Al-Quran dan Hadis
Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-6
Tafsir Surat An-Nas Ayat 1-6
An-Nas (Manusia)
Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang
Katakanlah, ”Aku memohon perlindungan kepada Tuhan manusia! (1) Raja manusia! (2) Tuhan manusia! (3) Dari kejahatan bisikan yang tersembunyi, (4) Yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia, (5) (baik ia) dari golongan jin dan manusia (6)
TAFSIR
Aku Berlindung kepada Tuhan Manusia
Surah an-Nas merupakan surah terakhir al-Quran. Dalam surah ini, Nabi Muhammad saw secara personal, sebagai sosok teladan dan pemimpim manusia, kembali diarahkan. Arahan itu berbunyi sebagai berikut: Kutakanlah, ”Aku memohon perlindungnn kepada Tuhannya manusia! Raja manusia! Tuhannya manusia!…”
Yang menarik dari tiga ayat ini ialah tercantumnya tiga sifat dari sifat-sifat agung Allah, yakni rububiyyah, mulkiyah, dan uluhiyyah. Tiga sifat ini mendapat penekanan, karena masing-masing sifat tersebut terkait secara langsung dengan pendidikan manusia dan penjagaan keselamatannya dari cengkeraman setan.
Tentu saja, tujuan ”berlindung kepada Allah” di sini bukan berarti bahwa seseorang mengucapkan kalimat perlindungan tersebut sebatas lisan saja, melainkan ia harus menyempurnakannya dengan pikiran, iman, dan amal perbuatan. Ia harus menghindari dari jalur-jalur keburukan, program-program setani, pikiran-pikiran dan ucapan-ucapan keji, serta menghindar dari komunitas-komunitas dan pertemuan-pertemuan setani. Ia harus mengganti jalan setani dengan berusaha keras untuk terus menerus menempuh jalan Ilahi. Apabila seseorang mengikuti jalan-jalan keburukan dan membiarkan dirinya jatuh ke dalam godaan-godaan setani tersebut, maka ia tidak bisa selamat dengan hanya membaca surah ini.
Dengan mengucapkan Pemelihara (Tuan) manusia (rabb annas), seseorang telah mengakui ketuhanan (rubabbiyah) dan menempatkan dirinya sendiri di bawah bimbingan-Nya.
Sedangkan melalui ucapan Raja manusia (malik an-nas), ia mengakui dirinya sebagai objek-Nya dan hamba-Nya yang taat.
Dan terakhir, dengan mengatakan Tuhan manusia (ilah annas), ia berpegang teguh di jalan penyembahan kepada-Nya dan menghindari ibadah kepada selain-Nya. Tak syak lagi, orang yang benar-benar memperoleh karunia tiga kualitas ini dan sungguh-sungguh berpegang pada keimanan Ilahiah, maka akan selamat dari kejahatan para penggoda (setan).
Sesungguhnya, tiga sifat ini adalah tiga pelajaran penting dari perintah Tuhan dan merupakan tiga sarana penyelamat dari kejahatan godaan para perusak (setan).
Dari kejahatan bisikan yang tersembunyi, yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia, (baik ia) dari golongan jin dan manusia
Istilah waswas mempunyai makna infinitif ”menggoda” dan kadang-kadang ia digunakan, sebagaimana dalam ayat ini, dalam pengertian subjektif, yakni ”penggoda”.
Istilah khannas diturunkan dari khunus yang bermakna “mengumpulkan, tetap di belakang”. Di sini khannas berarti setan, karena ia menyembunyikan dirinya sendiri di balik nama Allah. Karena bersembunyi merupakan suatu tindakan di balik atau di belakang sesuatu, maka kata tersebut telah digunakan dalam arti “bersembunyi”.
Dengan demikian, pengertian ayat tersebut menjadi: ”Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Allah dari penggoda setani yang berlarian dan menyembunyikan dirinya sendiri dari nama Allah.”
Pada dasarnya, para penggoda setani bertindak secara sembunyi-sembunyi, dan kadang-kadang mereka menggoda dengan membisikkan ide-ide ke telinga kita sehingga kita percaya bahwa ide-ide tersebut merupakan hasil pemikiran kita sendiri. Ide dari hasil pemikiran semacam ini menyebabkan kita tersesat.
Metode setan adalah menghiasi dan mempertontonkan kezaliman dalam bentuk tampilan keadilan; dusta di dalam kulit kebenaran; dosa dalam kemiripan ibadah, dan penyimpangan dalam bentuk petunjuk. Pendek kata, mereka sendiri dan urusan-urusan mereka keduanya tersembunyi, dan ini merupakan satu peringatan kepada semua pengikut jalan kebenaran agar tidak berharap melihat setan-setan dalam wujud asli mereka mengingat aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan merupakan bentuk yang terkutuk. Mereka adalah ”para pembisik yang menyusup” dan pekerjaan mereka adalah merencanakan, berdusta, mengganggu, munafik, melakukan makar dan tipu daya, mempermainkan kebenaran, dan menyembunyikan kebenaran.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6
Apabila mereka muncul di tempat kejadian dalam wujud asli mereka, dan tidak mencampurkan kesalahan dengan kebenaran, serta berbicara dengan jelas dan terus terang, niscaya kebenaran akan tampak. Sebagaimana Imam Ali as berkata, ”Apabila kebatilan murni dan tak bercampur dengan apa yang hak, ia tidak akan tersembunyi dari orang-orang yang mencarinya. . .”1
Para penyusup itu selalu mengambil bagian kebenaran dan kebatilan, lalu mencampurkan keduanya guna mengendalikan manusia. Amirul Mukminin Ali as melanjutkan khotbah di atas dengan mengatakan, ”. . .dan setan mengambil keuntungan dari situasi ini dan memperoleh kesempatan penuh untuk mengendalikan para pengikutnya . . .”2
Kata-kata ”yang membisikkan” dan ”hati” yang digunakan dalam ayat ”yang membisikkan ke dalam dada (hati) manusia” memperoleh penekanan dari gagasan yang disampaikan dalam khotbah di atas. Hal ini kalau kita lihat pada satu sisi.
Di sisi yang lain, frase ”dari golongan jin dun manusia” memberitahukan kepada kita, bahwa ”bisikan yang tersembunyi” tidak hanya dari sekelompok manusia atau golongan khusus manusia dengan suatu tanda tertentu saja, tapi mereka juga bisa ditemukan di mana-mana di antara golongan jin dan manusia dalam bentuk apapun dan di masyarakat manapun. Karena itu, kita harus waspada terhadap serangan mereka dan berlindung kepada Allah dari kejahatan mereka semua.
PENJELASAN
Mengapa Kita Berlindung kepada Allah?
Setiap saat mungkin saja orang tersesat, dan ketika Allah memerintahkan kepada rasul-Nya untuk berlindung kepada Tuhan dari kejahatan ”bisikan yang tersembunyi”, merupakan satu bukti bahwa terjebak dalam perangkap para penggoda yang membisikkan kejahatan dalam pikiran (mind) manusia adalah mungkin. Karena itu, setiap orang perlu dan harus berlindung kepada Allah, dengan nama-Nya, rabb, yakni Tuhan manusia, Pemelihara dan Pemberi rezeki semua makhluk.
Dengan memohon melalui sifat mulia itu, manusia dapat mengharap suatu perlindungan khusus yang istimewa. Setiap orang harus berlindung kepada Allah yang menjadi Raja (Malik) dan Pemilik (Rabb) mereka. Demikian pula, mereka meminta kekuasaan-Nya atas urusan-urusan manusia, sebab Dialah Zat yang mampu bertindak secara mandiri atas makhluk-Nya yang meminta perlindungan dengan sifat Ketuhanan.
Tuhan sebagai Sembahan (Ilah) manusia ialah karena kekuasaan-Nya yang harus ditaati, setiap titah dan kehendakNya senantiasa harus dilaksanakan oleh manusia. Karena itu, terhadap kejahatan para pembisik ini, ada malaikat-malaikat yang diutus untuk membantu hamba-hamba Allah yang beriman dan para pencari kebenaran, sebagaimana disebutkan dalam Surah Fushshilat:30, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ”Tuhan kami adalah Allah”; dan berjalanlah dijalan yang benar, para malaikat turun kepada mereka (dari waktu ke waktu),. ..
Baca juga: Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 7
Akan tetapi, bagaimanapun juga kita semestinya jangan pernah bangga dan merasa pongah bahwa kita tidak membutuhkan ajaran-ajaran, teguran-teguran, dan pertolongan Ilahi. Kenyataannya, kita harus senantiasa berlindung kepadaNya, waspada, dan bersiap-siap.[]
Catan kaki:
- Nahj al-Balagah, Khotbah ke-50, (versi bahasa Arab)
- Nahj al-Balagah, Khotbah ke-50, (versi bahasa Arab)