Sejarah
Kedekatan Rakyat Syiah Lebanon dengan Pengungsi Palestina
Kedekatan Rakyat Syiah Lebanon dengan Pengungsi Palestina
Pada tahun 1970 terjadi peristiwa Black September yang memilukan. Dalam kejadian itu, lebih dari 15 ribu rakyat Palestina terbunuh di kemah-kemah pengungsian Yordania, dan lebih dari seribuan orang mengungsi ke Lebanon. Pasca rangkaian tragedi ini, kaum Syiah di Lebanon selatan, berkat wasiat Imam Musa Shadr, menyambut hangat para pengungsi Palestina dan mendirikan tempat tinggal bagi mereka seraya membangun pos-pos militer guna melanjutkan jihad melawan musuh bersama (yakni, zionis “israel”).
Dalam tempo singkat, para pengungsi Palestina merasa dirinya tinggal di negara sendiri dan hidup di tengah keluarganya. Kedekatan rakyat Lebanon dan Palestina di kawasan Lebanon selatan di bawah pimpinan Imam Musa Shadr makin menambah kekhawatiran “israel” serta sebagian organisasi dan faksi kanan maupun kiri, yang selama ini menjalin kerjasama sekaligus dikendalikan zionis “israel”.
Baca juga : Dimensi Gemilang Imam Ali Zainal Abidin
Karenanya, terjadilah serangan-serangan dari beberapa kelompok di sejumlah daerah yang ditujukan untuk melakukan perampokan dan pencurian. Ini merupakan awal fitnah baru yang mendera rakyat Lebanon. Ini merupakan awal fitnah baru yang mendera rakyat lebanon. Ini pula yang menyulut perang saudara yang menghancurkan segalanya dengan stempel agama, mazhab, dan nasionalisme.
Terdapat sejumlah target di balik perang saudara ini. Namun, tujuan utamanya adalah berikut:
- Memecah belah Lebanon, untuk kemudian membaginya dalam beberapa negara kecil, lemah, dan saling membunuh.
- Mencegah menguatnya gerakan perlawanan yang sedang mekar lantaran kian mengancam kepentingan sektarian mereka.
Untuk merealisasikan kedua tujuan ini, zionis “israel” dan beberapa faksi budak zionis berupaya mati-matian menyebarkan fitnah dan menyulut api peperangan.
Abdurrahim Abadzari, Musa Shadr: Jejak Pemikiran & Perjuangan
Baca juga : Pidato Imam Ali Zainal Abidin