Akhlak
Akibat-akibat Amarah
Akibat-akibat Amarah
Keadaan psikologis yang dapat menggiring sifat manusia dari keadaannya yang wajar ke arah penyelewengan adalah sifat marah. Ketika amarah menguasai serta melingkupi diri manusia, maka ia akan mengambil bentuk sifat yang angkuh atau sombong serta menyingkirkan segala hambatan yang dapat mencegahnya mempengaruhi kehendak manusia. Karena itu ia dapat menghasut manusia agar mencelakakan lawan-lawannya tanpa pertimbangan sama sekali.
Selubung amarah juga membutakan pikiran dan mengubah jiwa manusia menjadi buas tanpa menghiraukan kenyataan. Hal itu juga mendorong diri manusia untuk melakukan segala kejahatan yang mengandung berbagai akibat fatal dalam kehidupan. Namun, ketika ia menyadari kesalahan-kesalahan tersebut, terutama tatkala menghadapi akibat yang tak diinginkan, maka ia baru merasa sedih dan cemas.
Baca juga : Tantangan Utama Rasulullah
Sifat jahat hanya menyebabkan penderitaan, karena pada akhirnya ia tidak dapat menyelamatkan jiwa dan mengubah perbuatan-perbuatan yang rendah menjadi kemarahan hingga sesuai pertimbangan akal dan hati nurani, menyebabkan kepercayaannya hilang. Jika berbagai akibat pertimbangan akal muncul pada diri orang yang marah, maka gelombang penderitaan disertai rasa penyesalan yang hebat akan menggerogoti hatinya. Bahkan tubuh pun mudah terserang penyakit akibat amarah tersebut, karena tubuh merupakan tempat kediaman bagi ketenangan dan kebahagiaan jiwa.
Memang benar bahwa kekuatan amarah dalam proporsi yang benar juga sangat diperlukan. Dalam proporsi tersebut amarah merupakan suatu unsur kekuatan dan unsur usia muda. Jenis amarah yang mengharuskan manusia melawan penindasan serta mempertahankan hak-haknya adalah salah satu sifat dasar kemanusiaan.
Pembalasan dendam yang berbaur dengan sifat amarah akan membuat hidup penuh dengan kesuraman. Jika kita bermaksud melawan kejahatan dengan kejahatan dalam setiap kejadian, serta membalas dendam dengan penghinaan yang tidak sopan, maka berarti kita telah menghabiskan sebagian hidup ini dalam perdebatan dan persengketaan. Selain itu kita akan kehilangan kekuatan dan melemahkan sifat rendah hati.
Sayyid Mujtaba Musavi Lari, Psikologi Islam
Baca juga : Imam Ali Ridha dan Momen Neisyabur