Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Yenny Wahid: ISIS, Titik Kulminasi Kelompok Intoleran

ABI Press_ISIS

Dalam Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Intoleransi 2014 yang diadakan oleh The Wahid Institute di Jakarta, Senin (29/12), Direktur The Wahid Institute, Zannuba Arifah Chafsoh Wahid mengungkapkan bahaya besar gerakan ISIS.

Menurut putri Gus Dur yang akrab dipanggil Yenny Wahid ini, kelompok teroris takfiri internasional ala ISIS yang terkenal dengan kekejian dan kebrutalannya itu adalah titik puncak dari gerakan kelompok intoleran. Ini yang harus diwaspadai.

“ISIS itu titik kulminasi dari kelompok intoleran. Karena bagi ISIS bukan cuma non-Muslim yang musuh, Muslim itu sendiri musuh buat mereka,” ujar Yenny saat memaparkan bahaya ISIS. “Bayangkan kalau paham intoleran itu dibiarkan, masuk ke Indonesia tanpa ada upaya pencegahan. Seperti apa Indonesia? Bisa tumpah darah nanti.”

Yenny Wahid menegaskan, pemerintah dan masyarakat jangan sekali-kali meremehkan ISIS ini. “Jaringannya kan sudah ada. Terang-terangan di mana-mana lakukan baiat. Ratusan orang bahkan ribuan orang dibaiat sebagai pengikut ISIS.”

“Ini tak bisa disikapi dengan menunggu saja. Tapi juga butuh langkah strategis dan taktis. Pemerintah mesti mulai memikirkan langkah apa untuk menanggulangi ISIS di Tanah Air. Jangan biarkan ada gerakan anti konstitusi dan teroris di negeri kita,” lanjut Yenny.

Dari Pentungan  Sampai  Bom  Rakitan

M. Imdadun Rahmat, Komisioner HAM yang juga hadir dalam acara Wahid Institute ini menyebutkan kelompok pendukung ISIS di Indonesia bukanlah kelompok baru. Mereka adalah kelompok-kelompok intoleran yang lama ada di Indonesia.

“ISIS itu bukan kelompok baru. Mereka yang dukung ISIS itu kelompok lama. Orangnya, jaringannya ya kelompok intoleran itu-itu juga,” terang Imdad.

ISIS, Titik Kulminasi Kelompok IntoleranHal senada diungkapkan Yenny Wahid, “Buat kita, semua orang yang bisa menghalalkan perusakan, pembunuhan, dan hal yang semacam itu untuk mencapai tujuan bisa berpotensi direkrut ISIS. Apalagi kalau mereka berasal dari kelompok ekonomi yang rentan. Jadi mudah sekali untuk dimanipulasi.”

Banyaknya laporan kelompok intoleran ini yang pada titik kulminasinya ikut ISIS menurut Imdad merupakan fenomena yang berbahaya.

“Selama ini mereka melakukan tindakan intoleran pake pentungan. Kini mereka gunakan senjata api, bom rakitan, dan senjata pemusnah massal,” ujar Imdad. “Dan pengalaman itu ada ketika kelompok-kelompok yang bertempur di Afganistan pulang-pulang bikin serangkaian pengeboman di mana-mana.”

“Ini sangat berbahaya. Jangan sampai kelas pentungan naik tingkat jadi kelas pengebom,” pungkasnya. (Muhammad/Yudhi)