Berita
Maulid Nabi di Kabuyutan, Leburnya Cinta dalam Kearifan Lokal
Bagi urang Sunda, terutama bagi Kabuyutan Sunda, Maulid Nabi Muhammad memiliki arti yang sangat penting. Maulid menjadi momen yang sakral sebagai momen untuk mengungkapkan kecintaan dan menyambungkan hubungan ruhani dengan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
“Maulud ini tiap tanggal 14 dan sudah menjadi adat kebiasaan dari leluhur. Agar bagaimana kita menyambungkan rasa dengan Baginda Rasul,” terang Abah Yusuf Bahtiar, pupuhan Kabuyutan dalam peringatan Maulid Nabi di Kabuyutan Gegerkalong, Bandung, yang berlangsung Sabtu (3/1) dari pukul 19.00 bakda Isya hingga pukul 01.30 dinihari.
Acara yang diikuti warga setempat berpakaian hitam-hitam lengkap dengan ikat Sunda itu dimulai dengan tawassul dan hadhrahan/hadiahan al-Fatihan kepada 14 manusia suci juga para leluhur karuhun.
“Kita tawassulan, hadhrahan/hadiahan Fatihah kepada 14 manusia suci dulu,” ujar Abah Yusuf. “Juga pada leluhur karuhun sampai pada prabu Siliwangi yang nama aslinya Sayyid Jamaluddin al-Akbar. Juga kepada Kian Santang, yang nama aslinya Sayyid Aimman. Mereka juga adalah dzurriyyah Nabi.”
Setelah tawassulan dan pembacaan shalawat, acara dimeriahkan dengan lantunan lagu-lagu Sunda warisan leluhur yang berisi kisah Nabi dan keluarga Nabi.
14 Tumpeng, Simbol 14 Manusia Suci
Dalam acara yang juga dihadiri Kapolsek, Dandim dan Brimob Bandung ini, usai memberikan sambutan dan apresiasinya atas acara Maulid Kabuyutan Gegerkalong ini sebagai tempat berkumpul warga dan menjaga budaya leluhur, Dandim 0618 Letkol Infantri Rudi Muhammad Ramdan mendapatkan kehormatan pertama mengambil pucuk 14 tumpeng yang menjadi simbol 14 manusia suci yang nantinya diberikan kepada para pesilat.
“Ke 14 tumpeng itu menggambarkan 14 manusia suci,” terang Abah Yusuf saat ABI Press wawancarai. “Nabi Muhammad, Siti Fatimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad, Ja’far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, Hasan Askari, dan Imam Mahdi Ratu Adil yang Sejati.”
“Ini bagian dari tradisi Kabuyutan, nasi tumpengnya diberikan berkahnya kepada pesilat. Lalu diberikan kepada yang lain,” lanjut Abah Yusuf. “Nah, nasi tumpengnya diambil dengan tangan itu artinya bentuk kasih sayang dari Rama. Karena 14 manusia suci itu adalah Bapak (Rama) dari semua Kabuyutan.”
Usai pembagian 14 tumpeng yang menyimbolkan 14 manusia suci ini, warga makan bersama sembari menikmati pertunjukan silat dari laskar Siliwangi dan beberapa perguruan silat Kabuyutan hingga dinihari. (Muhammad/Yudhi)