Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Pakar Hidrologi: Indonesia Harus Memiliki Roadmap Bencana Hidrometeorologi

Pakar Hidrologi: Indonesia Harus Memiliki Roadmap Bencana Hidrometeorologi

Pakar Hidrologi: Indonesia Harus Memiliki Roadmap Bencana Hidrometeorologi

Guru Besar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Universitas Padjadjaran Prof. Chay Asdak, Ph.D. mengatakan, Indonesia harus merumuskan dan memiliki roadmap untuk menghadapi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, erosi-sedimentasi, dan longsor, utamanya yang mengancam ribuan pulau kecil di seluruh Indonesia.

“Bencana yang mengancam pulau-pulau kecil biasanya kekeringan di musim kemarau panjang atau longsor. Apalagi belum lama ini terjadi longsor di Kabupaten Natuna hingga ada korban meninggal. Jadi, saya kira ini bukan lagi persoalan kecil,” kata Prof. Chay dalam diskusi media bersama Sustainitiate di Jakarta, Senin (203), dilansir Antaranews.

Ia menambahkan, bahwa penyusunan roadmap tersebut harus dapat menjawab pemetaan bentuk kerentanan bencana dan pengaturan jalur komunikasi dengan pusat pemerintahan atau SAR terdekat.

Baca juga : Sepanjang Januari – Maret, Indonesia Dihantam 612 Bencana

“Kita punya banyak pulau kecil dengan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui rumusan roadmap yang ada, nantinya kita bisa buat klaster-klaster pulau dengan karakteristik tertentu dan dari situlah kita bisa memetakan tanpa harus menunggu terjadi bencana,” papar pakar hidrologi lulusan University of Edinburgh tersebut.

Hadirnya roadmap kebencanaan berbasis klaster-klaster menurutnya akan memberi gambaran atau spesifikasi terhadap pulau-pulau kecil tertentu.

“Memang tidak akan mungkin kita melakukan pemetaan terhadap seluruh pulau kecil yang ada di Indonesia karena jumlahnya banyak sekali. Tetapi menjadi penting melakukan pemetaan dalam bentuk klaster-klaster untuk pulaupulau kecil yang berpenghuni,” jelasnya.

Prof. Chay juga menekankan pentingnya pendekatan solusi berbasis alami atau Nature-Based Solution (NBS) dengan mempertimbangkan pemanfaatan lahan alamiah strategis, lanskap untuk upaya konservasi nilai, dan fungsi ekosistem.

“Ini adalah pendekatan paling murah yaitu kembali bagaimana ekosistem bisa bekerja. Kita juga harus mencari suatu sistem yang self-sustained dan self-generated dengan menciptakan faktor-faktor integratif yang realistis bagi masyarakat,” paparnya.

Baca juga : Bupati Cianjur: Cari Dana, Kelompok Teroris Manfaatkan Bencana Gempa