya adalah kesepakatan untuk melakukan kerjasama antara MUI dengan Majma Taghrib bainal Mazahib dan pengakuan bahwa Syiah adalah termasuk mazhab yang sah dan benar dalam Islam. ” Jelas DR. Khalid.
Lebih lanjut beliau menjelaskan,”Diantara bentuk kerjasama yang disepakati adalah pengiriman para peneliti dan ulama Indonesia ke Iran untuk mengikuti pertemuan dan pendidikan khusus mengenai beberapa hal yang beragam di Iran begitu juga sebaliknya, ulama-ulama dan peneliti Iran akan berkunjung ke Indonesia. Di samping itu juga kita telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Departemen Pengurusan Haji dan juga berkunjung ke Kamar Dagang Industri Iran untuk bekerjasama dalam produk halal. Insya Allah, jalinan kerjasama ini diharapkan dengan tujuan mengeratkan hubungan antara Republik Islam Iran dengan masyarakat muslim Indonesia.”
“Semoga dengan adanya kesepakatan dan kerjasama tersebut ukhuwah Islamiyah dapat terjalin dengan baik dan kedua belah pihak bisa saling memahami.” Harapnya.
Perpecahan dan Kebodohan, Ujian bagi Umat Islam Saat Ini
Selanjutnya, KH. Prof. DR. Umar Shihab menyampaikan nasehatnya di hadapan seratus lebih pelajar Indonesia yang hadir. Beliau menyatakan bahwa hidup di dunia ini penuh dengan tantangan, ujian dan kesulitan-kesulitan. “Tidak ada seorangpun yang hidup ini di dunia ini tidak luput dari ujian, diantara ujian tersebut adalah fitnah, kekurangan harta, kelaparan dan kematian. Namun dalam konteks kehidupan kita sekarang kata para ulama, ujian terberat yang dihadapi kaum muslimin saat ini ada dua. Yang pertama, adalah ujian perpecahan. Betapa sulitnya kita menjalin persatuan. Perpecahan begitu mudah terjadi, antar keluarga, sesama pengikut agama, antar Negara dan sebagainya. Ujian yang kedua adalah kebodohan. Mayoritas umat Islam sulit untuk melepaskan diri dari belenggu kebodohan, karena pura-pura tidak tahu atau memang sama sekali tidak mau tahu.”
Lebih lanjut menjelaskan, “Masyarakat Indonesia saat ini diuji dengan perpecahan. Dalam internal umat Islam sendiri terdapat berbagai macam kelompok yang mengarah kepada perpecahan, ada yang menyatakan diri sebagai kelompok liberal, kelompok anti agama, kelompok anti Syiah dan lain-lain. Keberadaan kelompok-kelompok ini sangat mengancam persatuan umat Islam. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan ada dua kelompok pemecah umat Islam. Yang pertama kelompok pemecah dari luar umat Islam, yakni dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur’an keduanya tidak akan senang sampai umat Islam mengikuti agama dan kelompok mereka. Mereka melakukan berbagai macam cara dengan giat utuk memecah belah umat, melalui buku-buku, selebaran dan memanfaatkan tekhnologi yang mereka miliki. Mereka menipu dan menghasut umat misalnya melalui pemahaman pluralisme yang menyatakan semua agama sama. Ini adalah pemahaman yang sesat bahkan mengarah kepada kekafiran. Karena itu MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa pernyataan dan keyakinan semua agama sama adalah pernyataan yang tidak bisa dibenarkan dan MUI telah mengharamkannya.”
“Yang kedua, kelompok pemecah dari kalangan umat Islam sendiri. Tidak sedikit dari kelompok umat Islam yang justru memecah belah umat. Mereka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu perpecahan umat, mereka misalnya menyebut maulid itu bid’ah, mengucapkan shalawat di setiap kegiatan itu bid’ah sehingga dengan pemahaman yang seperti itu mereka menyesatkan dan memusuhi kelompok Islam yang mengamalkannya. Kita harus waspada terhadap kelompok pemecah dari dalam ini, mereka bahkan sampai menggunakan banyak uang saking gigihnya untuk memecah belah umat ini.”
“Ujian yang kedua adalah kebodohan. Pelajari dan tuntutlah ilmu agama ini dengan benar dan dari sumbernya yang asli. Al-Qur’an menyebutkan, yang manakah lebih layak kamu ikuti, orang yang memiliki pengetahuan atau orang yang tidak memiliki pengetahuan?. Dan Nabi Muhammad saww dalam haditsnya menyebutkan, Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Dari riwayat Nabi ini, jelas disebutkan bahwa Sayyidina Ali lebih layak diikuti setelah Nabi. Karenanya tuntutlah ilmu yang berasal langsung dari sumbernya. Sayangnya kebanyakan kaum muslimin menyingkirkan dan melupakan hadits-hadits yang bersumber dari Sayyidina Ali, keluarga, sahabat utama dan terdekat dengan Nabi, dan lebih banyak mengamalkan dan menerima hadits dari selain beliau.”
