Berita
Membaca Tren Kenaikan Bahan Pokok Saat Ramadhan
Ramadhan adalah salah satu bulan paling dinanti oleh umat Islam, sebab pada bulan itu rahmat dan ampunan Allah dilimpahkan serta pahala amal perbuatan dilipatgandakan. Karenanya merupakan sebuah kegembiraan tersendiri bagi umat Islam dalam menjalani bulan suci Ramadhan.
Namun di sisi lain, ternyata pada bulan ini pula terjadi kenaikan harga kebutuhan barang-barang pokok seperti beras, sayur, lauk dan bahan pokok lainnya.
Apa yang sebenarnya terjadi hingga harga bahan pokok hampir bisa dipastikan selalu naik saat bulan Ramadhan?
Kronologis Pedagang
“Permintaan banyak. Terutama dari luar pulau. Semua kan mengambil barang dari pasar induk, baik yang di Cibitung, Bekasi maupun yang di Kramat Jati,” terang Suprapto, salah seorang distributor cabe merah di Pasar Induk Cibitung saat ditemui Tim ABI Press.
Akibatnya, pedagang mengambil barang dari petani juga banyak. Sementara petani juga sudah mengecek kalau harga pasti naik, misalnya barang yang ketersediannya dalam sehari hanya 10 ton tapi permintaan pasar lebih dari 10 ton, akhirnya harga barang tersebut pun naik.
Meskipun menurut Suprapto kenaikan harga barang itu tak hanya terjadi pada bulan Ramadhan tapi juga saat hari-hari besar lainnya.
“Sebenarnya tidak hanya pada bulan puasa tapi pada lebaran haji juga terjadi tahun kemarin itu cabe merah sudah 60 ribu, nanti juga kemungkinan di atas 50 ribu per kilo. Mungkin karena petani belum banyak yang panen. Panennya baru nanti sekitar bulan 9 pas lebaran haji, lalu bulan 10-11 itu bisa jadi juga mahal,” jelas Suprapto.
Menurut Suprapto, sejak dua minggu sebelum puasa yang dari luar pulau sudah banyak yang meminta, padahal di luar bulan Ramadhan permintaannya tidak sebanyak itu. Penyebabnya, di tempat yang minta barang, biasanya saat Ramadhan pedagangnya bertambah, muncul para pedagang musiman. Hal ini juga terlihat dari aktivitas kuli bawa yang pada hari di luar Ramadhan biasanya hanya menghabiskan barang 1 ton tapi pada saat bulan Ramadhan bisa sampai 1,5 ton per hari.
“Permintaan memang meningkat dari Batam, Bangka Belitung dan Padang. Jika permintaan banyak sedangkan stok menipis akibatnya mau ndak mau harga barang akan naik,” lanjut pemuda yang sudah berjualan sejak 1998 di Lampung dan sudah lima tahun menjadi distributor cabe merah di Pasar Induk Cibitung, Bekasi itu.
Kenaikan harga bumbu dan sayur-sayuran ini dibenarkan oleh Juleha, pedagang sayuran di pasar Kemang Utara. Namun menurutnya, pada awal-awal bulan puasa, pembelian menurun.
“Kalok awal puasa yang beli kurang. Ntar kalau pertengahan baru rame lagi. Dua minggu sebelum lebaranrame. Dan harga naik,” tutur Juleha.
Juleha juga mengaku bahwa di bulan Ramadhan ini ia menambahkan gula merah dan kolang-kaling dalam item jualannya karena banyak pembeli yang mencarinya untuk dibuat kolak.
Kebutuhan Belanja Naik Saat Ramadhan
Di bulan puasa ini, Shinta, orangtua tunggal yang hanya hidup dengan anak perempuan satu-satunya ini mengaku bukannya menghemat, justru pengeluarannya bertambah dua kali lipat.
“Sehari kita makan dua kali, siang ama sore aja. Sama kayak hari puasa. Tapi kalau puasa bisa dobel pengeluarannya,” tutur Shinta.
