Berita
Lawan ISIS, Cabut dari Akarnya!
Tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah menjadi bukti bahwa paham dan gerakan radikalisme agama jika dibiarkan sangat mengancam kemanusiaan dan keutuhan suatu bangsa. Libya hancur lebur, Suriah porak-poranda, dan kini Irak pun dikacaukan oleh gerakan radikal teroris internasional yang mengusung bendera ISIS.
Di seluruh penjuru dunia, juga di Indonesia sendiri, gerakan-gerakan radikal ini kini sangat diwaspadai dan dilarang karena ancaman bahayanya yang nyata.
Romo Michael Purnomo, salah seorang kawan dekat Gus Dur yang juga salah satu pendiri Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) saat menghadiri Halal Bihalal dan HUT ICRP XIV dengan tema “Memahami dan Menyikapi Fundamentalisme Agama-Agama” di kantor ICRP Cempaka Putih, Jakarta, Kamis (21/8) menyebutkan bahwa ancaman ini sangat nyata.
“Baru kemarin 16 Agustus saat kami ada acara kunjungan ke masjid besar Surabaya, utusan dari Kapolda, BIN, dan Intel menghimbau supaya acara dibatalkan,” ungkapnya. “Kami, beserta rombongan diancam akan diserang ISIS. Sasarannya masjid akan diserang dengan bom bunuh diri. Akhirnya kami batalkan demi keamanan.”
Riilnya ancaman gerakan radikal di Indonesia ini menurut Ketua Umum ICRP, Musdah Mulia, memang harus ditindak tegas. Tetapi tak cukup hanya dengan main tangkap pelaku terorisnya belaka. Harus dicabut dari akarnya, berupa pendidikan.
“Sebetulnya radikalisme itu tumbuh karena pelajaran agama di sekolah yang tidak mengedepankan critical thinking, agama mana pun,” tegas Musdah yang melihat radikalisme dan ekstrimisme ini bermuara pada kelompok-kelompok yang anti berpikir kritis dalam beragama. “Itu terlihat pada pendidikan agama kita dari tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi,” ungkapnya.
“Jadi tangkap sana tangkap sini itu tidak efektif. Hari ini mungkin ISIS, besok apalagi.
Solusinya bagaimana kita secara sadar membangun pendidikan agama yang kritis,” ujar Musdah. “Ini adalah PR bersama Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan juga kita semua.”
Harus Komprehensif
Senada dengan itu, Syafiq Hasyim, cendikiawan Muslim yang diundang sebagai salah satu pembicara dalam acara ini menyebutkan bahwa menanggulangi radikalisme dan ekstrimisme agama ini harus komprehensif.
“Begini, penyebab utamanya banyak, sangat kompleks. Jangan dilihat dari satu latar saja. Tapi harus dilihat dari berbagai sudut, iedologically, politically, economically, culturally, semua harus dilihat,” ujar Syafiq. “Semuanya saling berkaitan, jangan kita terjebak dalam totalisasi nilai, karena itu justru mengerdilkan masalah,” ujar Syafiq.
Di sinilah, menurut Musdah, Pancasila dan konstitusi harus ditegakkan. “Menurut saya kita harus tegas berpijak pada prinsip bangsa kita yang plural dengan Pancasila dan Konstitusi. Itulah landasan kuat untuk menolak pemikiran-pemikiran radikal dan fundamental yang tidak rasional seperti ISIS,” pungkas Musdah. (Muhammad/Yudhi)