Kalam Islam
Menjaga Jiwa
Menjaga Jiwa
Dalam diri manusia tertanam potensi kebahagiaan dan kesengsaraan. Barangsiapa menjaga jiwanya dari bisikan hawa nafsu dan berbagai godaan, maka ia telah mempermudah langkahnya menuju jalan kesempurnaan dan akan menemukan kebenaran dan hakikat. Saat itu, cahaya kebenaran akan menerangi setiap sisi manusia, menghadirkan kebahagiaan dan menyucikan jiwa dan raga dari debu-debu dosa dan kotoran. Kebenaran akan memusnahkan rasa iri, dengki, dan seluruh penyakit jiwa dan moral dari masyarakat. Manusia yang haus kebenaran tidak akan pernah merasa puas kecuali setelah mengenal dirinya dan melangkah di jalan yang benar.
Manusia yang mengabaikan sifat-sifat batinnya akan terseret ke dalam lembah kesesatan, sebab polusi dan gangguan jiwa dan batin sangat merusak diri manusia. Oleh karena itu, kebahagiaan manusia tidak mungkin terwujud tanpa kesehatan dan kesucian jiwa dan keseimbangan potensi-potensi jiwa. Hawa nafsu berupa ketamakan, amarah, iri dan seluruh kecenderungan-kecenderungan negatif lain harus dibenahi.
Baca juga : Tumpuan Agama Islam yang Abadi
Imam Ali as dalam sebuah untaian kata yang indah berkata, “Wahai manusia, penawar penyakit pada dirimu ada dalam dirimu sendiri. Engkau tidak melihat penawar itu. Rasa sakitmu juga berasal dari dirimu sendiri tapi engkau tidak menyadarinya. Engkau ibarat buku alam semesta dan jika engkau menyelami dirimu dengan teliti, maka sebagian besar hakikat akan nampak. Apakah engkau mengira bahwa dirimu hanya sebuah benda kecil di alam semesta, padahal dalam dirimu terdapat sebuah alam besar.”
Manusia perlu mengenal hakikat eksistensi dirinya dan berjalan pada jalur yang benar hingga bisa sampai pada tujuan penciptaan, yaitu ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt.
Allah Swt befirman: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Melihat tujuan penciptaan yang dipaparkan al-Quran, Imam Zainal Abidin as menilai hak jiwa manusia yang paling besar adalah mematuhi dan menghambakan diri kepada Allah Swt dan tujuan luhur ini tidak boleh dilupakan begitu saja, terlebih badai kehidupan sekarang membuat manusia lalai untuk memikirkan tujuan penciptaan.
Irib Indonesia, Risalah Huquq Imam Sajjad
Baca juga : Al-Quran: Pegangan Utama Persatuan