Artikel
Anti Diskriminasi, Tiang Persatuan Umat; Alm. KH. Sayyed Arifin Assagaf
Meraba Alam Pikiran Alm. KH. Sayyed Arifin Assagaf
Masyarakat muslim Sulawesi Utara jelas mengenal baik sosok ulama ini. Beliau pernah menjadi Ketua MUI Provinsi Sulawesi Utara. Masyarakat muslim Sulawesi Utara juga mengenal sosok ulama yang baik ini terutama karena tampilnya secara tegas sebagai pemuka agama yang berdiri di atas segala golongan dan aliran. Ini dapat dibuktikan pada aktivitas usia senjanya sebagai Ketua Badan Kerja Sama Antar Umat Agama (BKSAUA) Sulawesi Utara. Seperti diketahui bahwa Sulawesi Utara adalah provinsi berpenduduk majemuk dalam latar agama dan kepercayaan.
Tak dapat ditolak juga bahwa hanya sangat sedikit kaum muslim yang kurang sepakat dengan langkah-langkah beliau. Masyarakat muslim Sulawesi Utara “yang baik” akan memandang kehadiran tokoh ini sebagai berkah bagi warga. Usia senjanya hanya menyampaikan kabar tentang kian rentanya fisik beliau, namun tidak pernah mengabarkan surutnya perjuangan untuk kepentingan umat dalam dada pria kelahiran Ternate, 6 Januari 1931 itu. Sejarah enggan menulisnya sebagai sosok yang menyerah di depan kerasnya zaman dan perubahan waktu. Sejarah lantang mengatakan bahwa ia telah meninggalkan cerita tentang tekad mempersatukan kaum muslimin.
Itulah prasasti terindah yang ditinggalkan. Peninggalan yang layak dibanggakan dan pantas diperjuangkan. Persatuan kaum muslimin. Sahabat dekat Ustaz Husein Alhabsyi dan dr. Omar Hashem itu, jarang geram kecuali untuk dua hal; diskriminasi dan perpecahan kaum muslimin. Denni Pinontoan pernah menulis bahwa beliau melawan diskriminasi dengan caranya sendiri bahkan sampai ke tingkat paling tegas, yaitu ikut Permesta dengan bayaran yang amat tidak murah; kehilangan pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri pada Jawatan Pertanian Maluku Utara. Ia menyambut proklamasi yang diserukan Ventje Samual, 2 Maret 1957 di Makassar.
Motif pemuda berusia 26 tahun itu tidak lain melawan diskriminasi. Taruhannya juga bukan tidak berat, masuk bui di tempat paling “angker” dalam “kamus penjara” Nusantara, Nusa Kambangan. Itu juga setelah melalui beberapa penjara sebelumnya; Ambon, Surabaya, Semarang, dan Madiun. Semua itu untuk menentang diskriminasi. Pembedaan itu menentang agama dan kenyataan semesta.
Masa muda yang dihabiskannya di dunia pergerakan Islam mengantarkannya pada kenangan untuk melihat pentingnya perdamaian abadi. Melalui ilmu-ilmu Ahlulbait yang didalaminya, ia menempatkan persatuan muslimin sebagai prioritas nomor wahid. Ia pun menjadi sosok yang disegani berbagai kalangan di Manado, baik Muslim maupun Nasrani. Masa tuanya ia tampilkan sebagai masa pengabdian pada urusan kemanusiaan. Beliau adalah salah seorang tokoh yang gigih berjuang bagi suksesnya perundingan Malino.
Kini, KH. Sayyed Arifin Assagaf telah pulang ke haribaan Tuhannya. Ia telah menunaikan perintah agama yang dianutnya. Beliau telah mencatat riwayat tentang sosok muslim yang mencintai nabinya. Siapapun yang pernah mengenalnya dari dekat akan tahu bahwa sosok ini teguh memegang prinsip pribadinya, namun tidak digunakannya untuk menegasi atau menafikan prinsip dan keyakinan orang lain. Terakhir beliau menjadi penasihat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi), salah satu ormas Syiah di Indonesia. Namun, ia tetap menjadi seorang Ahlus Sunnah (Syafi’i) yang toleran. Tidak ada yang menentangnya kecuali mereka yang bersikeras menyeragamkan keyakinan manusia.
Muslim Sulawesi Utara, khususnya Manado dan Tondano pantas merasa kehilangan tenda pemersatu. Namun hasil kerja kerasnya telah tertoreh menjadi tebaran generasi sadar persatuan. Murid-muridnya adalah penyeru-penyeru kerukunan dan toleransi antar penganut keyakinan yang berbeda. Murid-murid yang matang dalam asuhan Sang Guru Pemersatu. Guru yang menyerukan, “Tiada pembedaan dalam perbedaan. Perbedaan adalah kekayaan. Diskriminasi adalah tiang keruntuhan. Anti-diskriminasi adalah tiang persatuan umat.”
Berita wafatnya beliau menyentak banyak pihak. Ketua Umum DPP Ahlulbait Indonesia yang tengah berada di luar negeri, langsung mengirim ucapan belasungkawa. “Allah yarham beliau, Ami Arifin Assagaf, dengan rahmat-Nya yang sangat luas,” pesan Ketua Umum DPP ABI, KH. Hassan Alaydrus.
Guru yang tenang pemilik nama lengkap Sayyed Arifin bin Sagaf bin Husein Assagaf itu, telah menyeberang. Guru umat itu telah bersaksi tentang jalan terjal persatuan umat Islam. Selamat jalan, guru muslim dan inspirator persatuan bangsa, KH. Sayyed Arifin Assagaf. (Abu Mufadhdhal/Yudhi).