Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Sugay: Biar Kaki Lumpuh, Saya Ogah Ngemis!

Sugay

Sugay Tak Mau MengemisBelantara kota Jakarta tak hanya berisi gedung-gedung tinggi, megah dan mewah dengan penghuninya yang berdasi rapi. Di tengah deru jantung Metropolitan ini, di tepi trotoar, di kemacetan perempatan-perempatan lampu merah, dan di sudut-sudut pasar masih banyak kita jumpai para pengemis meminta iba. Mengeksploitasi kondisi fisiknya yang lemah, cacat, atau bahkan cuma pura-pura cacat agar orang yang lewat terusik simpatinya. Namun hal ini tak berlaku untuk Sugay.

Lelaki asli Betawi ini lahir pada tahun 1975 dalam keadaan normal. Namun malang tak dapat ditolak, saat lelaki bernama asli Mustafa yang akrab dipanggil Sugay ini baru berumur satu tahun, ia ditabrak gerobak yang menyebabkan kakinya luka. Saat diperiksa ke dokter dan diberi suntikan, ternyata suntikan si dokter justru membuat ia terkena polio. Kakinya lumpuh sejak saat itu.

“Abis ditubruk ama gerobak, saya diperiksa dokter. Disuntik ama dokter tapi gak cocok, badan saya jadi panas dan saya kena polio,” tutur Sugay. “Sejak saat itu kaki kiri saya lumpuh.”

Saya Tak Mau Mengemis

Meski mengalami disabilitas karena kecerobohan dokter, Sugay mengaku tidak mau menuntut dokter yang menyebabkan kakinya lumpuh. Baginya semua ini sudah suratan takdir dan ia rela menerimanya. “Saya tidak mau menuntut. Kalau ini sudah takdir Gusti Allah ya saya terima,” ujar Sugay.

Meski terbatasi oleh disabilitas tubuhnya, Sugay sama sekali tak mau hidup dari belas kasih orang. Ia tak mau menjadi peminta-minta seperti banyak pengemis di Jakarta yang menggantungkan diri pada pemberian dermawan. Setelah sempat gagal berusaha saat warung kaki lima yang dijaganya bangkrut, Sugay memilih menjadi tukang parkir di sebuah apotek di daerah Ragunan, Kebagusan.

“Saya sih gak mau mengemis,” ujar Sugay. “Orang kayak gitu mah males. Maunya meminta. Mendingan bekerja begini. Mungkin mengemis itu hasilnya lebih banyak, tapi saya gak mau. Biar penghasilan seadanya, tapi kalau buat makan enak.”

Ditemani sepasang tongkat penyangga kruk dari besi yang membantunya menyeimbangkan tubuh, Sugay menjalankan aktivitasnya sebagai tukang parkir dari siang setelah Zuhur hingga pukul 11 malam. Awalnya Sugay mengaku kesulitan menjalankan profesinya ini, terlebih dengan kondisi tubuhnya. Namun seiring waktu, ia menjadi terbiasa.

“Dulu saya pake tongkat yang kayu, dari reng. Tapi patah, gak kuat nahan beban,” tutur Sugay yang kini sudah mengganti dua tongkat kruk penyangganya itu dengan kruk yang terbuat dari logam. “Ini bukan saya yang beli, ada temen saya yang ngasih,” terang Sugay.

Suka Duka Menjadi Tukang Parkir

Selain harus berjuang dengan keterbatasan fisiknya, Sugay menuturkan terkadang orang yang parkir motor di depan Apotek Priyanti ini, cuma memberinya uang Rp. 500,-. Bahkan pernah, tuturnya, orang yang parkir mobil pun hanya memberinya uang parkir Rp. 500,-

“Motor ngasih kadang cuma gopek. Bahkan mobil juga kadang ngasih gopek,” keluh lelaki yang hingga kini belum menemukan jodohnya ini. “Bahkan pernah ada bule parkir mobil cuma ngasih segitu. Kalo cuma ngasih gopek ya aku bilang kalo gak punya ambil aja,” ujar Sugay.

Meski ada pengunjung yang kadang memberinya uang tak seberapa, Sugay mengakui terkadang juga ada dermawan yang memberinya uang lebih. “Ya ada juga yang baik. Kadang-kadang ada yang ngasih goceng. Ya Alhamduulillah lah,” ujar Sugay

Meski dengan segala keterbatasan dan hasil yang tak menentu, Sugay mengaku ia bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya ini. Ia sama sekali tak menunjukkan kekecewaan dan bersyukur dengan keadaannya.

“Bapak pernah nyuruh saya ganti kaki palsu. Tapi saya gak mau, soalnya Allah yang nyiptain,” ujar Sugay. “Bagi saya ini rejeki saya. Bagi saya rejeki besar kecil saya syukuri. Biar mau bagaimana, yang penting saya bersyukur.”

Hingga hari ini Sugay masih menjadi tukang parkir di sebuah apotek yang sepi. Tapi ia tak mengeluh. Ia tetap tak mau menghinakan dirinya menjadi pengemis jalanan. Ia justru tetap bersyukur atas semua yang diberikan Tuhan kepadanya ini. (Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *