Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Arti Jokowi Bagi Indonesia

Wawancara ABI Press dengan Dr. Muhsin Labib

Hiruk-pikuk Pemilu 2014 melahirkan anggapan adanya kekacauan politik. Ditandai gugatan hasil Pemilu 2014 ke Mahkamah Konstitusi, gaduh sidang paripurna DPR tentang Undang-Undang Pilkada, sekaligus dominasi pimpinan DPR dan MPR yang dimenangkan para tokoh dari kubu Koalisi Merah Putih.

Selain itu ramai pula pemberitaan pro dan kontra soal pertemuan Jokowi sebelum dilantik menjadi presiden, pertemuan Jokowi dengan Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), dan pertemuan Jokowi dengan petinggi partai di luar koalisi pendukungnya. Belum lagi wajah Jokowi yang menjadi cover majalah Time dengan judul “The New Hope.”

Namun, belakangan ketegangan politik menurun pasca pertemuan penuh canda antara Prabowo Subianto dan Jokowi.

Dari dalam negeri, masyarakat mengadakan kirab dukungan mengantarkan Jokowi hingga Istana Negara.

Arti Jokowi Bagi Bangsa IndonesiaMenuju pelantikan Presiden 2014-2019, muncul pertanyaan besar, apa arti Jokowi bagi bangsa Indonesia? Terkait fenomena tersebut, ABI Press mewawancarai Dr. Muhsin Labib, MA, untuk mengetahui pandangan-pandangannya terhadap presiden terpilih Jokowi bagi bangsa Indonesia.

Menurut Dr. Muhsin Labib, apa yang mengubah hiruk-pikuk Pemilu 2014 dan ketegangan politik menjadi cair kembali?

Itu karena ada seseorang yang mau berkorban. Pemecah kebisuan atau pencair kebekuan. Itu karena kenegarawanan seorang Jokowi.

Bagaimana dengan peran Prabowo dalam mencairkan ketegangan politik?

Prabowo itu merespon, respon dia itu juga positif, tapi nilai kreditnya itu ada  pada yang berinisiatif. Jadi Jokowi itu terbukti orang yang memang memperagakan dan menampilkan jargonnya tentang revolusi mental. Bahwa dia (Jokowi) mengubah, dia rela untuk datang. Ketika ia di puncak legitimasi, dia malah mendatangi, di momen yang tepat, ketika Prabowo berulang tahun.

Apakah ketegangan yang terjadi sebelum pertemuan Jokowi dan Prabowo?

Semua orang menganggap itu sudah bukan masalah politik tapi ketegangan personal. Terlihat ada ketegangan yang sebetulnya sudah di luar konteks politik. Dilihat pada pemberitaan yang kelihatan nggak jernih, tidak bisa kita tentukan siapa pun yang mendukung maupun yang kontra itu semua nggak jernih. Pemberitaan menjadi sejenis opini yang dikemas menjadi bentuk berita semacam polarisasi sampai ada kekhawatiran akan terjadi penjegalan atau penggagalan pelantikan itu bukan wishfull thinking atau mengada-ada. Walaupun melihat indikasi-indikasinya memang ada begitu. Apalagi diawali dengan penguasaan dominasi kubu Koalisi Merah Putih di parlemen. Itu kelihatannya memang mengarah ke sana.

Menurut anda, apa yang dapat dipelajari dari pertemuan Jokowi dan Prabowo sebelum pelantikan?

Itu lagi-lagi harus ada yang berkorban, harus ada yang jadi Nabi Yunus, harus ada yang mengorbankan dirinya. Sekaligus juga sebagai bukti ia (Jokowi) bukan hanya ngomong tentang revolusi mental. Orang ketika berada di posisi puncak, ia malah andhap ashor (rendah hati; bersabar). Orang disebut sabar itu bukan orang lemah. Ketika ia mampu melakukannya ia malah cooling down (mengalah). Beda antara orang yang kalah dengan orang mengalah. Kalah itu pecundang, kalau mengalah itu kesatria. Ia (Jokowi) dalam posisi yang mestinya bisa membalas dan menunjukkan jati dirinya. Dan pemimpin-pemimpin sebelumnya kelihatannya belum pernah, pola ini belum dilakukan.

Menandakan apakah Jokowi yang menemui Prabowo di rumah ayah Prabowo?

Meskipun bukan berarti tidak negarawan, tapi sejauh ini dia (Jokowi) telah menjungkir balikkan formalitas, menjungkir balikkan makna kemegahan presiden. Ada penjungkir balikan sebetulnya. Akhirnya itu positif. Ketika dalam ketegangan dan dalam posisi apa pun membuat dia unggul. Dia yang mendatangi, berarti dia sudah selesai dengan egonya. Tapi untungnya, sejak pertama Pilpres (Pemilu Presiden) sampai terakhir,  Jokowi itu belum pernah memberikan pernyataan-pernyataan yang pedas. Yang menyebabkan dia (Jokowi), nanti kecewa karena telah mengucapkan itu. Ini dia orang yang hati-hati.

Bagaimana anda dapat melihat kehati-hatian pada Jokowi?

Makanya tidak boleh orang ngasih (memberi) pernyataan-pernyataan yang berlebihan, karena boleh jadi nanti akan berhadapan dengan kalimatnya sendiri. Jokowi orang yang hati-hati. Sehingga nggak ada sebuah pernyataan yang bisa dibenturkan. Nggak ada pernyataan negatif. Karena itu dia sangat hati-hati dalam memilih kata, dalam bersikap. Karena menurut dia ini hanya masalah temporal, ini hanya masalah pendekatan, hanya masalah harus ada orang yang harus memecah kebuntuan dan dia lakukan itu.  Ketika dia mendatangi, lho yang didatangi bukan cuma Prabowo, hampir semua pimpinan koalisi yang berseberangan dengannya. Ia bahkan mendatangi Abu Rizal Bakrie.

Menandakan apakah sikap Jokowi dengan mendatangi pemimpin-pemimpin partai yang berseberangan dengannya?

Menurut saya, dia mampu menggabungkan dua hal. Logika yang berarti kecerdasan intelektual dan etika yang berarti kecerdasan emosional, keduanya dia gabung. Padahal kalau orang cuma menggunakan kecerdasan intelektual, mungkin dia kelihatan negarawan tapi dia akan tetap menjaga posisi dan semuanya serba prosedural. Ia punya kecerdasan emosional dan matang dalam etika dan tinggi dalam nalar, hatinya luas.

Apakah sikap yang ditunjukkan Jokowi berarti senantiasa 100% benar?

Ya, tentu karena manusia, dia bukan benda mati tentu ada emosi, ada suasana hati, ada pengaruh-pengaruh eksternal, ada ini dan itu. Yang itu harus dikawal oleh masyarakat dengan doa, dengan kritik. Jadi, kita juga jangan euforia, jangan segala sesuatu kita habiskan. Harus ada yang kita sisakan supaya kita bisa mengkritisinya. Sebaliknya, kita juga mengapresiasi Prabowo dengan semua sakit hatinya dan semua pernyataan-pernyataan yang pernah diberikan oleh dia (Prabowo) maupun yang lainnya. Tapi mengharukan, pertemuan itu sangat emosional dan membuat kita punya harapan terhadap bangsa ini.

Apa yang anda lihat dengan dominasi pimpinan DPR dan MPR oleh Koalisi Merah Putih di parlemen?

Mudah-mudahan itu terefleksi dalam check and balance yang merupakan tugas parlemen. Ketika mengawasi apa yang dilakukan oleh Jokowi. Tapi juga jangan sampai program-program Jokowi yang harus dijalankan itu nanti dipersulit hanya karena supaya kelihatan kritis. Ini masalahnya, kritis itu bukan harus menolak semua yang dilakukan oleh orang lain. Tapi kritis itu memilih yang memang perlu dikritisi dan mana yang tidak. Kalau semua dikritisi, akhirnya parlemen hanya berisi perdebatan-perdebatan yang tidak menghasilkan apa-apa. Makanya posisi yang diambil oleh kubu Koalisi Merah Putih ini sebetulnya sudah bagus.

Apa catatan penting tentang dominasi Koalisi Merah Putih yang memimpin parlemen dan Jokowi sebagai Presiden?

Asal mereka (Koalisi Merah putih) konsisten sebagai posisi pengambil check and balance, bukan penghambat. Karena apa ? Karena rakyat kali ini melek politik. Belum pernah ada suasana keharuan seperti sekarang ini, mengantarkan orang menjadi presiden seperti sekarang ini. Jadi kalau parlemen nanti asal-asalan menghambat, rakyat yang akan melihat. Sebaliknya, Jokowi jangan merasa, karena semua orang berpihak pada dia (Jokowi) kemudian rakyat mulai menutup mata. Ini perlu keseimbangan.

Siapakah pihak yang menjadi memecah ketegangan atau kebekuan politik?

Sebenarnya pihak memecahkan itu, harus ada orang dari posisinya yang memang unggul untuk berkorban. Siapa itu ? Ya, Jokowi. Anda ketika kuat kemudian anda  turun, orang pasti turun. Tapi kalau Jokowi berposisi, bisa saja akan terjadi seperti kekhawatiran banyak orang.

Apakah Jokowi di bawah pengaruh orang-orang yang punya masa lalu ketegangan dengan kubu lawan?

Kan, kita juga tidak menutup mata, Jokowi juga kubu PDIP. PDIP itu punya, ya minimal person Megawati yang dengan SBY tegang. Tapi Jokowinya tidak. Itu berarti kita mulai boleh punya harapan bahwa Jokowi itu independen. Memang prosedur politiknya ia (Jokowi) melalui PDIP, tapi dia sebagai seorang negarawan, ia mandiri dan ia teguh. Dia bisa mengambil sikap tanpa dikendalikan oleh siapa pun. Dia mendatangi Prabowo, dia mendatangi siapa saja tanpa beban. Itu yang saya suka, itu tanpa beban. Padahal orang biasanya sakit hati. Kalau lihat dia dibully, di-ini-itu, oleh orang-orang yang mengatasnamakan diri sebagai pendukung Prabowo. Mestinya kalau hitung-hitungan, kalau bukan orang lapang dada yang hatinya tidak seluas Senayan, ya sakit hati.

Adakah sikap Jokowi menunjukkan revolusi mental yang sering ia serukan?

Makanya dia itu mampu dan bukan hanya jargon. Mental itu artinya mental andhap asor. Kan yang dimaksud revolusi mental itu kembali pada karakteristik dasar orang Indonesia yang andhap asor, mengutamakan musyawarah, mengutamakan prasangka baik. Itu maksudnya revolusi mental bahwa bukan mengubah tapi mengembalikan. Jadi revolusi mental itu bukan mengubah mental tapi mengembalikan mental yang sudah hilang kepada mental awal kita. Yang katanya disebut kekayaan Indonesia paling besar itu bukan alam, tapi karakter dan budaya, budaya ketimuran. Kan kita selalu mengatakan budaya ketimuran. Tapi lihatlah Jakarta, lihat kemacetan, lihat orang yang tak peduli dengan yang lain, individualisme. Itu yang sekarang tampil (nampak). Itulah yang hendak diubah oleh Jokowi.

Apa pendapat anda tentang cover majalah Time yang menampilkan wajah Jokowi dengan judul “The New Hope”?

Begini, orang masuk menjadi cover majalah Time, tidak otomatis positif. Imam Khomeini pernah masuk di majalah Time, bahkan ditetapkan sebagai Men of The Year, tidak otomatis bahwa ia adalah yang mendominasi pemerintahan, maksudnya begitu. Time ingin leading di situ, ndak mau ketinggalan di situ. Apakah kemudian pasti mendukungnya? Ya, itu kan merepresentasi opini dari kebijakan pemerintahan Amerika. Kalau Jokowi terlihat memihak kebijakan Amerika, ya pasti akan dinilai positif. Bagi saya, karena negara ini multikultur, multiagama, multietnik, kebijakan itu bisa jadi menguntungkan Amerika. Tapi jangan dasarnya menguntungkan Amerika itu maksud saya. Kebijakan negara atau kebijakan nasional itu bisa saja menguntungkan Amerika, atau menguntungkan negara-negara lain tapi dasarnya bukan untuk menguntungkan Amerika. Tidak mungkin kan, tidak menguntungkan negara lain, memangnya kita ini negara sendiri di dunia, kan bukan. Makanya yang kita harapkan adalah janji-janjinya menegakkan hukum, keadilan, toleransi kemudian pembasmian korupsi. New hope ini kan harapan, yang punya harapan ini bukan cuma bangsa Indonesia. Negara-negara lain juga punya harapan kepada Indonesia. Ketika bangsa itu makmur kan otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ketika bangsa itu stabil, otomatis berpengaruh terhadap investasi.

