Connect with us

Akhlak

Sebab Keutamaan Diam

Sebab Keutamaan Diam

Sebab Keutamaan Diam

Diam itu lebih utama lantaran lidah memiliki banyak bahaya seperti dusta, menggunjing, mengadu domba, memaki, berdebat (demi mencari kemenangan), ikut campur urusan orang lain, menyakiti orang lain, menyingkap aib orang lain, dan lain-lain.

Bahaya lidah bisa disebabkan lantaran tabiat seseorang atau berasal dari tipuan setan. Orang yang terjebak dalam bahaya lidah jarang yang mampu menggunakan lidahnya untuk hal yang penting dan menahannya dari hal tak penting. Ini disebabkan sulitnya mengetahui kapan seseorang harus berbicara dan kapan harus diam.

Baca juga : Musuh Paling Keras

Oleh karena itu, diam jauh lebih utama. Di samping itu, diam membuat orang berwibawa dan memberinya waktu luang untuk merenung, beribadah, dan berzikir. Diam juga akan menghindarkan manusia dari dampak negatif bicara di dunia dan hisab atasnya di akhirat.

Allah Swt befirman: Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS. Qaf: 18)

Fidha Kasyani, Mengobati Penyakit Lisan

Baca juga : Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq

Akhlak

Eksistensi Ilmu Akhlak

Eksistensi Ilmu Akhlak

Ilmu akhlak, yang merupakan cabang dari al-Hikmah al-‘amaliyah, memandang dimensi lain dalam eksistensi manusia dan mengarahkannya pada masalah tempat kembali dalam gambaran Qurani yang paling indah.

Allah Swt befirman: Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. asy-Syams: 7-10)

Nafs adalah esensi hakiki bagi manusia. Kandungan hakikinya adalah yang menentukan perjalanan manusia menuju kebahagiaan dan kesempurnaan, yang menjelaskan tempat kembalikya pada masa datang dalam kesengsaraan dan kegagalan atau dalam kemenangan dan kenikmatan.  Selama seseorang bersifat materialis membatasi pandangan pada alam fisik dan hubungan materi atau mengarahkan pandangan padanya, dirinya menjadi manifestasi dari apa yang Allah Swt firmankan: … Sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Sayyid Abbas Nuruddin, Menerbitkan Cahaya Diri

Continue Reading

Akhlak

Musuh Paling Keras

Musuh Paling Keras

Musuh Paling Keras

Rasulullah saw bersabda, “Musuh paling keras bagimu adalah dirimu (nafsumu) yang berada di antara kedua tulang rusukmu.” (Mizan al-Hikmah, VI, hal. 95)

Karena diri manusia adalah musuh paling keras bagi manusia, maka manusia wajib menundukkannya. Jika dirinya (nafsunya) telah ditundukkan maka manusia dapat menjadikannya sebagai tunggangan untuk melakukan kebajikan, dan dapat mengerjakan segala kebajikan yang menjadi kewajiban dan meninggalkan segala keburukan yang wajib dihindarinya.

Baca juga : Sebab Keutamaan Diam

Allah Swt befirman: Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS asy-Syams: 7-10)

Manakala manusia telah menyucikan dirinya, dan menjadikannya berada di bawah perintah akalnya, maka ia akan mampu mempersiapkan lahan yang baik baginya untuk berbuat dan bertindak secara bijak dan lurus dalam semua medan kehidupan.

Khalil Musawi, Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda

Baca juga : Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq

Continue Reading

Kisah

Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq

Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq

Sifat Mulia Imam Ja’far Shadiq

Seorang lelaki menemui Imam Ja’far Shadiq as dan berkata, “Sepupu anda, si fulan, telah melontarkan berbagai kata-kata keji kepada anda.” Imam Ja’far Shadiq as kemudian memerintahkan pembantunya, “Ambilkan air untuk berwudu.” Kemudian beliau berwudu dan melaksanakan salat.

Perawi berkata, “Pasti Imam akan mengutuk sepupunya itu.” Setelah Imam Ja’far Shadiq as menunaikan salat dua rakaat, beliau berdoa, “Ya Allah, aku tidak bersalah, dan aku memaafkannya.” Kemurahan dan kedermawanan-Mu melebihi diriku, maafkanlah ia dan janganlah Engkau menyiksanya lantaran perbuatannya.”

Imam Ja’far Shadiq as senantiasa berdoa untuk orang yang telah melontarkan kata-kata keji kepada beliau. Perawi berkata, “Saya merasa kagum atas kelembutan hati beliau.”

Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan

Baca juga : Orang Bakhil

Continue Reading

Trending