Ikuti Kami Di Medsos

Akhlak

Mencintai Imam Ali Menurut aI-Quran

Mencintai Imam Ali Menurut aI-Quran

Mencintai Imam Ali Menurut aI-Quran

Pengaruh cinta dengan sendirinya membuktikan bahwa mencintai yang suci adalah alat perbaikan dan penyucian jiwa. Lantas, apakah Islam dan al-Quran telah menentukan seseorang yang layak kita cintai? Ketika membahas tindakan para nabi sebelumnya, al-Quran menunjukkan bahwa seluruh nabi menyatakan, “Kami tidak meminta upah dari manusia, upah kami hanya dari Tuhan.” Meskipun begitu, kepada Nabi terakhir, Allah Swt berfirman: Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali cinta bagi keluarga(ku).” (QS. asy-Syura: 23)

Baca juga : Tebusan Pertama

Pertanyaan muncul, mengapa seluruh nabi tidak meminta upah, sementara nabi paling mulia ini meminta “upah” dalam bentuk kasih sayang kepada keluarga dekatnya sebagai imbalan atas risalahnya? Al-Quran memberikan jawaban tegas: Katakanlah (Muhammad), “Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Imbalanku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Saba’: 47)

Dengan kata lain, apa yang aku minta sebagai upah sebenarnya adalah untuk kepentingan kalian, bukan untuk diriku sendiri. Kasih sayang ini menjadi ikatan penting demi penyempurnaan dan perbaikan diri kalian. Makna “keluarga” di sini jelas merujuk kepada Imam Ali bin Abi Thalib as.

Syahid Muthahhari, Karakter Agung Ali bin Abi Thalib

Baca juga : Kesabaran, Hidupnya Agama