Berita
Bupati Jepara; Kartini Adalah Pemberontak Agar Wanita Berpendidikan
Jepara adalah Bumi Kartini, tempat lahirnya Pahlawan Nasional emansipasi wanita. Hari ini, Selasa, 21 April 2015 masyarakat Jepara memperingati kelahiran Raden Ajeng Kartini yang ke-136 di pendopo Kabupaten Jepara.
Pemerinatah Kabupaten Jepara juga menggelar Festival Kartini yang ke-3 yang diisi serangkaian acara budaya dan potensi lokal Jepara, yang berlangsung sejak tanggal 8-21 April 2015. Selain itu festival ini juga untuk memperingati lahirnya kota Jepara yang ke-466.
Dalam sambutan yang disampaikan ketua panitia, tujuan diadakannya peringatan hari lahir Kartini tahun ini adalah guna menumbuhkembangkan rasa patriotisme dan cinta pada Kartini untuk membangun Indonesia seutuhnya.
Salah satu surat Kartini yang dibaca dalam acara itu menyinggung pertanyaan Kartini muda, ketika dia bertanya kepada dirinya dan orang tuanya, akan jadi apakah saya kelak. Pertanyaan tersebut menjadi jawaban dari pemberontakan Kartini dewasa kepada sistem dan kebiasaan ningrat perempuan di masa itu.
Kartini menjadi ikon perlawanan wanita agar bisa belajar dan terdidik seperti kaum lelaki di masanya.
“Semangat belajar Raden Ajeng Kartini itu luar biasa. Tingkat intelektual dan pengetahuannya mengenai ilmu-ilmu umum maupun agama sangat tinggi,” ujar Bupati Jepara KH. Ahmad Marzuki, SE dalam sambutannya.
Pada usia 12 tahun, lanjut Marzuki, Kartini sudah memiliki kemampuan bahasa luar biasa. Di usia itu pihak Belanda memberikan beasiswa kepada Kartini untuk melanjutkan sekolah ke Belanda. “Sayangnya di masa itu tidak lazim perempuan bersekolah tinggi-tinggi. Akhirnya Kartini lebih memilih keinginan ayahnya yang sedang sakit untuk menikah”, lanjutnya dihadapan hadirin yang berkebaya. Kesempatan belajar itu Kartini berikan kepada H. Agus Salim yang berada jauh di Sumatra. “Ini menandakan luasnya pergaulan Kartini meski tidak pernah bertemu H. Agus Salim,” katanya.
Bupati dari Kecamatan Bangsri ini juga menyebutkan kepedulian Kartini kepada para wanita di masa itu. Di masa itu, banyak ibu-ibu yang rela mati demi kelahiran anaknya, sehingga angka kematian ibu di masa itu sangat tinggi.
“Kartini bersedia menjadi bidan atau dukun bayi guna menyelamatkan para wanita yang melahirkan,” tambahnya.
Marzuki mengajak hadirin untuk meniru kebaikan sikap kartini, semangat belajar dan menumbuhkan ilmu pengetahuan.
Diakhir ceramahnya, Bupati Jepara itu meminta hadirin untuk menghadiahkan bacaan Surat Al-Fatihah untuk ibu Kartini pahlawan yang berasal dari Jepara. (Ahmad-Abu Mufaddal)