Berita
Hongkong: Magnet Baru Pekerja Indonesia Selain Jakarta
Hampir menjadi rutinitas tahunan, setiap Lebaran tiba Jakarta akan sedikit lengang, bahkan seperti istilah meme di Sosmed: Jakarta tak butuh Gubernur untuk mengurai macet, Jakarta hanya butuh Lebaran.
Hal itu membuktikan banyak masyarakat pekerja, yang tinggal dan beraktivitas di Jakarta berasal dari luar Jakarta. Ini sekaligus bukti Jakarta bagai magnet bagi banyak orang di Indonesia tertarik berbondong-bondong ke Ibukota demi meraup harta dan kesuksesan.
Namun ternyata Jakarta tak selamanya menjadi madu yang menggiurkan bagi sekitar 120.667 warga Indonesia yang tercatat di BNP2TKI dan memilih pergi ke luar negeri dalam kurun waktu Januari-Mei 2015.
Banyak alasan yang membuat Jakarta tak menarik sebagai tempat tumpuan hidup, seperti disampaikan Yudha Zahra, pengasuh anak di Hongkong asal kota pengirim tenaga migran terbesar kedua di Jawa Timur setelah Malang, yaitu “Kota Reog” Ponorogo.
“Kerja di Hongkong pemerintahannya lebih bagus,” terang Zahra, “Pekerja migran di sini diberi hak libur juga,” jelasnya yang telah bekerja selama 11 tahun dan pernah juga bekerja di Saudi dan Taiwan ini, kepada ABI Press (27/7).
Kata Zahra, dengan jatah libur yang diberikan pemerintah Hongkong bagi pekerja mingran memberi mereka kesempatan bisa berlibur dan menikmati berbagai aktivitas pendidikan di negara itu.
Alasan yang sama juga diutarakan Sunarti asal kota tempat makam Presiden pertama Indonesia Soekarno, Blitar, Jawa Timur.
“Merantau memang meninggalkan keluarga, tapi kalau ke Hongkong hasilnya bisa lebih banyak,” ujar Sunarti. “Yang lebih penting lagi, kita bisa belajar juga,” lanjutnya.
Di Hongkong menurut Sunarti pendapatannya bisa sampai tiga kali lipat daripada di Jakarta, sehingga dengan konsekuensi sama-sama meninggalkan keluarga, logis baginya lebih memilih Hongkong daripada Jakarta.
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan (Dinaskertransduk) Pemprov Jawa Timur mencatat pada Lebaran tahun ini sekitar 5.200 orang tenaga kerja migran dari Jawa Timur sebagian besarnya berasal dari Malang, Ponorogo, Banyuwangi, Blitar dan Tulungagung.
Apakah ini pertanda bahwa Jakarta tak lagi menjadi satu-satunya mimpi masyarakat Indonesia? Terbukti kini Hongkong juga telah menjadi mimpi dan magnet penarik yang kuat hingga banyak calon pekerja yang lebih memilih terbang ke negeri itu. (Lutfi/Yudhi)