Adakah efek yang ditimbulkan dari mencairnya ketegangan politik antara Prabowo dan Jokowi?

Nah, inilah yang saya yakin meskipun waktu itu ketegangan sempat menyebabkan diversiasi rupiah terhadap dollar itu tinggi. Sekarang, mungkin ada trend positif, pasar mulai merespon positif, iklim investasi mulai terlihat jelas prospeknya ada, orang mulai menaruh harapan atas banyak hal dan itu membuka kesempatan yang bagus. Dengan mendatangi Prabowo saja, saya yakin  angka rupiah kemudian naik atau dollar kembali turun. Nah, kalau saling tunggu, andaikan Jokowi sama dengan pihak yang lain. Saling menunggu, mungkin sama-sama pingin ketemu tapi karena ndak ada yang mau mengorbankan diri. Ya ndak jadi, atau bisa jadi kita bukannya mendapat investasi baru malah investasi yag sudah ada akan lari. Ketika dia (Jokowi) melihat  lebih penting ini, daripada diriku, egoku daripada  posisiku, ya aku mau. Apa arti Jokowi bagi bangsa Indonesia, begitulah heroiknya.

Apa itu new hope  dari seorang Jokowi dan apakah new hope personal ataukah pemerintahan?

New hope ini person awalnya, bahwa Jokowi itu keluar dari orbit. Dia bukan seorang politisi yang didukung oleh sedemikian kiprah-kiprah dan koneksi politik. Dia bukan seorang akademisi dengan gelar yang sebagaimana Prof. BJ. Habibie. Dia bukan seorang jenderal dengan latar belakang sebagaimana SBY. Dia bukan siapa-siapa. Makanya, dia (Jokowi) benar-benar rakyat. Jokowi adalah kita itu artinya ndak sulit melihat model orang seperti Jokowi di pasar, makanya dia begitu dekat dengan kita. Dia adalah kita artinya kalau kita bercermin melihat wajah kita yang dekil, yang kampungan, ya itulah Jokowi. Ini hampir sama dengan Ahmadinejad di Iran dulu itu. Dia bukan ulama. Dia bukan pengusaha, dia bukan apa-apa. Maksud saya kalau orang pedagang, ya masuk pengusaha, tapi standar pengusaha itu konglomerat, dan punya perusahaan besar. Jokowi pernah berdagang meubel itu bukan pengusaha atau dalam artian pengusaha. Ya, artinya Jokowi adalah kita ialah apa bedanya Jokowi dengan orang yang jual bensin eceran dan dia memperagakan kesederhanaannya. Baju tidak dimasukkan dan lengan baju dilipat, itu semua mencerminkan Jokowi adalah kita. Dan itu bukan design, itu memang karateristik dia, pola kepemimpinan baru.

Mengapa anda menganggap bukan design?

Karena sejak awal dia terlihat seperti itu. Orang kalau design itu kelihatan kepura-puraannya, menurut saya begitu. Tapi seperti saya katakan, bagaimana pun juga Jokowi adalah manusia. Kalau dia diekspektasi terlalu besar nantinya masyarakat terlalu berlebihan. Karena dia bukan Superman. Dia hanya manusia dengan segala keterbatasannya. Karena itu rakyat jangan meminta perubahan yang simsalabim (sekejap), semua itu bertahap sesuai dengan prosesnya. Bahwa tidak semua kebijakan bisa diambil langsung oleh Jokowi dari Istana.  Tapi ada yang harus melalui prosedur disetujui oleh DPR, kemudian ditentukan apakah cukup APBN yang kita punya, sejauh mana uang yang kita miliki untuk menciptakan perubahan-perubahan itu.

Mengapa Jokowi identik dengan harapan memberikan perubahan bagi Indonesia ke depan?

Karena itu, mungkin lima tahun berlalu hanya pembenahan yang sifatnya mempersiapkan perubahan. Perubahannya mungkin lima tahun berikutnya. Karena sebelum mengubah, melakukan diagnosis, kemudian baru melakukan terapi. Makanya rakyat harus sabar. Karena Jokowi bukan Tuhan, bukan Nabi, bukan Superman, bukan apa-apa. Dia adalah kita, artinya kalau kita sendiri tidak bisa melakukan perubahan secara drastis. Karena itu jokowi sendiri tidak bisa mengubah apa-apa. Rakyatlah yang juga harus mengubah perilakunya. Jangan merusak sarana umum, jangan curi listrik, jangan merugikan kepentingan bersama. Jaga apa yang sudah kita miliki dengan perilaku yang mendukung.

Apa yang anda maksudkan perilaku yang mendukung pada Jokowi?

Kalau ingin mendukung Jokowi, bukan dengan teriak-teriak “Jokowi” atau ikut kirabnya. Bukan itu, tapi mulai sekarang kita sadar bahwa apa pun yang kita lakukan berpengaruh terhadap orang lain. Buang sampah jangan sembarangan, kelihatannya sekedar buang sampah tapi itu bisa menciptakan kemalangan bagi orang lain dan itu akhirnya merugikan semua. Pembatasan jumlah penduduk, itu kelihatannya negatif, tapi kalau dilihat bahwa itu kepentingan bersama, dan bagaimana supaya alokasi dana kekayaan negara ini mampu mencukupi kebutuhan bersama seluruh anak bangsa.

Adakah contoh yang bisa anda berikan sekaitan dukungan kepada Jokowi dan nasionalisme?

Misalnya bagaimana pajak itu benar-benar bisa diambil, karena ternyata yang sadar pajak itu sedikit. Ya kalau nasionalisme itu artinya bukan pasang bendera di rumah itu saja. Dia sadar bahwa kekayaan yang dia miliki itu juga dari rakyat, ini dari negara,  ini dari bangsa ini. Jadi dia harus memberikan dan menyisihkan apa pun, ternyata yang sadar pajak itu sedikit. Mau buat apa kalau cuma sekadar meramaikan 17-an Agustus? Kalau mau dukung Jokowi, ya bayar pajak yang sebenarnya. Jangan menggelapkan. Jangan cari jalan pintas kalau menjalankan usaha, jangan main tender abal-abal, jangan seperti itu. Setiap masyarakat, itu harus benar-benar mengawasi satu sama lain.

Sejauh ini, apakah revolusi mental yang telah dilakukan oleh Jokowi?

Kalau revolusi mental, seperti saya katakan, revolusi mental itu tidak cukup dari Jokowi saja atau jajarannya. Misalnya, Jokowi sekarang mengharuskan, semua calon dan kandidat pendamping di kabinetnya mesti ditelisik oleh KPK dan PPATK. Itu kan terobosan baru. Dilihat apakah dia mental maling atau bukan? Hal-hal kecil, itu kadang keliatan kecil tapi ketika dia mulai melakukan mark up dalam urusan-urusan yang kecil berarti dia (calon/kandidat menteri) tidak profesional. Tapi ketika Jokowi melontarkan revolusi mental, kita semualah yang harus berubah. Makanya presiden itu bukan Nabi, bukan Tuhan. Presiden itu hanya contoh, bagi orang yang ingin, bagaimana kita berbuat untuk bangsa ini. Karena kita sebagai bangsa itu adalah bagian dari kesadaran keberadaban manusia. Bagaimana orang sadar dirinya dan sadar terhadap hak orang lain. Itu sebetulnya, ndak ada yang lebih dari itu. Dan Jokowi menurut saya baru, kita tidak bisa menilai orang itu dari awal, melainkan akhir.

Apakah anda mendukung Jokowi dan apa kelebihan Jokowi?

Apa yang ditunjukkan ini sudah baik, saya  awalnya termasuk orang yang berhati-hati memberikan pernyataan dukungan kepada Jokowi. Tapi apa yang dilakukan benar-benar revolusi mental, ketika Jokowi mendatangi Prabowo. Hakekat revolusi mental itu artinya turun ke bawah. Anda jangan mempertahankan keegoan anda dengan semua legitimasi yang anda miliki sebagai presiden yang terpilih. Kemudian ketika anda bisa tidak mau, ternyata anda memilih datang. Dan itu salah satu kelebihan dari presiden sebelumnya. Meskipun ada kemungkinan ditolak, siapa yang tahu, ya kan? Diterima ataupun ditolak, ia punya kredit poin. Karena mentalnya bagus.

Apa harapan terhadap intoleransi di masa kepemimpinan Jokowi nantinya?

Salah satu harapan orang mengapa Jokowi? Ketika ia mendapat serangan black campaign itu. Karena Jokowi termasuk orang yang benar-benar mengartikan kebhinekaan itu dalam arti yang sebenarnya. Dia karena sangat menghargai agama, makanya dia tidak mau memasukkan agama dalam wilayah urusan negara. Malah, menurut saya karena sangat relijius dan tahu diri, dia bukan seorang agamawan, dan negara ini tidak dipimpin oleh sistem agama tertentu. Makanya dia tidak mau memasuk-masukkan agama sehingga dia harus memperlakukan semua agama dan semua  keyakinan dalam posisi yang sama. Tidak boleh dia kelihatan berpihak dan saya yakin kasus-kasus yang menjadi noda di kening sejarah bangsa indonesia, seperti kasus Sampang ini, kalau Jokowi komitmen dengan revolusi mentalnya akan ia ubah. Tidak ada lagi siapapun, apapun posisinya mau pejabat, mau yang dianggap atau mengaku ulama, mau siapapun, kalo dia menghambat, menjadi ancaman bagi kebhinekaan maka dia (Jokowi) akan tegakkan hukum dengan baik.

Lantas, apa dukungan dan peran rakyat dalam menyelesaikan kasus intoleransi di masa Jokowi ini?

Nah, tugas kita untuk mengingatkan terus, sejumlah kasus yang katanya prestasi SBY. Bahkan, itu bagi saya, toleransi pada masa kepemimpinan SBY itu adalah hutang akan terus menghantui SBY. Janjinya untuk menyelesaikan kasus Sampang saya kira tidak tertunaikan. Dan saya yakin Jokowi akan menunaikan. Bukan hanya Sampang, siapapun yang haknya dianiaya, siapapun yang menjadi korban kekejaman, kejahatan tindakan-tindakan anti kemanusiaan, kekerasan atas nama agama, atas nama aliran. Korban-korbannya akan direhabilitasi dan mendapatkan hak. Itu harapan kita, karena komitmen dia (Jokowi) terhadap kebangsaan dan kebhinekaan. Mudah-mudahan. Ya tugas kita mengawalnya. Sekali lagi mendukung Jokowi, kalau kita mendukung Jokowi bukan berarti kita akan mendukung semua yang ia lakukan. Kita ini mendukung rasional, ini lebih tepat disebut harapan sebetulnya ketimbang dukungan. Lebih punya arti harapan ketimbang dukungan, doa. Jadi kalau kita mendukung itu, mengucapkan selamat atas pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla. Itu sebetulnya lebih punya arti doa. Mendoakan selamat atas pelantikan, itu artinya kita mengucapkan semoga pelantikan itu selamat, aman dari pengkhianatan, lupa, dan ingkar janji.

Ke depan ini nanti, apakah tantangan dalam pemerintahan Jokowi?

