Nasional
Indonesia Kecam Veto AS Soal Gencatan Senjata Gaza
Indonesia mengecam keras keputusan Amerika Serikat untuk memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza serta pembebasan semua sandera. Dalam pernyataan resmi melalui akun X (@Kemlu_RI), pada Kamis (21/11), Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan:
“Indonesia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB pada 20 November 2024 mengesahkan rancangan resolusi untuk gencatan senjata di Gaza dan dilepaskannya seluruh sandera. Kegagalan tersebut menghambat proses perdamaian dan makin memperparah penderitaan rakyat Palestina.”
Indonesia juga mendorong komunitas internasional untuk mengambil langkah kongkrit demi memastikan gencatan senjata permanen dan penyaluran bantuan kemanusiaan yang tidak terhambat bagi warga Palestina.
Keputusan veto ini merupakan kali kelima yang dilakukan AS sejak konflik Gaza dimulai pada Oktober 2023. Resolusi yang diusulkan oleh sepuluh anggota tidak tetap Dewan Keamanan tersebut mendapatkan dukungan 14 suara, namun veto tunggal dari AS menggagalkan pengesahannya. Resolusi itu menyerukan gencatan senjata tanpa syarat serta pembebasan semua sandera di Gaza.
Dilansir al-Jazeera, keputusan ini memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan internasional. Aktivis Omar Baddar mengungkapkan kecamannya melalui akun X dengan menulis, “Selama lebih dari setahun, pemerintahan Biden berpura-pura bekerja untuk gencatan senjata dan peningkatan bantuan kemanusiaan di Gaza, sambil terus mendukung genosida yang dilakukan zionis di sana. Pada hari-hari terakhir mereka, mereka berhenti berpura-pura; semoga ini menghantui mereka selamanya.”
Seorang ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis mengecam veto tersebut sebagai “ledakan misantropi lain dari Barat yang ‘beradab’.” Politisi Mesir Mohamed El Baradei menyebut keputusan ini sebagai “eksploitasi veto yang memalukan sekali lagi.”
Sejak awal agresi zionis ke Gaza tahun lalu, angka korban terus meningkat dengan laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 43.900 warga Palestina tewas dan lebih dari 103.000 lainnya terluka. Beberapa perkiraan bahkan menyebut jumlah korban jiwa telah melampaui 100.000 jiwa.
Keputusan AS ini tidak hanya menimbulkan kekecewaan mendalam dari Indonesia, tetapi juga memperlihatkan isolasi diplomatik yang semakin nyata. Kritik tajam dari berbagai pihak menunjukkan bahwa veto tersebut dianggap menghalangi jalan menuju perdamaian dan hanya memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.