Ikuti Kami Di Medsos

Opini

Waspadai Kemunculan Gejala Talibanisasi di Indonesia

Laporan: Zulhidayat Siregar

RMOL. Setelah 15 tahun era reformasi bergulir, publik Indonesia masih menyaksikan munculnya berbagai gerakan sosial keagamaan yang bercorak skripturalis dan cenderung menegasikan kemajemukan. Arus demokratisasi telah meniscayakan aneka pemikiran bahkan ideologi tersebut tumbuh subur, tidak terkecuali gerakan “Islam Syariat.”

Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, menilai memang gerakan-gerakan pro formalisasi syariat di ruang publik sudah meredup pada tahun 2007. Namun eskalisasi pola pikirnya yang formalistik dan skriptural di level kultural harus diantisipasi.

“Model keberagamaan semacam ini terlihat kian mewarnai kehidupan sosial, mengarah pada homogenisasi pola pikir dan prilaku. Menjadi berbeda seakan melawan kenormalan. Kita patut mewaspadai munculnya gejala talibanisasi yang akan mengkerdilkan mozaik keislaman di Indonesia,” ungkap Fajar.

Fajar mengungkapkan itu dalam diskusi dan bedah buku karya Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia yang digelar MAARIF Institute di PP Muhammadiyah, Jakarta petang tadi (Rabu, 17/7).

Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran buku terbitan Mizan yang berasal dari studi doktoral itu Prof. Dr. Azyumardi Azra Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta dan Prof. A. Malik Fadjar Ketua PP Muhammadiyah.

Fajar melanjutkan, gejala talibanisasi ditandai munculnya peraturan yang mengharamkan tarian daerah dilakukan oleh wanita dewasa, larangan bagi perempuan untuk mengendarai sepeda motor dengan cara mengangkang, bahkan pelaksanaan hukum cambuk. Kebijakan-kebijakan seperti ini didasarkan pada model penafsiran syariat Islam yang sempit dan monolitik, sehingga menciptakan diskriminasi bagi perempuan di ranah publik. [zul]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *