Kegiatan ABI
Ketum ABI: “Pemenuhan Tanggung Jawab Organisasi Harus Berdasarkan Prinsip Pelaksanaan Taklif”
Jakarta, 24 Januari – Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, menegaskan bahwa keberhasilan organisasi bergantung pada sistem dan kelembagaan yang kuat, serta pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurutnya, Pokok-pokok Program Kerja Lima Tahun (POJAKLITA) merupakan acuan penting dalam merumuskan program organisasi ke depan, dengan tetap berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dianggapnya sangat krusial bagi keberlangsungan organisasi.
Hal tersebut disampaikan Ustadz Zahir dalam pembukaan Musyawarah Tinggi Organisasi (MTO) I dan Kongres III Muslimah ABI, yang mengusung tema “Ketahanan Keluarga di Era Disrupsi: Mewujudkan Organisasi Perempuan Berbudaya dan Berkearifan untuk Khidmat Keumatan dan Kebangsaan.” Acara ini berlangsung pada Jumat, 24 Januari, di Gedung Badan Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP), Jl. Nangka Raya, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Dalam sambutannya, Ustadz Zahir menekankan pentingnya tujuan utama kongres. “Kita harus memastikan bahwa kehadiran di kongres ini adalah untuk kongres itu sendiri. Adapun silaturahmi hanyalah bonus,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa kehadiran peserta memiliki peran strategis bagi masa depan organisasi. “Nasib organisasi di masa depan sangat bergantung pada kongres ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ustadz Zahir menjelaskan bahwa komunitas Ahlulbait telah mengalami beberapa fase perkembangan di Indonesia sejak tahun 1980-an. “Komunitas ini terus berkembang, dan saat ini kita berada dalam fase yang sangat penting menuju kesuksesan,” tambahnya.
Menurutnya, keberhasilan organisasi bertumpu pada sistem dan kelembagaan yang kokoh. “Prioritas kita adalah membangun sistem dan kelembagaan yang solid. Organisasi tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sistem yang telah dibangun,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa fokus utama organisasi saat ini adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta optimalisasi potensi yang dimiliki organisasi.
Baca juga : Ketum Muslimah ABI: Salah Menempatkan Teknologi Bisa Berdampak pada Ketahanan Keluarga
Ketahanan Organisasi dan Pelaksanaan Taklif
Dalam paparannya, Ustadz Zahir mengingatkan agar organisasi tidak cepat merasa puas hanya karena telah melalui beberapa periode kepengurusan dengan berbagai program dan kegiatan. Ia menekankan pentingnya pemenuhan tanggung jawab organisasi yang harus diwujudkan berdasarkan prinsip pelaksanaan taklif, yaitu menjalankan program kerja organisasi berdasarkan kesadaran untuk melaksanakan tugas moral- keagamaan.
Beliau berharap agar tema kongres yang sangat baik ini tidak hanya menjadi sekadar slogan, tetapi benar-benar diintegrasikan dalam kebijakan dan program organisasi.
Ustadz Zahir menegaskan bahwa keberhasilan organisasi terletak pada perencanaan yang matang, penguatan kelembagaan, dan keterlibatan aktif anggotanya dalam merealisasikan visi dan misi organisasi secara nyata dan berkelanjutan.
MTO I dan Kongres III ini dihadiri oleh perwakilan dari 14 Pimpinan Wilayah (Pimwil) dan 55 Pimpinan Cabang (Pimcab) yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Dewan Syura, lembaga-lembaga otonom seperti Ketua Pimpinan Nasional (Pimnas) Pandu Ahlulbait Indonesia, serta perwakilan dari ABI Responsif.
Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Ketua Dewan Syura, Ustadz Husain Syahab. []
Baca juga : Tim Rescue ABI Responsif Bantu Korban Banjir dan Longsor di Tunggulrejo, Kendal