Berita
Pangdam Jaya: ISIS Bagian Dari Proxy War Untuk Lemahkan Indonesia
Mayjen TNI Agus Sutomo, SE, Jumat (21/11) dalam kuliah umumnya di Universitas Bung Karno, Jakarta memperingatkan masyarakat akan bahaya gerakan takfiri transnasional ISIS yang berusaha masuk ke Indonesia.
Di hadapan para mahasiswa UBK, Pangdam Jaya itu menjelaskan tanggungjawab pemuda dalam menjaga Indonesia di tengah-tengah kepungan perang proxy pihak-pihak yang ingin melemahkan keutuhan bangsa.
“Indonesia negara yang kaya. Ibaratnya gula, pasti akan dikerubuti oleh semut-semut. Nah, bagaimana caranya mereka mengambil gula ini? Pengalaman menunjukkan kepada kita, bahwa pihak asing, ketika ingin masuk dan menguasai bangsa kita, selalu berupaya memecah persatuan dengan melakukan proxy war,”tutur Mayjen Agus.
“Mereka melakukan perang proxy yang tak kasat mata di semua bidang, politik, ekonomi, budaya, dan lainnya,” lanjutnya. “Tujuannya untuk memecah persatuan bangsa, agar bangsa kita lemah dan mudah dikuasai.”
ISIS, Proxy War Untuk Lemahkan Indonesia
Selain mencontohkan beberapa upaya proxy war yang dilakukan pihak-pihak asing untuk melemahkan persatuan bangsa di bidang politik, ekonomi, dan budaya, Mayjen Agus juga secara khusus menekankan bahaya proxy war yang menggunakan kedok agama. Seperti gerakan-gerakan Islam radikal yang gemar mengkafirkan dan memecah-belah umat seperti ISIS yang pengaruhnya sudah mulai masuk ke Indonesia.
“ISIS (dan yang sejenisnya) adalah bagian dari proxy war ini,”tegas Mayjen Agus saat ditanya oleh ABI Press. “Karena jelas sekali akan melemahkan bangsa. Terutama karena yang direkrut anak-anak muda dan mahasiswa.”
“Kita akan dilemahkan dengan adanya gerakan takfiri ini. Kita juga tak tahu kenapa tiba-tiba muncul ISIS di Timur Tengah. Dan sekarang muncul di Asean, juga ke Indonesia,”imbuhnya. “Pemerintah tegas sikapnya, tak ada tempat bagi ISIS di Indonesia. Kita akan memerangi mereka. Mereka menganggu Indonesia di semua sendi kehidupan. Maka tak ada lain kecuali kita bersatu melawan mereka.”
Sementara Rachmawati Soekarnoputri, salah satu pendiri UBK yang juga hadir dalam kuliah umum itu kepada ABI Press juga menyebutkan bahwa pemain-pemain proxy war ini bisa berubah, begitu juga cara dan metodenya. Tetapi tujuannya tetap sama, melemahkan Indonesia.
“Pemainnya bisa berubah, caranya juga berubah, tetapi tujuannya sama, ingin menguasai Indonesia,” ujar Rachmawati. “Dalam perang proxy ini, sulit mengetahui siapa lawan kita. Tapi bisa kita deteksi dengan berpegang pada UUD ’45, Pancasila, dan NKRI.”
Terakhir Mayjen Agus berpesan kepada masyarakat, agar masyarakat juga ikut aktif membantu aparat memerangi ISIS ini dengan tidak memberi mereka ruang untuk tumbuh.
“ISIS itu sama dengan teroris di tengah masyarakat. Ibaratnya air dan ikan. Selama ada air ikan akan hidup. Tapi kalau tak ada air ikan akan mati dengan sendirinya. Maka kami menghimbau kepada seluruh masyarakat jangan memberi air pada ikan. Jangan memfasilitasi gerakan ISIS maupun terorisme. Jangan diberi tempat,” pungkas Mayjen Agus. (Muhammad/Yudhi)