Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Dengan Silat, Bentuk Karakter Santun dan Cinta Tanah Air

ABI Press_Kabuyutan Gegerkalongan

Bak kepakan elang, jari-jari Upik mengembang, meliuk bersama putaran pinggangnya saat jemari tangannya tiba-tiba mengepal, meledak meninju udara dalam beberapa kembangan jurus. Tak berhenti hanya dengan pukulan, tumit kaki Upik yang menjejak tanah melesat ke atas, menendang keras.

ABI Press_Silat Maenpo di Kabuyutan GegerkalonganTak hanya mahir silat tangan kosong, Upik juga piawai menunjukkan jurus silatnya dengan golok di tangan saat ABI Press memintanya unjuk kemampuan.

Ia biasa dipanggil Upik. Nama lengkapnya Taufik. Remaja belia yang masih duduk di bangku SMP 12 Blok Bandung Sentratama ini adalah satu dari banyak remaja Gegerkalong, Bandung yang belajar silat di Kabuyutan Gegerkalong.

“Saya belajar silat di sini dari umur 10 tahun,” tutur Upik. “Saya pingin bisa beladiri biar bisa ngejaga orangtua, ngejaga negara, bisa bela bangsa.”

Upik mengaku, sejak kecil ia mengidolakan tokoh Si Pitung yang sering ia lihat dulu di film-film perjuangan membela negara dari penjajah Belanda. Si Pitung pula kiranya yang membuatnya mencintai silat.

“Saya suka Si Pitung. Soalnya silatnya teh semangat, pantang menyerah, gak takut ama musuhnya sebesar apa pun juga dalam bela negara lawan penjajah,”ujar Upik yang meski malu-malu, matanya terlihat berbinar saat menceritakan sosok idolanya itu 

Lima Pokok Utama Silat

Silat tak hanya melulu soal jurus dan pukulan, apalagi untuk belagu. Upik justru menceritakan guru-guru silatnya mengajari bahwa inti dari Silat itu ada pada sopan santun dan tatakrama. 

“Kita teh di silat diajarin sopan santun, tatakrama,”ujar Upik. “Kan setiap mau maen harus ada hormatnya. Itu termasuk sopan santun. Jadi mau silat harus hormat. Mau tampil, datang sampurasun, gitu. Gak boleh buat sombong-sombongan.”

Hal ini dibenarkan oleh salah satu guru silat Upik, Tri Mulyono. Pemuda yang akrab dipanggil Kang Yono ini menerangkan bahwa Silat terdiri dari lima bagian utama.

ABI Press_ Tri Mulyono guru silat Maenpo Kabuyutan Gegerkalongan“Papagon, duduk sila, takarrub ke gustina, harus berdoa kepada Allah Swt. Kedua itu harus shalat, kewajiban umat Islam, untuk menghindarkan dari syaitonirrajim. Ketiga beladirinya, silat. Terdiri dari bela diri, bela keluarga, dan bela negara,”terang Kang Yono.

“Keempat, shalawatan. Wajib shalawatan dalam silat kenapa? Karena dijelasin oleh Nabi bahwa gerbangnya ilmu itu Sayyidina Ali. Sebagaimana hadis Nabi ana madinatul ilm, siapa yang ingin mengikat ilmuku, lewatilah Baginda Ali sebagai gerbangnya. Makanya sebelum latihan silat atau maenpo diwajibkan berdoa dulu. Bertawassul. Biar ilmu itu barokah. Dan biar selamet. Biar latihan lancar,” lanjut Kang Yono. “Baru yang kelima, silaturahmi. Saling mengisi, untuk menyatukan semua.”

Silat, Dari Ibingan Hingga Maenpo

Selain mengajari silat, untuk tingkat lebih lanjut, Kabuyutan Gegerkalong mengajarkan Silat Maenpo. Berbeda dengan silat yang lebih banyak jurus ibingan yang biasanya panjang pukulan dan tendangannya, jurus di Maenpo pendek-pendek, bersifat praktis, dan bisa memanfaatkan benda sekitar.

“Maenpo itu ilmu silat taktis. Bagaimana merobohkan lawan dalam hitungan detik. Titik kekuatan Maenpo adalah tenaga ledakan. Posisinya ketika sebelum memukul, tangan lemes. Ketika masuki momen, baru dikeraskan, diledakkan,”tutur Kang Yono. 

“Penciptanya adalah Mama Haji Ibrahim. Ia berguru kepada tiga guru, Abah Madi, Abah Kari, dan Abah Syahbandar. Ia satukan semua ajaran gurunya dan dinamakan Silat Maenpo,”terang Kang Yono. “Latar belakang diciptakannya Maenpo untuk bela bangsa. Untuk mempertahankan NKRI dan bagaimana melepaskan dari penjajahan. Dari juragan yang selalu menyiksa anak buahnya,”terang Kang Yono. 

ABi Press_Kabuyutan GegerkalonganMenilik cara pengajaran dan latar belakang diciptakannya Silat Maenpo ini, tak heran Upik, dan juga banyak teman-teman sekampungnya memiliki kecintaan dan semangat bela negara yang tinggi. 

“Kalau ada yang menyerang, saya teh siap bela negara,”ujar Upik dengan tegas. “Kan kalo dijajah ama penjajah, hidup kita gak akan seindah ini lagi.”(Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *