Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Surat Terbuka Dari Muhaimin Putra Hamama

Muslim Syiah Sampang

Muhaimin putra Hamama yang syahid terbunuh saat Muslim Syiah Sampang diserang dua tahun lalu. Ia menulis surat pada pemerintah yang hingga kini tak memulangkan mereka ke kampung halaman yang dirindukan.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Muhaimin, saya merupakan putra Madura asli yang saat ini masih terusir dari kampung halaman sendiri. Saya adalah putra dari Muhammad Hasyim alias Pak Hamamah yang dibunuh dua tahun yang lalu oleh orang-orang yang mengaku beragama Islam. Mereka membunuh ayahku dengan mengatasnamakan agama. Tepat pada bulan inilah ayahku dianiaya, masih ingatkah kalian?

Saudara saudariku sebangsa setanah air, saya sengaja menulis tulisan ini karena saya ingin mengungkapkan dan mencurahkan isi hati saya dan keluarga saya yang saat ini bertepatan dengan hari-hari kesedihan kami (keluarga Hamamah). Semoga bermanfaat. Al­­hamdulillah kondisi keluarga saya saat ini dalam keadaan sehat wal afiat, semoga Allah (swt) selalu memberikan rahmat kesehatan jasmani dan rohani kepada kita semua.

Semenjak kami ditinggal oleh bapak kami Hamamah, kami marasa bersedih atas kepergiannya, karena kami merasa kehilangan seorang pemimpin dalam kehidupan kami, kami sangat mencintai beliau, dan tidak ada kata bagi seorang yang kami cintai kecuali kami mengatakan kepadanya selamat jalan dan semoga Allah Swt merahmatinya, dan semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menerima semua amal bajiknya.

Kami selalu bersedih karena kehilangan sosok pemimpin yang sangat bertanggung jawab dalam permasalahan-permasalahan keluarganya baik itu dalam mencari nafkah, membimbing kami, dll, Tetapi keluarga kami sudah bisa menerima dengan lapang dada atas apa yang Allah Swt kehendaki atas keluarga kami. Kami sekeluarga mengikhlaskan atau merelakan atas apa yang telah menimpa kepada beliau.

Semua yang telah terjadi pasti yang terbaik bagi Allah Swt dan pasti ada hikmahnya dibalik semua ini. Dan kami tidak menganggap kepada pelaku pembunuh bapak kami sebagi musuh, kami tetap manganggap saudara dunia sampai akhirat, dan tidak ada dari kami untuk menuntut balas kapada pelakunya,  karena beliau telah berwasiat kepada kami untuk tidak menuntut balas jika terjadi hal yang tidak di inginkan karena mereka melakukan tanpa pengetahuan, mereka berada dalam kebodohan.

Oleh karena itu orang yang telah mengatakan Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai Nabi-Nya maka itu adalah sudara bagi kami, maka disitulah ada hubungan untuk saling mencintai dan menyayangi, Tetapi yang sangat kami sayangkan dan sangat kami sesali adalah sikap dan tindakan pemerintah terhadap kasus ini, baik itu pemerintah pusat, provinsi maupun daerah, yang tidak berlaku adil terhadap kelompok minoritas yang tertindas.

Jika kami tadi mengatakan kami berduka atas kehilangan sosok pemimpin dalam keluarga, maka kami lebih sangat berduka terhadap hilangnya jiwa kepemimpinan dalam negara ini, karena pemerintah tidak bisa berlaku adil terhadap kelompok minoritas yang tertindas. Wahai Negara, kenapa kalian semua diam ketika ada seorang wanita yang dijandakan, anak-anak diyatimkan, dan nyawa yang melayang dan rumah-rumah dibakar habis-habisan?

Ini adalah salah satu bukti bahwa pemerintah kalah terhadap segelintir orang yang ingin merusak Negara kita dengan melakukan tindakan kriminal dengan permasahan hal yang sepele. Masalah perbedaan  dalam agama itu adalah sebuah rahmat, dan kalau kita kembalikan kepada hukum kenegaraan kita memiliki hukum UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, ini semua adalah landasan untuk saling menghargai satu sama sama lain apalagi dalam sebuah agama, kita di ajari dalam sebuah agama itu saling toleransi.

Kami hanya selalu bisa berharap terhadap kebijakan pemerintah, agar segera bisa menyelesaikan permasalahan ini, ini bukan masalah kaum minoritas saja, tapi ini masalah Negara yang harus segera diselesaikan, karena jika tidak maka jangan harap kesatuan NKRI ini akan utuh.

Kami semua merindukan kampung halaman kami dan berharap agar kami semua bisa pulang secepatnya, kami ingin memperingati haul bapak kami di kampung kami sendiri, karena sudah dua kali kami memperingatinya di pengungsian, kami ingin hidup damai disana bersama dengan saudara-saudara kami disana.

Sekian dari saya dan terima kasih, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia khususnya saudara kita di Madura keseluruhannya dan khususnya Sampang, saya dan sekeluarga mangucapkan minal aizin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Muhaimin

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *