14 Manusia Suci
Perpisahan Sayyidah Fathimah dan Imam Ali
Ahlulbaitindonesia.or.id – Kembali kita berada dalam suasana duka memperingati hari syahidnya Sayyidah Fathimah as, putri tercinta Rasulullah saw. Karena itu, sangat tepat rasanya jika di hari ini kita telaah ulang sejarah hidup beliau dan menjadikannya sebagai bahan pelajaran yang bisa kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Sudah tiga bulan, Rasulullah saw pergi ke haribaan ilahi. Namun hingga kini, Sayyidah Fathimah as masih tenggelam dalam suasana duka cita. Sebegitu cinta dan rindunya ia pada ayahanda itu, membuat kesedihannya kian mendalam hingga ia pun terbaring jatuh sakit. Satu-satunya hal yang membuat hatinya terhibur adalah ucapan terakhir Rasulullah saw yang menjanjikan bahwa ia, putri tercintanya adalah orang yang pertama kali menyusul kepergian beliau.
Baca juga : Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat
Amirul mukminin, Imam Ali as as dan keempat putra-putrinya kini berdiri di samping Sayyidah Fathimah as yang sedang terbaring lemas. Suasana penuh duka benar-benar menyelimuti rumah pasangan surgawi itu. Sayyidah Fathimah as berkata, “Wahai Ali! Ketahuilah masa hidupku tak lama lagi. Masa untuk mengucapkan selamat tinggal telah tiba. Dengarlah suaraku, karena setelah ini engkau tak akan lagi mendengarnya. Aku mewasiatkan kepadamu jika setelah wafatku nanti, mandikanlah diriku, saalatkan aku, dan kebumikan aku di malam hari. Setelah itu, duduklah di sampingku menghadap ke wajahku. Lalu bacakan al-Quran dan doa untukku. Aku serahkan dirimu pada Allah. Aku ucapkan salam dan shalawat kepada anak-anakku hingga hari kiamat.”
Perpisahan itu membuat hati Ali as begitu sedih. Karena ia tak akan lagi bisa melihat wajah kekasihnya itu. Perempuan suci yang membuat hati Imam Ali as bisa melupakan pedihnya dunia saat menatap wajahnya.
Alhasnain.Org
Baca juga : Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan
14 Manusia Suci
Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat
Imam Ahlulbait Membimbing Pemikiran Masyarakat
Para imam Syiah menyusun program untuk membimbing masyarakat dan gerakan pemikiran mereka dengan memperhatikan kondisi sosial yang berlaku pada masa itu. Mereka bekerja keras untuk mendidik para murid berprestasi, yang kelak akan membangun budaya Ahlulbait as di tengah umat. Para ulama yang menjadi penerus mereka bertugas menyeru umat untuk menyembah Allah Swt dan membangun peradaban Islam yang hakiki.
Salah satu cara untuk menjelaskan hakikat agama dalam ajaran Syiah adalah melalui doa dan ziarah, yang bersumber dari para Imam Maksum. Salah satu ziarah yang paling penting di tengah masyarakat Syiah adalah ziarah hari Raya Ghadir atau Ziarah Ghadiriyah. Ziarah yang diajarkan oleh Imam Ali Hadi as ini berisi tentang ayat-ayat al-Quran dan riwayat untuk membuktikan kebenaran kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as.
Baca juga : Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan
Imam Ali Hadi as mulai menyusun Ziarah Ghadiriyah ketika beliau sudah menetap di Baghdad dan berkesempatan untuk menziarahi Makam Imam Ali as di kota Najaf. Dengan bersandar pada ayat-ayat al-Quran, beliau menjelaskan keutamaan dan karakter politik dan sosial Imam Ali as. Beliau membawakan ayat-ayat al-Quran yang secara khusus berbicara tentang kepemimpinan Imam Ali as. Di antaranya adalah ayat pertama surat an-Naba, di mana para mufasir baik Syiah maupun Sunni menafsirkan kata al-Naba al-Azim (berita besar) dengan masalah wilayah (kepemimpinan).
Imam Ali Hadi as juga meninggalkan sebuah doa ziarah yang paling lengkap untuk masyarakat Syiah yaitu Ziarah Jami’ah Kabirah. Doa ini berisi tentang keyakinan Syiah terhadap imamah, kedudukan para imam, tugas dan tanggung jawab Syiah di hadapan para imam maksum. Ziarah Jami’ah Kabirah termasuk doa yang berisi pembahasan imamah dalam bentuk ibarat yang fasih dengan kandungan yang tinggi.
Dalam ziarah ini, Imam Ali Hadi as memperkenalkan para imam maksum sebagai pemimpin politik, ideologi, dan spiritual umat Islam. Ziarah Jami’ah Kabirah juga menyinggung semua ajaran Syiah dengan bahasa yang fasih, seperti hubungan para imam dengan Rasulullah saw, kedudukan para imam dalam keilmuan, akhlak dan politik, suri teladan, dan hubungan imamah dan tauhid.
Parstoday
Baca juga : Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura
14 Manusia Suci
Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan
Imam Musa Kazhim, Muara Kebaikan
Imam Musa Kazhim as adalah muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan seputar keutamaan Imam Musa Kazhim as. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazhim seperti Nabi Musa as. Tapi bedanya, Nabi Musa as memiliki kedudukan kenabian sedangkan Imam Musa Kazhim as tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazhim as sebagai pencerah dunia.
Baca juga : Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura
Ibnu Arab menulis, “Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arasy-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit nan megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, ia adalah Musa Kazhim di lembah iman Imamah, cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa bin Jafar yang diberkahi Allah.”
Imam Musa Kazhim as dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat seputar sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam as dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, menjebloskan Imam Musa Kazhim as ke penjara dengan harapan komunikasi Imam as dengan masyarakat terputus.
IRIB Indonesia
Baca juga : Persiapan Kondisi Dunia
14 Manusia Suci
Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura
Orasi Imam Ali Zainal Abidin di Peristiwa Asyura
Peran dan aksi Imam Ali Zainal Abidin as dalam menyebarkan pesan dan misi Revolusi Husaini patut dipuji. Beliau bersama bibinya, Sayyidah Zainab Kubra as, dengan piawainya dan tanpa kenal menyerah terus menyebarkan pesan keadilan Imam Husain as di tengah kondisi yang sangat sulit dan penuh ancaman. Tuturan dan gerak juang Imam Ali Zainal Abidin as pasca tragedi Asyura menunjukkan kebijaksanaan dan keluhuran hikmah yang beliau miliki.
Baca juga : Persiapan Kondisi Dunia
Sejatinya, orasi, khutbah dan peringatan yang mengungkap tragedi dalam peristiwa Asyura semuanya itu memiliki arah dan tujuan. Saat Imam as digelandang bersama para tawanan Karbala dan sampai di kota Kufah, beliau melontarkan orasi yang sangat memukau dan menyentuh, sampai-sampai seluruh warga Kufah seakan tersihir oleh orasi beliau.
Setelah memaparkan keutamaan Ahlulbait Nabi dan Imam Husain as, beliau berbicara kepada warga Kufah, “Wahai umat manusia, demi Allah aku bersumpah dengan kalian, apakah kalian ingat, kalian sendiri yang telah menulis surat kepada ayahku, namun setelah itu kalian menipunya? Kalian menjalin janji dan berbaiat kepadanya, namun kalian juga yang memeranginya? Lantas dengan mata yang mana lagi kalian akan melihat saat Rasulullah di hari Kiamat kelak berkata, ‘Kalian telah membunuh Ahlulbaitku dan mematahkan kehormatanku!’”
Alhasnain.org
Baca juga : Jalan Penghambaan Sejati
-
Doa-Doa2 years ago
Doa Kumail dan Nabi Khidhir
-
14 Manusia Suci2 years ago
Biografi Singkat Sayidah Fatimah az-Zahra sa
-
Nasional2 days ago
Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren
-
Internasional2 days ago
Yaman Serang Pangkalan Zionis dengan Rudal Hipersonik
-
Kalam Islam1 year ago
Kapal Islam
-
Dunia Islam2 years ago
Anak Cucu Keturunan Nabi Muhammad Saw di Indonesia
-
Kegiatan ABI4 days ago
Rapat Pleno Evaluasi RKAT ABI 2024: Evaluasi dan Strategi Penguatan Organisasi
-
Internasional19 hours ago
Drone Hizbullah Serang Markas Zionis di Tel Aviv