Kalam Islam
Mengendalikan Tabiat, Menghadirkan Fitrah
Mengendalikan Tabiat, Menghadirkan Fitrah
Manusia dapat dianggap berhasil melaksanakan tugas kehambaan bila telah mencapai iman yang merupakan kesempurnaan esoteris dan amal yang merupakan kesempurnaan eksoteris. Karena itulah, dalam al-Quran kata ‘iman’ (amanu, aminu) hampir selalu bergandengan dengan amal (amalu, amilu). Menurut para ahli kalam dan filsafat Islam, iman adalah kombinasi antara pengetahuan rasional yang meniscayakan penerimaan dan pengetahuan sukmawi yang membuahkan cinta (al-wila’).
Baca juga : Tempat Berlindung dan Kekuatan Mutlak
Seseorang yang telah membumihanguskan sentra-sentra keburukan spiritual atau berhasil pula membangun sentra-sentra kebaikan spiritual dalam ranah jiwanya, berpeluang untuk mendapatkan pengetahuan sukmawi. Realitas abstrak dan transenden (al-haqiqah al mujarrad al-muta’aliyah) merupakan realitas termulia dan hanya bisa ditangkap dan dimasuki oleh jiwa yang telah dibebaskan dari belenggu kematiannya.
Tuhan hanya dapat dirasakan kehadiran-Nya oleh orang yang memiliki pengetahuan sukmawi, sedangkan orang yang hanya mengandalkan dan berbekal pengetahuan rasional hanya dapat menangkap tanda-tanda dan konsep-konsep tentang keberadaan Tuhan. Dengan kata lain, dengan pengetahuan rasional, seseorang dapat mengenal dan memahami konsep ketuhanan dan agama, sedangkan dengan pengetahuan sukmawi seseorang dapat merasakan hakikat Tuhan dan merasakan kehadiran dan penampakan-Nya.
Dr. Muhsin Labib
Muhyiddin Hairi Shirazi, Tirai Ego dan Fitnah
Baca juga : Siapa Pemimpin Dunia dan Akhirat?