Berita
Semangat NU Membangun Islam Nusantara
Dalam rangka tasyakuran menyambut Hari Lahir Lakpesdam NU ke-30, alumni dan kader Lakpesdam NU berkumpul di kantor Lakpesdam NU Menteng, Selasa (7/4), dalam forum diskusi mengangkat tema “Pokok-Pokok Pemikiran Pengembangan SDM NU Menyongsong Muktamar NU Ke-33”.
Acara dibuka dengan tausiyah Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, MA selaku Ketua Umum PBNU yang menyebutkan bahwa NU harus membentuk umat yang kuat. Said Agil juga menyebutkan pentingnya menjaga sikap tawassuth (berimbang) dalam tubuh NU.
“Sikap tawassuth ini tidak mudah. Karena kita menghadapi dua kubu ekstrem pemikiran, yang radikal dan yang liberal,” pesan Said Agil. “Darimana tawassuth ini lahir? Dari keseimbangan aqli (akal) dan naqli (teks suci).”
Said Agil juga menegaskan bahwa Islam di Nusantara berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Ada nilai Nusantara khas Indonesia yang tak ada di Timur Tengah. Dan itu harus dijaga dan dipertahankan.
“Di Timteng itu mazhab Ahlusunnah dan Syiah itu basisnya suku. Itu yang membuat kalau terjadi konflik keras sekali. Kalau di Indonesia kan tidak, di sini kita lebih terbuka,” terang Said Agil.
“Karena itulah, tugas kita adalah mewarnai bangsa kita bukan dengan Islam ala Timur Tengah, tapi dengan Islam rasa Nusantara, dengan Ahlusunnah rasa NU yang moderat, yang tawassuth.”
Sementara Syafiq Hasyim, Ph. D, tokoh muda dari NU dalam pembukaan diskusi Lakpesdam ini mencatat bahwa dalam kondisi sekarang ini, yang harus dilakukan NU adalah selain menginventarisir dan mengembangkan potensi-potensi kekayaan NU untuk masa depan NU, yang tak kalah pentingnya adalah mematangkan konsep Aswaja secara intelektual demi terbentuknya Islam Nusantara yang dicita-citakan ini. (Muhammad/Yudhi)