Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Nasib “Sial” Pedagang Ikan Muara Angke Jakarta

Suasana pusat grosir ikan di Muara Angke, Jakarta nampak berbeda dengan hari biasanya. Sore itu (26/3), sebagian pedagang ikan tak lagi leluasa menjual barang dagangannya. 

“Kami tidak dapat tempat,” kata Jeki salah satu pedagang.

Sementara, sebagian besar dari mereka merugi akibat ikan-ikan mereka membusuk, dan ada yang terpaksa dijual dengan harga murah. 

“Bayangkan saja Mas, kalau kita belinya 10.000 sampai 20.000 per kg, tapi daripada membusuk kita jual ke pengasinan ikan dengan harga 3000 saja per kg,” keluh Jeki.

Padahal menurutnya setiap pedagang memasok ikan sekitar lima kwintal ikan per hari, kalau pasokan ikan lancar.

Menurut Jeki saat ini ada sekitar 100 pedagang yang tidak mendapat tempat akibat perpindahan tempat lelang lama ke tempat yang baru. Jeki sendiri mengaku sudah 12 tahun berdagang di tempat lelang lama dengan status pedagang kaki lima. 

“Awalnya sebelum pindah kita sudah didata, tapi saat sudah pindah kami tidak mendapat tempat. Kita sudah berusaha mengajukan permohonan berkali-kali tapi tidak ditanggapi,” papar Jeki. 

Sementara itu, Nursalim pedagang lain yang berstatus sama dengan Jeki tetap menggelar dagangannya di tempat lelang yang baru. 

“Kita manfaatin tempat yang kosong saja. Tapi biasanya ada yang datang mengaku tempat ini miliknya, ya kita geser lagi entah kemana”. Sambil memilah-milah ikan yang sudah mulai rusak, Nursalim nampak risau dengan nasibnya sekarang. “Saya jualan di sini sejak tahun 1997, sudah dua kali saya mengajukan permohonan tempat untuk berjualan tapi tidak ditanggapi. Tapi kalau mereka yang punya uang, langsung dapet tempat,” imbuhnya.

Jeki menilai, pihak pengelola pasar yang berada di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan tidak bersikap adil terhadap mereka. “Kita yang sudah lama jualan di sini tidak difasilitasi, tapi yang punya modal besar langsung dapat tempat. Kalau yang mendapat tempat itu pedagang gak masalah, tapi yang dapat tempat yang punya modal besar, yang di sini kebanyakan buruh. Bahkan satu orang ada yang punya lapak sampai 20,” tambah Jeki. 

Sebagian dari mereka tidak dapat berjualan sejak Rabu (25/3) kemarin setelah pindah dari tempat lelang lama ke tempat yang baru. 

Para pedagang menilai, tempat lelang baru merupakan tempat lelang ke-3, sedangkan dua lainnya masih nampak dibiarkan begitu saja. 

Mereka mengaku, sudah berupaya baik-baik menemui pihak pengelola untuk mengajukan permohonan namun tidak mendapatkan respon sesuai yang mereka harapkan.

Sementara itu, pihak pengelola pasar belum dapat dihubungi untuk dimintai keterangan terkait hal itu. (Malik/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *