Berita
Teluk Hijau, Eksotisme Ujung Timur Jawa
Sejak akhir tahun silam, pamor Teluk Hijau sebagai alternatif destinasi wisata alam di Jawa Timur kian melejit khususnya di segmen anak muda kalangan mahasiswa.
Cerita dari mulut ke mulut mengenai keindahan panorama salah satu gugus pantai di timur Pulau Jawa ini membuat kontributor ABI Press tertarik melihatnya dari dekat. Selain berwisata, perjalanan ini sekaligus hendak melihat keseriusan komitmen Bupati Abdullah Azwar Anas dalam mendongkrak pamor Banyuwangi melalui sektor pariwisata.
Perjalanan darat dari Surabaya menuju Banyuwangi yang dilakukan dinihari untuk menghindari kemacetan ditempuh selama 8 jam dan sempat terhambat di Pasuruan karena luapan banjir akibat hujan deras.
Memasuki kota Banyuwangi, masih diperlukan 2 jam perjalanan menuju lokasi mengingat letaknya berada di ujung (berbatasan langsung dengan) Pantai Selatan, tepatnya di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran.
Patut disayangkan, infrastruktur menuju area Teluk Hijau menjadi problem utama. Akses jalan utama yang beraspal sedang mengalami perbaikan sehingga terpaksa dialihkan ke jalan alternatif.
Medan rute alternatifnya sendiri kurang ramah terhadap kendaraan: belum diaspal, berbatu, dan berlubang-lubang. Serta, belum terdapat penerangan sehingga bisa dibayangkan seperti apa suasana jalan ketika malam hari. Kondisi ini berakhir ketika rombongan memasuki area hutan karet milik pemerintah.
Di ujung hutan, terdapat pos penjagaan yang berfungsi sebagai loket pembayaran tiket bagi wisatawan. Setelah melengkapi administrasi, rombongan melanjutkan perjalanan sekitar 10 menit dan berhenti di Pantai Rajegwesi. Jika lapar, di pantai ini banyak terdapat warung yang menjajakan aneka olahan hasil laut.
Menurut keterangan salah satu anggota rombongan, Rajegwesi menjadi saksi bisu bencana tsunami yang terjadi pada dekade 1990an. Ini terbukti dengan adanya papan peringatan dini tsunami pada salah satu sudut area tersebut.
Di pemberhentian ini wisatawan dapat memilih tiga alternatif menuju Teluk Hijau: via jalur laut menggunakan perahu nelayan dengan tempo tempuh 10 menit bertarif 35.000 rupiah per orang, memakai jasa ojek motor seharga 10.000 atau bagi penyuka tantangan dapat berjalan kaki sejauh 2 Km. Bagi anak kecil, orang tua, maupun penderita penyakit akut sangat direkomendasikan untuk naik perahu atau ojek untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Guna menghemat biaya sekaligus uji nyali, kontributor ABI Press memilih opsi jalan kaki.
Pertama kita akan melewati perkampungan, lalu hamparan sawah berikut areal pekuburan. Kemudian melalui area perbukitan dengan kontur naik turun serta jalan tanah yang licin di beberapa tempat sehingga diperlukan kehati-hatian saat melewatinya. Tidak perlu khawatir tersesat karena warga sekitar dengan ramah akan menunjukkan arah mana yang harus dituju. Plang penunjuk jalan juga tersedia di beberapa titik.
Sebelum memasuki area Teluk Hijau ada beberapa pantai yang harus dilewati seperti Pantai Batu dan Teluk Damai yang tidak kalah indahnya. Setelah berjalan kurang lebih 45 menit, sampailah juga di Teluk Hijau. Seperti namanya, air laut di sini memang berwarna hijau kebiruan. Gelombang laut yang tenang berikut jajaran tebing karang menambah keelokan pantai ini. Hamparan pasir putih bertekstur seperti merica masih asri dan belum tercemar. Sebabnya adalah, belum ada penjaja makanan maupun minuman di area pantai sehingga mampu meminimalkan jumlah sampah.
Tetapi alangkah baik jika pengelola menyediakan payung, gubuk, atau menambah populasi pohon kelapa sebagai sarana berteduh wisatawan dari cuaca siang yang terik. Sekali lagi, infrastruktur jalan serta fasilitas yang dapat membuat pengunjung nyaman menikmati Teluk Hijau merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi jika ingin menambah kesan apik objek wisata andalannya tersebut. (Fikri/Yudhi)