Berita
Kebangkitan Islam Ada Di Indonesia
Meski didera berbagai konflik, namun Islam tercatat sebagai agama tercepat perkembangannya di seluruh penjuru dunia. Tak ayal di tengah peradaban dunia yang mengalami kehausan religius dan spiritual akut, saat kemajuan teknologi dan pembangunan material berkembang pesat, justru membuat jiwa manusia kering kerontang dan makin merindukan agama. Lalu Islam pun menjadi jawabannya.
Inilah salah satu alasan diskursus Kebangkitan Islam yang ditengarai akan berada di Indonesia dalam kajian TITIK-TEMU Ke-31 Nurcholish Madjid Society (NCMS) bertema “Kebangkitan Kedua Umat Islam: Jalan Menuju Kemuliaan”, Kamis (2/7) di Omah Btari Sri, Jakarta Selatan.
“Masyarakat Barat (dunia) itu sekarang haus religiusitas, spiritualisme meningkat, keinginan orang untuk mencari higher consciousity pun meningkat. Bahkan yang menarik, datangya hal ini justru dari kaum fisikawan yang tak terlalu tertarik dengan agama,” ujar Musa Kadzim, salah satu pembicara.
Menurut Musa, kemungkinan terbesar kebangkitan Islam saat ini hanya ada di Indonesia. “Di negara-negara Timur Tengah hampir mustahil, karena begitu banyak konflik. Indonesia jauh lebih memiliki persyaratan sebagai tempat kebangkitan Islam abad ini,” terang Musa.
Prasyarat Kebangkitan Islam
Senada dengan Musa, menurut Prof. Azyumardi Azra yang paling mungkin ada kebangkitan Islam di dunia saat ini, setelah sekian lama Islam terpuruk, adalah Indonesia sebagai porosnya. Menurut Azyumardi ada beberapa prasyarat kebangkitan Islam.
“Ada enam prasyarat kebangkitan Islam, pertama kestabilan sistem politik. Semakin tidak stabil politik suatu negara mayoritas muslim, maka semakin kecil ia bisa jadi lokomotif kebangkitan Islam. Semakin stabil politik suatu negara mayoritas muslim maka semakin besar ia bisa jadi motor atau lokomotif kebangkitan Islam. Ini jelas. Sejak dari dulu begini.”
“Kedua, secara ekonomi harus kuat. Ketiga, worldview keagamaannya harus moderat. Semakin paradigma keberagamaannya inklusif, wasshatiyah, maka semakin besar kemungkinannya untuk maju. Karena ia memberikan ruang yang besar untuk kompromi dan berkomunikasi. Semakin sektarian masyarakatnya, makin gak bisa jadi sumber peradaban. Karena semakin tinggi sektarianisme, semakin tak ada ruang untuk kompromi dan diskusi.”
“Keempat, pemikiran Islam yang adaptif terhadap progresitas dan kemajuan, semakin besar kemungkinannya kebangkitan Islam. Kelima, sistem sosial budayanya. Semakin budaya itu male dominated society, semakin kecil peluang kebangkitan Islam. Karena kebangkitan peradaban Islam tak bisa hanya dengan peran laki-laki, tapi juga perempuan.”
“Keenam terkait dengan kemandirian atau independensi suatu negara. Apakah sebuah negara atau bangsa Muslim itu terlalu tergantung pada kekuatan-kekuatan asing atau tidak? Sebab kalau dalam independensi itu kita terlalu tergantung pada kekuatan asing, maka susah untuk mewujudkan kebangkitan kedua Islam. Salah satu contoh Independensi itu misalnya adalah dari sisi ekonomi.”
Berdasarkan prasyarat-prasayarat itu, dibandingkan dengan negara-negara mayoritas Islam lainnya di dunia, Azyumardi menyebutkan Indonesia sangat berpotensi sebagai tempat kebangkitan Islam kedua.
“Indonesia paling stabil secara politik. Ekonomi juga relatif stabil. Juga ada increase cinta pada Islam di masyarakat kita. Dan itu tak ada hubungannya dengan politik. Antara Islam dan modernitas atau kemajuan relatif berjalan dengan damai. Dan Islam Indonesia itu adalah Islam wasshatiyah, jalan tengah. Ummatan washatan itulah yang lalu mengaktualisasikan diri jadi kekuatan dahsyat yang tak ditemukan di tempat lain,” ujar Azyumardi. (Muhammad/Yudhi)