Berita
Said Agil: Islam Nusantara Berdiri atas Empat Spirit
Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj dalam sambutan malam pembukaan Muktamar Ke-33 NU di alun-alun Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8) menegaskan bahwa Islam Nusantara bukan mazhab baru sebagaimana yang kerap disalahpahami sebagian masyarakat.
“Islam Nusantara sama sekali bukan mazhab baru, bukan tsiqah baru, bukan aliran baru,” katanya. Menurut Said Agil, Islam Nusantara merupakan tipologi ciri khas Islamnya bangsa Indonesia yang lebur dengan budaya, adat istiadat, dan tradisi nusantara yang digunakan sebagai dakwah. Sebagaimana dakwah yang dikembangkan Walisongo mengenalkan ajaran Islam kepada pribumi yang sampai sampai sekarang menjadi agama terbesar di Indonesia.
Islam Nusantara berdiri di atas empat spirit. Keempat spirit tersebut, kata Said Agil, pertama adalah ruhul diniyah (spriti keagamaan). “Semangat keagamaan ini bukan berarti mengonstitusikan agama, bukan melegalkan agama sebagai konstitusi negara, melainkan mengutamakan akhlak mulia sebagaimana yang diajarkan Islam,” paparnya.
Kedua, lanjut Said Agil, adalah ruhul wathaniyah (spirit kebangsaan). Islam mengajarkan spirit nasionalisme. Antara Islam dan nasionalisme bukan dipertentangkan, melainkan saling mengisi untuk tujuan kemajuan bangsa. Hingga kini NU tetap menegaskan komitmen ketaatannya terhadap konstitusi, siapapun presidennya. Hal tersebut menjadi bagian dari nasionalisme yang menyala di dada warga NU.
Ketiga adalah ruhul ta’addudiyah(spirit kebhinnekaan). Kebhinnekaan telah menjadi fitrah bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dihormati oleh segenap umat Islam. “Di atas sajadah Nusantara inilah kita belajar firman Allah. Walau syaa’llahu laja’alakum ummatan wahidah (Jikalau Allah menghendaki, Allah pasti menjadikan kamu sekalian umat yang satu),” tuturnya mengutip ayat Alquran.
Keempat adalah ruhul insaniyah (spirit kemanusiaan). Semangat kemanusiaan ini telah ditegaskan oleh pendiri NU KH Hasyim Asy’ari. Dengan landasan semangat kemanusiaan maka konflik diselesaikan dengan dialog. Islam Nusantara merupakan karakter keislaman yang sangat peduli dan menghormati manusia dan kemanusiaan. Pengecualian ini berlaku bagi pelanggar hukum. “Inilah Islam Ahlussunnah wal Jamaah, yang kita warisi dari para auliya terutama Walisongo,” ujarnya.
Muktamar ke-33 NU akan berlangsung hingga 5 Agustus 2015 yang digelar di empat pesantren terkemuka di Jombang. Tema yang diusung pada perhelatan akbar NU kali ini adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.
Muktamar diresmikan Presiden Joko Widodo di hadapan para pejabat tinggi negara, duta besar negara-negara sahabat, para ulama Timur Tengah, Jajaran pengurus NU dan puluhan ribu hadirin. (Lam Yaim/Yudhi)