Lebih spesifik mengenai ujian kebodohan ini, Prof Umar Shihab menasehatkan kepada para hadirin, “Selama di Iran belajarlah dengan sungguh-sungguh, rauplah ilmu sebanyak-banyaknya disini, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah argumen-argumen yang benar mengenai Islam. Tanggung jawab menjaga Islam berada di pundak kalian, para penuntut ilmu. Jauhilah kebodohan! Karena kebodohan adalah musuh kita bersama. Salah seorang ulama terkemuka Sunni asal Kairo, Syaikh Mutalawid Sayhrawi pernah mengatakan, persatuan umat Islam tidak akan tercapai jika umat Islam masih terbelenggu dalam kebodohan. Persatuan umat Islam hanya bisa dicapai jika umat Islam ini pandai. Mereka yang berhak untuk memberikan kritik atas pemahaman orang lain adalah mereka yang pandai dan berilmu, yang memiliki argumen-argumen yang kuat. Namun bukan berarti harus menyalahkan pemahaman yang berbeda. Ketika kalian kembali ke tanah air, silahkan ingin bermazhab apa, selama mazhab tersebut mendapat pengakuan dan pembenaran dari Islam. Sebagaimana MUI telah menyatakan bahwa Sunni dan Syiah sebagai mazhab yang benar. Maka dibenarkan umat Islam di Indonesia untuk memeluk salah satunya. Dan tidak dibenarkan satu sama lain saling menyalahkan yang dapat memecah belah persatuan.”
”Satu hal yang mesti ditanamkan dalam benak pikiran saudara-saudara semua, adalah umat Islam hanya akan kuat dengan persatuan, dan menjadi lemah dengan perpecahan. Dan perintah Al-Qur’an umat Islam harus menjalin persatuan dan melarang kita untuk berpecah. Alhamdulillah, kita bersyukur dengan keberadaan Republik Islam Iran, yang sangat gigih bekerja keras untuk mewujudkan persatuan umat Islam ini dan diantara Negara yang menyatakan perlawanan terhadap imperialisme. Presiden SBY pernah berkata langsung kepada saya, Indonesia adalah Negara yang penduduknya umat Islam terbesar di dunia, namun mengapa tidak mampu memberi peranan terhadap terwujudnya persatuan umat Islam, khususnya persatuan antara Sunni dan Syiah?. Karenanya kami dari MUI menyambut baik ajakan dan undangan dari Republik Islam Iran untuk bekerjasama mewujudkan persatuan umat Islam.”
Dipenghujung ceramah beliau, Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab kembali mempertegas pesan beliau kepada para pelajar Indonesia yang hadir, “Pesan Al-Qur’an Innamal mu’minuna ikhwa, orang-orang yang beriman itu bersaudara. Saudara-saudara belajarlah yang bersungguh-sungguh, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah ajaran Islam yang benar. Saya tidak menyatakan yang benar itu Syiah atau Sunni, tetapi keduanya. Jadilah rahmat bagi umat sekembali kalian ke tanah air, jangan justru menjadi pemecah belah umat. Dalam Sunni dan Syiah memang ada sekte-sekte atau kelompok yang menyimpang, itu harus kalian jelaskan kepada umat, singkap kekeliruan-kekeliruan mereka dan sampaikan ajaran yang benar. Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu. Saya sudah tua, dan kiprah saya tidak lama lagi akan berakhir. Karenanya kalianlah yang saya harap untuk melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan umat. Kembalilah ke tanah air, tunjukkan kiprah dan peran kalian. Semoga Allah swt mempersatukan umat Islam ini, sehingga bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam.”
Prinsip MUI: Sunni dan Syiah Bersaudara
Setelah Prof. Umar Shihab menyampaikan nasehatnya, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa pelajar kemudian mengajukan pertanyaan. Diantara pertanyaan yang diajukan, bisakah MUI wilayah di daerah mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat?. Prof Umar Shihab memberikan jawaban, MUI wilayah jika berkaitan khusus dengan persoalan umat di daerahnya dibenarkan untuk mengeluarkan fatwa sendiri, namun jika berkaitan dengan kepentingan nasional, maka yang berhak mengeluarkan fatwa hanya MUI Pusat yang harus diikuti oleh MUI-MUI di daerah. Dan MUI di daerah tidak memiliki wewenang untuk menganulir fatwa yang telah dikeluarkan MUI Pusat. “Misalnya ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa Syiah itu sesat -namun Alhamdulillah syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu- maka fatwa tersebut tidak sah secara konstitusi, sebab MUI Pusat menyatakan Syiah itu sah sebagai mazhab Islam dan tidak sesat. Jika ada petinggi MUI yang mengatakan seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah organisasi.” Jelas beliau.
Ketika ditanyakan langkah-langkah MUI Pusat yang akan dilakukan untuk mewujudkan persatuan umat dan menyelesaikan perselisihan Sunni-Syiah, Prof. Umar Shihab menjelaskan bahwa MUI akan menjadi penyelenggara seminar Internasional Persaudaraan umat Islam di bulan Desember akhir tahun ini. “MUI akan mengundang ulama-ulama dari berbagai Negara, dari Mesir, Iran bahkan dari Arab Saudi termasuk Syaikh Yusuf Qhardawi untuk hadir sebagai pembicara. Indonesia insya Allah akan menjadi perintis persatuan umat Islam khususnya antara Sunni dan Syiah, semoga Allah membantu usaha-usaha kita.” Jelas beliau.
Setelah memasuki waktu maghrib, dilakukan shalat maghrib berjama’ah. Yang diimami oleh Sayyid Farid, dan Prof. Umar Shihab menjadi jama’ah di shaf pertama. Acara pertemuan tersebut diakhiri dengan makan malam bersama, dan do’a bersama dipenghujung acara dipimpin oleh KH. Prof. DR. Umar Shihab.
Pertemuan Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab dengan pelajar Indonesia yang sedang berada di Qom Iran ini adalah pertemuan yang kedua kalinya, setelah sebelumnya dua tahun lalu diadakan pertemuan di tempat yang sama.