Berita
Fatimah Az Zahra: Perempuan Teladan dan Pilar Bangsa
Berbicara tentang Fatimah, putri seorang manusia sempurna yang dididik dan dibesarkan dengan cara yang sempurna, seolah takkan pernah ada waktu yang cukup untuk itu. Karena apapun yang dibicarakan tentang Fatimah, tidak akan mampu menyentuh pada sosoknya yang benar-benar sempurna.
Hal itu disampaikan para pembicara dalam talkshow peringatan hari lahirnya Fatimah Az Zahra, juga Hari Kartini yang digelar Muslimah Ahlulbait Indonesia, pada Rabu (22/4) di Gedung Bellagio, Jakarta.
“Kalau untuk masa sekarang, sosok seperti Fatimah biasanya disebut sebagai pejuang perempuan,” terang Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum.
Sebab, menurut Sinta, Fatimah adalah sosok yang sangat pintar dan juga sangat dicintai oleh Rasulullah SAW. Bahkan karena keagungan sosok Fatimah, Rasulullah menjulukinya sebagai, Ummu Abiha, atau “Ibu dari Ayahnya.”
Role Model Perempuan Sedunia
Semua kesempurnaan ada pada diri Fatimah. Sehingga menjadikannya sebagai sebuah role model bagi para ibu, para istri dan bagi para perempuan di seluruh dunia dalam menempuh bahtera kehidupan ini mestinya menjadi sebuah keniscayaan.
Karenanya dr. Mariatul Fadhilah, Direktur RSAB Az-Zahra, mengatakan bahwa jika saja Fatimah bukan sosok yang hebat maka tidak akan melahirkan anak-anak yang hebat yang oleh Rasulullah dijuluki sebagai “pemuda penghulu surga.”
“Sisi apa yang tidak bisa kita contoh pada diri Fatimah?” tanya Maria. “Meskipun itu dari awal, hingga sekarang dan sampai yang akan datang,” lanjutnya.
Sementara itu, Dr. Ir. Anita D. Kolopaking, S.H, M.H, notaris dan penulis buku “Penyelundupan Hukum Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah di Indonesia”, mengatakan bahwa dalam pembahasan hak-hak wanita pun, Fatimah tetap menjadi figur, dilihat dari segi hukum. Sebab Fatimah menjalankan semua kewajibannya dan tidak menuntut hak-haknya. Berbeda dengan perempuan saat ini yang lebih menuntut haknya dan melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah, sebagai seorang ibu bagi anaknya, sebagai seorang istri bagi suaminya dan juga sebagai makhluk sosial bagi masyarakat sekitarnya.
“Apakah kita telah berbuat sama seperti yang Fatimah perbuat untuk suaminya, kepada anak-anaknya?” tanya Anita.
Karakter Perempuan Pilar Bangsa
Karakter sebuah bangsa tidak akan dapat dilepaskan dari sosok perempuan yang melahirkan dan menjadi pendidik bagi para penerus kepemimpinan di negeri itu. Maka dari itu seorang perempuan, menurut Sinta, yang paling utama haruslah berilmu baik ilmu agama ataupun ilmu-ilmu yang lain sehingga mengetahui hak dan kewajibannya.
“Karena perempuan adalah tiang negara, tiang bangsa dan tiang dari rumah tangganya,” terang Sinta.
Lebih jauh, Sinta menjelaskan untuk menjadi pilar bangsa perempuan Indonesia harus memiliki beberapa karakter, yaitu kejujuran, keadilan, kesabaran, toleransi, demokrasi dan kesetaraan. Dengan demikian perempuan bisa menurunkan dan mengajarkannya kepada anak-anaknya, kepada seluruh bangsa Indonesia.
Lalu apakah perempuan Indonesia telah memiliki karakter seperti yang disebutkan Sinta?
“Masih 40%” pungkas Sinta. (Lutfi/Yudhi)