Berita
Potret Buram Kesetaraan Gender di Indonesia
World Economic Forum (WEF) yang berdiri sejak 2006 silam, kembali mengeluarkan laporan tahunan Global Gender Report bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Pada tahun ini peringkat Indonesia turun dua tingkat dari tahun lalu, yang menempati peringkat 95 dari 136 negara sedangkan tahun ini peringkat 97 dari 142 negara.
Terkait laporan Global Gender Report oleh WEF ini, Komisioner Komnas Perempuan, Dr. Neng Dara Affiah, saat ditemui ABI Press di Utan Kayu semalam (29/10), menjelaskan bahwa penyebab kesetaraan gender di Indonesia menempati peringkat 97 karena kesadaran masyarakat Indonesia tentang hal itu masih kurang.
Neng Dara juga menyoroti pentingnya peran negara untuk memberikan ruang bagi perempuan mengembangkan potensi-potensi yang ada. Begitu juga dengan gerakan civil society seperti organisasi Perempuan NU dan Muhammadiyah juga harus bersama negara ikut memberi ruang bagi perempuan mengembangkan potensinya di segala bidang.
“Sebenarnya kita sudah memiliki Kebijakan Gender Mainstreaming, yaitu Inpres yang dikeluarkan oleh Gus Dur pada tahun 2000, tapi kurang berjalan,” terang Neng Dara.
Kesetaraan gender di Indonesia saat ini, menurutnya malah mengalami flash back atau kemunduran ke masa lalu. Hal ini akibat munculnya kelompok-kelompok tertentu yang justru berupaya memperkecil peran perempuan di muka umum atau menjauhkan peran perempuan dari ranah publik dan sekaligus menggiring persepsi publik bahwa peran perempuan tak lebih dari sekadar pelengkap suami saja.
“Padahal, perempuan bersama laki-laki itu harus saling mu’asyarah bil ma’ruf, bekerja sama untuk kebaikan yang lebih luhur lagi,” tegas Neng Dara.
Dengan kondisi kesetaraan gender seperti saat ini, dia berharap pemerintah melalui instrumen kementrian dan berbagai instansi pemerintahan terkait di setiap tingkatan benar-benar mendorong upaya pemberdayaan perempuan agar akses mereka terhadap pendidikan, ekonomi, sosial dan politik bisa lebih baik lagi.
Meski Neng Dara tak menutup mata bahwa tantangan kesetaraan gender di Indonesia bukanlah perkara mudah, terutama saat bersentuhan dengan aspek aturan adat dan agama.
“Nah, tantangan-tantangan itulah yang ke depan mesti dicairkan,” pungkasnya. (Lutfi/Yudhi)