Opini
Karbala di Gaza
Karbala di Gaza
Oleh Ust. M. Ilyas
Gaza, apa yang membuat para tetangga dan saudaramu diam dan ragu terhadap penderitaanmu? Di manakah rasa kebangsaan, keislaman, dan kemanusiaan mereka? Saat ini, Arab seakan menjadi warga Kufah di masa kekuasaan Yazid bin Muawiyah: pengecut dan tak berdaya melawan genosida Zionis-Amerika selama ini.
Gaza, dengan seratus ribu korban manusianya, puluhan ribu anak-anak dan wanita yang terbunuh, menjerit minta tolong siang dan malam: “Manakah keberanian Arab, rasa kebangsaan, dan persaudaraan seagama? Manakah HAM dan Hukum Internasional?” Gaza seakan bukan Arab, bukan muslim, atau bahkan manusia di bumi ini.
Oh Tuhan, tidakkah para tetangga dan saudaranya resah, dihantui oleh rasa gelisah sendiri karena telah gagal, terlibat, dan mendukung pembantaian dan pengusiran penduduk Palestina? Gaza menjadi mangsa terbuka bagi manusia-manusia buas. Berapa puluh ribu sudah yang terbunuh dan terluka, dari anak-anak hingga para wanita? Berapa puluh ribu sudah yang ditawan dan diusir dari tempat tinggalnya?
Baca juga : Hitam Karbala
Gaza, duka dan bencana hari ini. Para ibu kehilangan anak-anak mereka. Anak-anak kehilangan orang tua mereka. Orang-orang kehilangan keluarga mereka. Mereka telah mati kaku. Ramai suara jerit kesakitan yang terluka, suara tangis bocah yang berdarah, suara histeris keluarga para korban. Bangunan rumah, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, dan sarana-sarana umum telah runtuh, hancur, dan rata.
Genosida terjadi berulang-ulang di Gaza. Zionis mengulang sejarah pembantaian manusia. Bangsa Palestina kini menjalani Karbala yang nyata. Tragedi ini mengingatkan kita pada Karbala yang dialami cucu Nabi, al-Husain, beserta para putra dan sahabatnya, yang dibantai secara sadis dan keluarganya ditawan secara aniaya oleh Umawi pada hari Asyuro.
Namun, bangsa Palestina dengan intifada dan para pejuang mereka tak kenal takut mati, untuk menjadi pahlawan manusia, mengukir sejarah keharuman dan meraih kemuliaan yang abadi. Mereka berdiri di atas tanah sendiri, pantang menyerah walau Amerika dan dunia berpihak pada penjajah. Tekad bangsa yang terhormat ini adalah merdeka atau mati! Slogan Abu Abdillah, “haihat minnadz dzillah,” menggema di hati mereka.
Baca juga : Ruang Operasi Gabungan dan Gagalnya Proyek Israel Raya