Ini seperti membenahi kapal pecah, adanya mafia-mafia migas, korupsi-korupsi terselubung di departemen-departemen, maupun di instansi-instansi negara maupun pengusaha-pengusaha culas yang menggerogoti kekayaan negara. Misalnya sejak 1970, pengambilan pasir, penjualan minyak di tengah laut, pemalsuan-pemalsuan sertifikat dan sebagainya. Banyak sekali dan nggak bisa itu berubah dalam sekejap (sembari menjentikkan jari). Tantangannya adalah memilih orang yang bersih dan berani. Nggak penting dia pandai, karena banyak tim yang bisa, di belakang meja kan banyak orang-orang pandai. Menurut saya yang lebih penting adalah komitmen ketimbang kompetensi. Komitmen dulu, dedikasi, integritas dulu, baru nanti kompetensi. Lho, buat apa punya kompetensi tapi tidak komitmen, tidak punya integritas, tidak punya dedikasi, tidak punya jiwa pengorbanan. Mudah-mudahan orang yang dipilih Jokowi, punya spirit seperti Jokowi. Buat apa kalau Jokowi saja, sedangkan orang-orang di sekitarnya tidak punya spirit seperti Jokowi, itu juga percuma. Harapan kita itu juga berlanjut, setelah mengucapkan selamat, boleh jadi kita akan kecewa, sehingga sediakan sikap kritis, tidak boleh kita  padamkan. Mudah-mudahan orang-orang yang dipilih dalam kabinetnya adalah orang-orang yang juga benar, baik, bermoral dan punya keberanian. Inilah masalahnya, sebagian pejabat-pejabat kita itu, tidak punya keberanian untuk melawan kejahatan yang sudah sistematis.

Apa yang harus dilakukan rakyat untuk mendukung Jokowi dalam revolusi mental?

Mendukung Jokowi itu bukan hanya semua orang  harus hadir ke Jakarta, masuk istana. Itu simbolik,  yang lebih penting menduplikasi karakternya dan mentalnya. Meniru bagaimana orangnya. Tiada yang berubah dari dia, ekspresi wajah dan bahasa tubuh, dan lain-lain. Benar-benar, ya begitu semestinya orang. Bahwa, itu bukan sebuah kesenangan, bukan karunia menjadi seorang presiden tapi tanggung jawab, amanat. Yang apabila dia salah ia akan mendapat dua dosa, double. Tapi kalau benar ia berganda pahalanya. Coba anda lihat wawancara Jokowi itu tidak ada terlihat berlebihan. Dia sama santainya, menanggapi misalnya kisruh di DPR-MPR. Orang berharap dia memberikan pernyataan-pernyataan yang pedas, ternyata ndak. Karena dia sudah selesai dengan persoalan mental. Nggak semua orang bisa seperti itu. Menurut saya spiritualis, nggak harus pakai sorban, baju khas. Kadang justru sebaliknya, orang-orang yang kelihatan atribut agamanya, malah merugikan masyarakat.

Sekarang kita harus punya warna baru tentang relijiusitas. Keberagamaan perilaku bukan atribut, bukan pakaian, bukan koar-koar, bukan poster, tapi aksi nyata.

Apa pendapat anda tentang pertemuan Jokowi dengan orang-orang asing sebelum pelantikannya?

Bertemu dengan siapa pun itu nggak salah, yang salah itu kalau didikte dan menerima. Dan didikte untuk-untuk hal-hal yang merugikan kepentingan rakyat, itu baru salah. Kalau sekadar ada orang bertamu, nggak boleh menolak menemui. Yang penting, mentalnya tetap seorang Indonesia, orang yang mendapat amanat dan mandat bangsa Indonesia. Bukan kemudian menunduk atau menerima dikte, itu yang buruk. Jadi yang haram, menurut orang-orang agamawan itu, yang negatif ketika ia mau didikte. Kalau sekadar mau jumpa, menerima tamu itu karakter baik. Kalau ada yang bertamu lalu tidak dijumpai itu malah  banyak yang ngomong tidak baik. Presiden itu harus menjalankan tugasnya dengan baik, liat saja sebenarnya dia orang baik yang ndak baik itu bila orangnya mau didikte oleh orang lain.

Apakah ada ucapan selamat yang ingin anda sampaikan untuk pelantikan Jokowi?

Saya secara pribadi mengucapkan selamat atas pelantikan Presiden ke tujuh Joko Widodo dan wakil presiden Indonesia Bapak Haji Muhammad Jusuf Kalla dengan disertai harapan. Mudah-mudahan kedua orang yang dipilih rakyat Indonesia itu dapat menjalankan tugas dan amanatnya. Dan menerima tugas presiden dan wapres bukan sebagai karunia. Tetapi sebagai beban dan tugas, jadi tidak perlu bersyukur. Bersyukurlah bila mereka sudah menjalankan tugasnya dengan baik. (Ahmad/Yudhi)

Siaran Pers Ahlulbait Indonesia

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *