Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Lawan Narasi Radikalisme di Media Sosial, BNPT Gandeng Berbagai Pihak

Lawan Narasi Radikalisme di Media Sosial, BNPT Gandeng Berbagai Pihak

Lawan Narasi Radikalisme di Media Sosial, BNPT Gandeng Berbagai Pihak

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melawan masifnya narasi radikalisme di media sosial. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi lone wolf (pelaku teroris beraksi sendiri).

“Melakukan kolaborasi dengan kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan platform media sosial untuk mengawasi, mendeteksi dan menghapus konten media sosial,” kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid, Sabtu (29/7) dilansir Medcom.id.

Bentuk keseriusan BNPT menangani masalah ini terlihat dari deks khusus yang dibuat lembaga ini untuk mengawasi, memonitor, dan menganalisa konten-konten intoleran, radikal, ekstrem, dan terorisme.

“BNPT juga mempunyai desk dalam melakukan kontra narasi di website maupun media sosial yang selalu rutin menyebarkan konten-konten perdamaian,” ujar jenderal polisi bintang satu itu.

Baca juga : DPW ABI SULBAR Kutuk Keras Kelompok Intoleran Di Polman

Dalam rangka melawan radikalisme daring ini, BNPT mengandeng kominfo dan mitra-mitra dari generasi muda melek IT. Mereka disebut tergabung dalam Duta Damai Dunia Maya yang selalu menyebarkan kontra narasi di dunia maya.

“Inilah gugus tugas yang dibentuk untuk membentengi dan mengajak generasi muda agar tidak mudah terpapar paham radikalisme dan terorisme di media sosial,” ujarnya.

Tak hanya itu, BNPT juga melibatkan kemitraan dengan influencer, pemuka agama, dan civil society dalam kampanye literasi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris.

Menghadapi persoalan ini, menurut Nurwakhid dibutuhkan kolaborasi lintas sektoral dan partisipasi masyarakat. Hal itu perlu dipertimbangkan dalam mengawasi dan melaporkan konten radikal dan terlibat dalam upaya menyebarkan konten perdamaian.

Baca juga : Indonesia Kecam Penistaan al-Quran di Eropa

“Kesadaran harus dimulai dari dalam diri, terutama dari ruang keluarga. Budayakan masyarakat untuk selalu tabayun jangan asal menelan mentah apa yang didapatkan di media sosial,” sebutnya.

Nurwakhid mengingatkan, bahwa pengaruh media sosial dalam menyebarkan paham radikal yang berujung melahirkan lone wolf sudah menjadi persoalan lama. Sebab, propaganda yang dilakukan kelompok terorisme beralih dari konvensional ke digital.

“Di masa pandemi, dengan terbatasnya kontak secara langsung, orang banyak menggunakan komunikasi dan interaksi secara online. Kelompok radikal terorisme juga semakin meningkat dan masif dalam menyebarkan propaganda dan ideologinya di masa pandemi,” katanya.

Berdasarkan hasil penelitian IK-Hub Outlook BNPT 2023, kelompok rentan seperti remaja, anak-anak, dan perempuan, menjadi sasaran utama kelompok radikal untuk direkrut. Penelitian serupa dari Setara Institute menunjukkan terjadinya peningkatan migrasi kategori radikalisasi di kalangan pelajar di lima kota selama 2016-2023.

Baca juga : Menteri Budi Arie: Kebocoran Data Dukcapil Tak Masuk Akal