Berita
Ada ‘Benci’ Di Balik Buku Anak-Anak Revolusi
Setelah beberapaa waktu lalu buku “Anak-Anak Revolusi” karya Budiman Sudjatamiko diterbitkan, Rabu (20/8) lalu sang penulis menyempatkan diri di tengah-tengah kesibukannya selaku anggota DPR RI untuk mendiskusikan tentang buku tersebut dalam acara bedah buku di Gramedia, Matraman Jakarta.
Budiman Sudjatmiko, pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada jaman Orde Baru ini terkenal sebagai aktivis penentang pemerintahan pada jaman itu. Dalam buku “Anak-Anak Revolusi” bagian 1 dan 2 yang ditulisnya dia juga berkisah tentang kondisi yang ia alami sebagai orang yang hidup di jaman pemerintahan yang terkenal otoriter itu.
“Jika Tuhan memberiku pilihan, ke masa mana aku dapat memilih untuk kembali, maka aku akan memilih ke masa anak-anak,” kata Budiman, menceritakan awal mula judul buku itu diambil. Masa anak-anak menurutnya masa yang paling menyenangkan karena bisa banyak bermain dan sebagainya, namun di masa-masa itu juga ia harus menyaksikan kejamnya kehidupan di sekelilingnya. “Banyak orang bunuh diri, banyak juga yang dibunuh, dan itu membuat informasi di kepala saya penuh,” ia menceritakan.
Dari situlah ia mulai geram melihat situasi di sekelilingnya, dan itu juga yang membuat ia kemudian hari menjadi seorang aktivis yang “benci” dengan pemerintahan Orde Baru. Di buku “Anak-Anak Revolusi” itulah ia tuangkan apa yang dialaminya.
Masa Orde Baru sudah selesai, kini berada dalam situasi dan jaman yang berbeda. Hal itu jugalah yang membuatnya berfikir bahwa ia harus memberikan jawaban yang berbeda atas situasi saat ini. Dan buku tersebut, menurut Budiman merupakan sebuah rekonstruksi atas jawaban-jawaban yang dicari. Langkah yang diambil melalui buku tersebut adalah untuk menjelaskan hal-hal rumit menjadi mudah, dan menjelaskan hal-hal rasional dengan cara emosional.
“Kalau dulu adalah mempertahankan idealisme, sekarang mencoba untuk merealisasikannya, melalui perjuangan dari dalam, salah satunya memperjuangkan undang-undang desa, dan sebagainya,” tambah Budiman.
Sementara itu, Maman Suherman, pembicara lain mencoba menggambarkan pandangannya tentang buku tersebut. “Jika kita mencapai kebosanan yang sangat tinggi, maka revolusi akan terjadi,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, alasan-alasannya juga membenci Orde Baru, tertuang dalam buku itu.
Kelebihan buku “Anak-Anak Revolusi” itu menurutnya, salah satunya adalah karena diceritakan Budiman seperti novel, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. (Malik/Yudhi)