Berita
Kendeng: Eksploitasi vs Konservasi Alam
Kasus pendirian pabrik semen di pegunungan Kendeng, Rembang, terus menuai pro dan kontra. Pertarungan antara orientasi eksploitasi vs konservasi alam terus bergulir saat warga Rembang di pegunungan Kendeng bersikeras menolak didirikannya pabrik semen di tanah mereka ini karena dianggap akan merusak alam dan sumber mata air mereka.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Jakarta, dalam diskusi terbatasnya Rabu (25/3) membahas hal ini.
Dalam diskusi ini Eko Cahyono dari IPB menyebutkan bahwa masalah di Kendeng adalah pertarungan antara orientasi eksploitasi alam yang dilawan oleh warga yang ingin melindungi alam Kendeng, terutama sumber airnya.
“Jadi kalau korporat itu ketika melihat alam yang kaya, orientasinya adalah bagaimana mengeskploitasi sebanyak-banyaknya, tanpa melihat efek buruk dan dampak lingkungannya,” ujar Eko.
“Untuk itu mereka juga memberi pembenaran bahwa didirikannya pabrik semen bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang miskin dan menambah lapangan kerja. Tapi itu berbeda dengan fakta di lapangan. Masyarakat sekitar Kendeng itu tak hanya petani, tapi juga peternak. Mereka tidak miskin,” tambah Eko.
“Justru kalau pabrik semen didirikan masyarakat terancam jatuh miskin, karena tanahnya rusak, sumber airnya juga hilang.”
Dampak Kendeng
Petrasa Wacana, peneliti lingkungan dari Universitas Gajah Mada yang juga ikut dalam diskusi ini membenarkan apa yang disampaikan Eko. Dampak dari didirikannya pabrik semen dan penambangan kapur di wilayah kars pegunungan Kendeng akan merusak alam dan sumber airnya. Dan dampaknya tak hanya bagi daerah Kendeng, tapi bagi seluruh Jawa.
“Saya sering turun ke gua bawah tanah melihat air bawah tanah ini. Meski atasnya terlihat tandus, tapi debit airnya sangat banyak. Jika kars-nya ditambang, maka airnya akan hilang,” ujar Petrasa. “Ini tak hanya akan mempengaruhi Kendeng, tapi bahkan Jawa.”
Peneliti dari LIPI, Riwanto Tirto Sudarmo usai mendengarkan pemaparan Eko dan Petrasa mengakui bahwa dari data dan fakta di lapangan memang seharusnya pembangunan pabrik semen di Kendeng ini dihentikan. Dampak buruknya jauh lebih besar dari manfaatnya.
“Kita harus melindungi sumber air Kendeng. Begitu gagal tangani kasus Rembang, bisa berarti kegagalan apa yang kita anggap sebagai melindungi Indonesia,” ujar Riwanto. (Muhammad/Yudhi)