Berita
Peran Ulama Indonesia Untuk Pembebasan Palestina
Perjuangan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel terus dilakukan berbagai kelompok dan unsur umat Islam di dunia. Salah satunya adalah apa yang baru saja diselenggarakan yaitu Seminar Persatuan Ulama Muqawamah Dunia yang baru pertama kali digelar di Beirut, Lebanon, Selasa (28/7) bulan lalu.
Pertemuan tersebut dihadiri lebih dari 120 ulama dan pemikir senior dari berbagai mazhab dan para tokoh dunia Islam dari 43 negara termasuk Indonesia. Dua tokoh Islam Indonesia yang hadir pada pertemuan tersebut adalah Sekjen MUI Sulawesi Selatan, Prof M Ghalib dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Prof Dr H Muhibbin Mag.
Persatuan Umat Untuk Palestina.
Salah satu pokok masalah yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut adalah terkait dengan persatuan umat dengan berbagai keragamannya tanpa melihat golongan, aliran atau mazhab tapi bersama menggalang persatuan untuk membebaskan Palestina. Sebab pada kenyataannya saudara-saudara kita di Palestina hingga sekarang masih terjajah oleh Israel.
“Andaikata umat Islam itu bersatu, sebenarnya dengan mudah Palestina itu bisa dibebaskan. Termasuk Masjidil Aqsa,” terang Ghalib kepada tim ABI Press, Selasa (11/8).
Sayangnya, menurut Ghalib, umat Islam masih dihadapkan pada permasalahan internal, di antaranya pertama adalah masalah saling memecah-belah dan mengkafirkan antara satu dengan yang lain di antara sesama saudara Muslim. Kedua adalah masalah ukhuwah Islamiyah yang sangat rapuh karena berbagai kepentingan di kalangan internal umat Islam.
Ghalib juga mempertanyakan sebagian umat Islam yang terus saja menonjolkan perbedaannya dan bukan persamaannya; seperti Tuhan, Nabi, Kiblat dan Kitab Alquran.
“Mengapa bukan itu yang kita tonjolkan? Sebagai acuan utama untuk toleransi dalam perbedaan,” terang Ghalib. “Demi tujuan yang sangat besar, yaitu membebaskan Palestina dari Israel,” lanjutnya.
Sementara itu, Prof Dr Muhibbin Mag, yang juga dihubungi ABI Press, Rabu (12/8), mengungkapkan bahwa pertemuan-pertemuan semacam itu sudah banyak dilakukan dan memang saat ini menjadi berbeda karena, pertemuan kali ini mengumpulkan para ulama dunia untuk menyatukan visi tentang pembebasan Palestina dari penjajahan Israel.
Seruan untuk pembebasan Palestina ini di Indonesia sendiri menurut Muhibbin bukan hal yang baru sebab mulai dari Presiden pertama Indonesia Soekarno, hingga presiden sekarang Joko Widodo, semuanya menyerukan dukungannya atas kemerdekaan Palestina. Lebih menyedihkan lagi, Palestina tercatat sebagai negara yang turut serta dalam Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan pada tahun 1955.
“Hanya Palestina satu-satunya negara yang ikut KAA tapi hingga hari ini belum merdeka,” terang Muhibbin.
Arti Penting Seminar Muqawamah untuk Indonesia.
Menurut Ghalib, seminar itu menjadi sangat penting bagi Indonesia sebab Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan latar belakang sangat beragam sehingga karena keberagaman itu pada masa penjajahan seringkali diadu-domba. Namun seiring waktu, rakyat Indonesia menyadari bahwa persatuan menjadi sangat penting untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Pengalaman Indonesia itu bisa menjadi salah satu pertimbangan umat Islam dengan segala keragaman dan perbedaannya untuk satu tujuan.
“Membebaskan Palestina, sama seperti ketika Indonesia dulu membebaskan diri dari penjajahan,” terang Ghalib.
Selain sebagai negara dengan Muslim terbesar, Indonesia dipandang sebagai negara Muslim yang lebih kondusif dibandingkan dengan kondisi negara lain terutama di Timur Tengah. Hal ini menurut Muhibbin menjadikan Indonesia punya peranan penting di dunia Islam terutama untuk pembebasan Palestina dari penjajahan.
Menurutnya, Islam yang moderat, penuh toleransi, Islam yang beradaptasi dengan budaya lokal atau kearifan lokal seperti yang telah dicontohkan oleh Walisongo saat menyebarkan Islam di Indonesia itulah yang nantinya akan mampu bertahan.
“Bukan Islam yang suka menyalahkan dan menyesatkan yang lain,”terang Muhibbin.
Rekomendasi Seminar
Pertemuan dua hari tersebut merekomendasikan persatuan umat untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, di samping peran para ulama, ormas Islam dan kelompok-kelompok Islam untuk bersinergi mengambil peran untuk pembebasan Palestina.
Peran ulama sendiri menurut Ghalib sangat penting untuk memberikan konsep-konsep dan pemikiran-pemikiran guna membangun persatuan di kalangan umat Islam yang pada kenyataannya terdapat perbedaan-perbedaan. Namun, bagi Ghalib perbedaan tersebut bukan berarti untuk saling memusnahkan.
“Kita saling terima perbedaan itu kemudian saling bersinergi internal antar umat Islam untuk tujuan yang sangat mulia itu,” jelas Ghalib.
Hal yang sama disampaikan oleh Muhibbin, bahwa dalam seminar tersebut disampaikan himbauan persatuan umat. Muhibbin kemudian mengutip pernyataan Ayatullah Khamenei yang disampaikan dalam seminar tersebut, “Untuk masalah Palestina, kita harus melupakan perbedaan internal masing-masing kelompok, baik Sunni maupun Syiah ataupun kelompok yang lain, cukup dengan atas nama kemanusiaan.“
“Jadi, luar biasa himbauannya,” jelas Muhibbin.
Tentu kita semua berharap, bahwa pertemuan para ulama Muqawamah dunia ini dapat menjadi jalan pembuka bagi persatuan umat Islam di dunia dan tentunya dapat segera membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. (Lutfi/Yudhi)