Berita
Jejak Ahlulbait Masa Majapahit
Ahlulbait adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Nusantara. Berbagai peninggalan budaya, bahkan artefak-artefak sejarah kerajaan-kerajaan Islam menunjukkan hal ini.
Dalam diskusi Sejarah Ahlulbait Indonesia berdasarkan buku, “Kesultanan Majapahit” yang diadakan Shadra Institute, Rabu (1/7), sejarawan dan budayawan Jawa, Ki Herman Sinung Janutama menegaskan bahwa jejak-jejak Ahlulbait di Nusantara, terutama di tanah Jawa begitu nyata.
“Dalam kitab Topah, disebutkan bahwa Sayyidina Ali itu datang ke tanah Jawa mendadar (menjelaskan) Kitab Topah,” terang Sinung. “Juga dalam Nahjul Balaghah Sayyidina Ali itu menjelaskan tentang burung merak hijau, yang itu hanya ada di Jawa.”
“Begitu juga ada itu istilahnya senthong tengah (ruang munajat, mihrab) ada loro-blonyo. Pasangan raja-ratu atau pasangan Bethara Kamadjaja dan Dewi Kamaratih, disebut juga Karonsih. Yakni sepasang manusia agung dan luhur yang saling mengasihi. Juga disebut sebagai sri-sadana atau sadana-sri.”
“Sadana mengacu pada kekeramatan Sadana Ngali atau Saidina Ngali. Sedangkan Sri atau Shri mengacu pada kekeramatan Dewi Sri Pertimah atau Pertiwi. Putri Kanjeng Nabi Muhammad saw, Sayyidah Fatimah Az-Zahra,” terang Sinung.
“Di Jawa Barat juga ada Serat Dewi Maleka. Berisi tentang bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis yang diilhami dari sosok Saidina Ngali dan Fatimah,” tambah Sinung.
“Jadi kita semua adalah anak-anaknya Baginda Ngali. Lebih dulu Baginda Ngali ketimbang Sunni dan Syiah,” tandas Sinung.
Jejak Ahlulbait
Dr. Ammar Fauzi, dosen Shadra Institute dalam komentarnya atas Kitab Topah yang diterangkan oleh Sinung menyebutkan bahwa memang ada nama-nama penting Syiah di dalamnya.
“Beberapa nama penting itu ada Ali bin Abi Thalib, Hasan, juga Muhammad Bagir, yang kesemuanya adalah Imam Syiah,” ujar Ammar.
“Begitu juga nama Muawiyyah dan Yazid disebut sebagai kaisar. Ini tidak lazim di kalangan Muslim Sunni. Jelas itu lebih dekat ke Syiah,” tambah Ammar. (Muhammad/Yudhi)