Berita
Mengupas Ideologi Teror Wahabi
Membincang tren takfirisme dan sikap ekstrem dalam beragama yang marak akhir-akhir ini di berbagai penjuru dunia, tak bisa dilepaskan dari paham Wahabi. Dari kelompok-kelompok takfiri lokal hingga kelompok semacam ISIS, semua memiliki benang merah dengan Wahabisme.
Hal inilah yang dibahas Jaringan Islam Liberal dalam diskusi “Wahabisme, Sejarah dan Kritik” di Utan Kayu, Jakarta, Rabu (24/6). Muhammad Guntur Romli selaku pembicara menyebutkan bahwa Wahabisme bukan berasal dari orientalis, juga bukan dari ajaran Ibnu Taimiyyah. Tetapi ajaran yang baru sama sekali.
“Wahabi bukan hasil orientalis. Juga bukan ikut Ibnu Taimiyyah. Ia disebut Wahabiyyah oleh kakaknya sendiri, Syeikh Sulaiman,” terang Guntur. “Wahabi boleh mengklaim ikut Ibnu Taimiyyah, tapi kenyataannya Ibnu Tamiyyah tak pernah mengkafirkan selain kelompoknya. Tawassul juga tidak dianggap kafir oleh Ibnu Taimiyyah.”
“Dalam kitab as-Shawa’iq al-Ilahiyyah fir Raddi Alala Wahhabiyah (Petir-Petir Ilahi dalam membantah Paham Wahabi) Syeikh Sulaiman menggugat bahwa Wahabiyah adalah paham baru, mazhab baru,” terang Guntur.
“Abdul Wahhab mengklaim ia paling tahu Islam. Jika ada yang lebih tahu Islam dari dia ia tuduh sebagai pembohong dan musyrik. Ia bahkan mengirimkan surat ini kepada ulama-ulama di zamannya. Yang tentu saja membuat para ulama marah, termasuk kakaknya.”
“Tak hanya secara lisan, Wahabi bahkan melakukan kekerasan, pembunuhan dan penghancuran makam-makam suci umat Islam, terutama saat berkoalisi dengan Saudi,”tambah Guntur.
“Mereka menyerang ke Riyadh, Harimla, Qathif, ratusan orang dibunuh dan anak-anak perempuan dibiarkan kelaparan. Di Karbala juga membantai tak kurang dari 2000 orang Syiah dan merampas harta mereka.”
Kegeraman Terhadap Wahabi
Sikap ekstrem dan takfiri ini tak pelak membuat banyak ulama pada zaman itu geram. Kegeraman ini bisa dilihat misalnya dari Syaikh Ahmad yang menulis bantahannya terhadap Muhammad bin Abdul Wahhab.
“Dalam tulisannya Syaikh Ahmad menggunakan kata halakal khabitsusanah (si busuk ini mampus pada) 1206H,” ujar Guntur.
“Muhammad Hayya Sindi juga Waliyullah Dahlawi yang katanya guru Abdul Wahhab juga ternyata menolak paham muridnya ini. Mereka menilai Abdul Wahhab belum memiliki syarat ijtihad sudah berani menampilkan mazhab baru.”
“Ulama-ulama Tunis juga sampai mengkafirkan Abdul Wahhab, berdasar hadis Nabi orang yang menuduh kafir tapi tak terbukti berarti si penuduh (Abdul Wahhab) adalah kafir. Juga hadis harus ikut Jamaah, Abdul Wahhab dianggap keluar dari jamaah saat itu. Karena itu ia disebut Khawarij oleh ulama-ulama di zamannya,” tambah Guntur.
Takfirisme ala Wahabi telah meninggalkan luka mendalam pada lembaran sejarah Islam. Dalam bentuknya yang paling ekstrem, Wahabisme-takfiri abad ini bisa dilihat dari pola gerak teroris-takfiri ISIS. Inilah yang harus kita waspadai. (Muhammad/Yudhi)
Continue Reading