Opini
FIFA Menerapkan Standar Ganda, Indonesia Gagal Sebagai Tuan Rumah U-20, Sukses Sebagai Pelopor Kemerdekaan
FIFA Menerapkan Standar Ganda, Indonesia Gagal Sebagai Tuan Rumah U-20, Sukses Sebagai Pelopor Kemerdekaan
Oleh: Habib Zahir Bin Yahya, Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI)
Akhirnya asosiasi sepakbola dunia FIFA pekan ini membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20 2023 yang rencananya digelar pada Mei – Juni mendatang. Padahal untuk itu pemerintah sudah banyak mengeluarkan biaya yang terbilang besar. Di antaranya untuk merenovasi sejumlah stadion sepak bola yang recananya akan digunakan untuk bertanding.
Pembatalan sepihak FIFA ini tentu saja sangat mengecewakan dan membuat geram rakyat Indonesia. Apalagi alasan yang disebutkan dalam surat keputusan pembatalannya terlihat sumir dan dibuat-buat. Sama sekali tidak disebutkan penolakan bangsa Indonesia terhadap rencana kehadiran tim sepak bola zionis “Israel”. Padahal penolakan itu berpijak pada amanat konstitusi yang menentang segala bentuk penjajahan dan okupasi, yang sampai kini dipraktikkan zionis “Israel” sejak 1948 di Palestina.
Padahal di tempat lain, FIFA dengan enteng menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dengan melarangnya ikut pertandingan internasional lantaran, “menginvasi” Ukraina. Namun sikap yang sama justru tidak diterapkan pada “Israel”. FIFA juga tak pernah berencana mencoret “Israel” dari keanggotaan FIFA. Rangkaian fakta ini membuka mata dunia bahwa FIFA menerapkan standar ganda.
Perlakuan standar ganda dan semena-mena FIFA itu jelas-jelas merugikan banyak pihak di Tanah Air. Khususnya komunitas sepak bola Indonesia, mulai dari pemain, pelatih, penggemar, hingga para pemangku kepentingan olah raga di negeri ini. Karena itu, selayaknya Indonesia tidak tinggal diam. Seluruh elemen masyarakat harus kompak dan terus memperjuangkan hak-haknya melalui berbagai cara yang memungkinkan di forum-forum internasional.
Bersamaan dengannya, Indonesia seyogianya sudah tidak lagi terlalu terobsesi dan menggantungkan kemajuan sepak bola dan olah raga nasional pada lembaga dunia yang berlaku abai dan tidak menghargai kedaulatan dan kekhasan-kekhasannya itu. Ini sebagaimana yang pernah ditunjukkan para pendiri dan pemimpin bangsa Indonesia yang besar di masa lalu.
Baca juga : Pemenang Piala Dunia Qatar 2022 adalah Palestina!
Tentu selaku bagian dari masyarakat pendukung kedaulatan dan Konstitusi Negara, kita sangat menghargai sikap berbagai entitas berupa individu, ormas hingga partai politik yang tegas dan tegar menyuarakan aspirasi dan hati nurani rakyat Indonesia, khususnya dalam menolak normalisasi hubungan dengan entitas penjajah zionis di semua lini dan sektor hubungan, meliputi seni, budaya, olah raga, ekonomi, dan politik.
Selain itu, kita juga harus berbangga dengan sikap dan usaha Pemerintah Indonesia sekaitan dengan peristiwa ini. Sebagaimana kita saksikan bersama, pemerintah telah dengan begitu sabar dan telaten menyerap aspirasi seluruh anggota masyarakat dan secara lugas menyampaikannya kepada pihak yang berwenang di ranah sepak bola dunia. Kendati hasilnya masih jauh dari ekspektasi, bahkan sangat mengecewakan dan terlihat tidak fair.
Toh bagi kita, menjaga dasar-dasar Pancasila dan menunaikan amanat Konstitusi adalah hal terpenting yang harus dikedepankan dalam menggariskan kebijakan politik Negara dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang olah raga dan lainnya. Justru karena penting dan asasi itulah, kita semua harus siap menanggung resikonya seberat apapun dan menerima kerugian sebesar apapun secara konsekuen dan konsisten demi membela kehormatan Pancasila dan UUD 1945.
Perlu pula digarisbawahi bersama bahwa dalam situasi timbulnya berbagai resiko akibat sikap konsekuen dan konsisten pada prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara seperti sekarang, tidak sepatutnya kita saling menyalahkan satu sama lain. Apalagi sampai terjebak dalam logika FIFA yang bertendensi agar Indonesia dipandang sebagai pihak yang bersalah. Padahal, Indonesia lah yang justru harus menanggung kerugian yang timbul dari pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Dalam kasus ini, tidak ada pihak Indonesia yang patut dipersalahkan melainkan lembaga FIFA itu sendiri yang sewenang-wenang melakukan pembatalan, serta enggan menerima opsi jalan tengah dan solusi untung-untung bagi semua pihak.
#Bangga_menjadi_bangsa_anti-penjajah
Baca juga : “SYIAH” ABI