Internasional
Kemenangan Gaza: Gencatan Senjata Membawa Harapan Baru
Media sosial dipenuhi reaksi emosional setelah kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza. Dilansir dari Press TV, Rabu (15/1), banyak pengguna media sosial merayakan momen ini sebagai kemenangan bagi perjuangan Palestina setelah 15 bulan penderitaan akibat kampanye genosida dan pembersihan etnis oleh rezim Apartheid, yang menyebabkan korban jiwa besar dan kehancuran luas.
“Gaza menang, Palestina menang, perlawanan menang,” tulis seorang perempuan Palestina di platform X.
Ia juga mengutuk pihak-pihak yang mendukung kampanye kekerasan ini. “Imperialisme dan Zionisme kalah, Partai Demokrat kalah, masa depan negara Zionis terus terkikis. Semua yang terlibat, membantu, dan mendukung genosida ini akan terus menanggung akibatnya.”
Sukacita dan Refleksi
Pengguna lain, seperti Yasmine El-Sabawi, mengekspresikan emosi mendalam. “Saya terharu melihat rakyat Palestina di Gaza meluapkan kebahagiaan atas kesepakatan gencatan senjata ini,” tulisnya.
Namun, di tengah kegembiraan, seruan keadilan tetap menggema. Jurnalis Nora Barrows dari The Electronic Intifada menyatakan bahwa gencatan senjata ini adalah hasil dari keberanian dan keteguhan rakyat Palestina, didukung oleh intervensi kemanusiaan dari Lebanon dan Yaman.
“Pembebasan Palestina adalah keniscayaan; Zionisme runtuh dalam bayangannya,” ujar Barrows.
Jurnalis Rania Khalek menyoroti pentingnya akuntabilitas bagi pihak-pihak yang mendukung kehancuran Gaza. “Tidak ada yang bisa beristirahat sampai para imperialis yang bertanggung jawab atas kehancuran ini diadili dan sistem mereka dibongkar.”
Korban yang Tak Tergantikan
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 46.700 orang tewas sejak Oktober 2023, termasuk ribuan anak-anak. Angka ini mencerminkan skala tragedi kemanusiaan yang luar biasa.
“Orang Israel membantai mungkin ratusan ribu warga Palestina dengan cara yang tak terbayangkan,” tulis Khalek.
Banyak yang mengingatkan bahwa perjuangan rakyat Palestina masih jauh dari selesai. Afif Aqrabawi, pengguna X asal Kanada berdarah Palestina, menyampaikan, “Ini adalah momen kebahagiaan, tapi duka tetap menyelimuti.”
“Seratus lima belas hari pembantaian — sungai darah, lautan air mata, rumah yang menjadi puing, hidup yang tercerai-berai.”
Leyla Hamed, seorang jurnalis sepak bola Palestina, menyoroti dampak emosional yang dirasakan masyarakat Gaza. “Kini mereka akan mengunjungi makam orang-orang tercinta yang tak sempat mereka ucapkan selamat tinggal,” katanya.
Hampir setiap keluarga di Gaza telah kehilangan setidaknya satu anggota keluarga. Di balik kabar gencatan senjata ini, duka mendalam tetap terasa, mengingatkan dunia bahwa perjuangan rakyat Palestina belum selesai. []