Kalam Islam
Menyucikan Jiwa
Menyucikan Jiwa
Ketahuilah bahwa untuk menyucikan jiwa dari sifat-sifat yang rendah dan tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat indah dan terpuji, terdapat beberapa hal urgen yang perlu dilakukan.
Pertama: Senantiasa mempertahankan serta mengaplikasikan diri dengan amalan-amalan yang merupakan pengaruh dari sifat-sifat terpuji, dan mau tidak mau memacu jiwa pada aktivitas-aktivitas yang melahirkan sifat yang merupakan tuntutan pendidikannya serta senantiasa menjaganya.
Kedua: Senantiasa melakukan permenungan terhadap kondisi dan memberikan perhatian terhadap amalan serta aktivitas diri. Di setiap amalan yang hendak dilakukan, terlebih dahulu harus direnungkan sehingga tidak terjadi kontradiksi dengan keharusan melakukan kebaikan, dan tidak lalai dari keadaan dirinya dalam segala kondisi. Bahkan setiap hari dan malam hendaknya membuka buku amalannya serta melakukan perhitungan dari kepala hingga kakinya dan meneliti serta mengamati apa yang telah ia lakukan. Apabila merupakan suatu amalan baik dan terpuji, hendaklah bersyukur. Dan apabila merupakan amalan yang berada dalam keburukan, hendaknya bertaubat serta melakukan kontemplasi tentangnya.
Baca juga : Ibadah dan Perjalanan Ruhani
Ketiga: Menghindarkan hal-hal yang membuat semakin bangkitnya potensi syahwat atau kemarahan, misalnya: menghindarkan mata, telinga, dan hati dari melihat, mendengar dan membayangkan segala sesuatu yang dapat membangkitkan syahwat dan amarahnya. Berusahalah semakin banyak menjaga hati dari khayalan terhadapnya.
Keempat: Jangan tertipu dengan nafsu sendiri, dan sama sekali janganlah menganggap apa yang dilakukan itu benar, dan berusahalah semakin banyak mencari aib dan cacat diri, serta berusaha dengan pandangan yang cermat untuk mencari keburukan diri yang tersembunyi. Ketika berhadapan dengan sesuatu darinya, maka berusahalah untuk menghilangkannya.
Kelima: Menganggap penting menghindarkan diri dari percakapan-percakapan yang buruk serta jahat. Dan menganggap bahwa menjauhkan diri dari teman sebangku yang berakhlak buruk adalah suatu kewajiban. Sebaliknya, hendaklah senantiasa melakukan percakapan dengan orang-orang berakhlak terpuji serta para petinggi agama, karena majelis serta percakapan dengan setiap orang akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dirinya. Sebagaimana karakter seorang pencuri yang senantiasa mengambil secara paksa apa saja yang ia lihat dari orang lain.
Syaikh Abbas Qummy, 50 Pelajaran Ahlak untuk Kehidupan
Baca juga : Membebaskan Bumi Palestina dari Zionis