“Taruh deh kalo gak bulan puasa Rp. 20.000,- bisa dapet sayuran, kangkung, tahu, tempe. Ikan basah juga bisa beli setengah. Kalo puasa bisa habis Rp. 40.000,-,” ujar buruh cuci yang tinggal di Pisangan ini.
“Tambah beli gula buat teh manis, atau gula jawa buat kolak. Kalau beli jadi segelas Rp. 3.000,- sampai Rp. 4.000,-. Makanya biar irit kita bikin sendiri. Bikin gorengan sendiri, es sendiri. Kan ada sirup. Kalau kita selalu beli ya tambah boros.”
Meski harga-harga naik, rumah makan tak menaikkan harga. Rudi, pemilik Warung Tegal (Warteg) mengakui ia tak menaikkan harga makanannya meski harga-harga sayuran dan bumbu naik. Namun Rudi mengaku stok sayuran dan bumbu lancar. Itu yang disyukurinya.
“Meski harga naik, kita gak pernah kekurangan bahan,” ujar Rudi yang selama bulan Puasa membuka Wartegnya 24 jam untuk melayani pembeli.
“Walo puasa, pembeli tetap banyak. Siang ama sahur. Kan banyak orang kantor, bisa dari mana aja. Barangkali bukan orang Islam, atau dalam perjalanan,” tambahnya.
Tak Masalah Kualitas Makanan Meningkat
Kenaikan harga bahan pokok akibat meningkatnya jumlah permintaan pada bulan Ramadhan, salah satunya dipicu gaya hidup yang berbeda saat puasa. Hal ini pun berdampak pada peningkatan biaya belanja saat Ramadhan, karena sebagian orang berpikir, apa salahnya memasak sedikit istimewa pada bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan di luar Ramadhan?
Terkait hal ini Ustaz Abdullah Beik menjelaskan bahwa larangan tidak memasak lebih banyak pada bulan Ramadhan barangkali juga tidak 100% benar. Sebab mungkin juga ada beberapa hal yang di luar bulan suci Ramadhan tidak menjadi kebutuhan tapi pada bulan suci Ramadhan memang menjadi kebutuhan.
Mungkin masih ada atau banyak di antara kita yang berlebihan ketika mengonsumsi makanan di bulan suci Ramadhan. Itu saja yang mungkin perlu dicermati. Karena bulan Ramadhan juga mengajarkan kita untuk tidak berlebihan.
“Mungkin yang perlu dicermati adalah batas. Tidak berlebihan lah ya…” pesan Ustaz Beik.
Kalau kualitas makanan lebih baik dari bulan lain malah bagus. Di bulan lain kita jarang makan buah tapi di bulan ini makan buah. Masyarakat kita bisa lebih sehat. Di samping puasanya sudah menyehatkan makanannya juga bergizi. Di bulan lain orang jarang mengonsumsinya tapi di bulan Ramadhan dikonsumsi. Tentu ini yang positif. “Kalau dari sisi peningkatan kualitas seperti itu saya setuju,” terang Ustaz Beik.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan untuk mencari berkah dan melatih kita mengontrol hawa nafsu baik saat sedang berpuasa maupun saat sedang tidak berpuasa. Begitupun dengan upaya menjaga kestabilan harga bahan pokok, sebab tentu masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan yang mungkin seringkali berpuasa tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga di luar bulan Ramadhan sebab mereka tidak mampu memenuhi biaya makan sehari-hari.
Operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah sebagai jawaban untuk mengatasi kenaikan harga bahan pokok sepatutnya tidak hanya dilakukan pada saat bulan Ramadhan tapi juga saat stok-stok bahan pokok menipis di pasaran terutama di pasar-pasar induk, sehingga mampu memberikan suplai yang cukup kepada para pedagang dan dengan begitu akan menghindari menipisnya stok bahan pokok yang merupakan alasan klise untuk menaikkan harga bahan pokok tersebut. (Lutfi-Malik-Muhammad/Yudhi)