Internasional
44 tahun Revolusi Iran, Dubes: Hubungan Iran – Indonesia Bijak dan Rasional
44 tahun Revolusi Iran, Dubes: Hubungan Iran – Indonesia Bijak dan Rasional
Setelah 44 tahun Revolusi Republik Islam Iran, negara itu tetap mengusung slogan “tidak memihak kepada timur atau pun barat”. Itu juga bermakna independen terhadap dunia timur dan barat, dengan tetap menjaga hubungan yang rasional berdasarkan rasa hormat dan menahan diri untuk tidak mengisolasi diri dari pusat ekonomi, budaya, dan peradaban penting dunia.
“Iran berupaya menerapkan kebijakan ini,” ujar Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Dr. Mohammad Azad, pada acara peringatan 44 Tahun Kemenangan Revolusi Islam Iran di Jakarta (10/2).
“Pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran yang dipimpin oleh H.E Dr. Ebrahim Raisi, telah mengadopsi kebijakan luar negeri ‘seimbang, aktif, dan cerdas’ yang didasarkan pada tiga prinsip kebijaksanaan, martabat, dan kemanfaatan,” tambahnya.
Baca juga : Kelompok Sahabat al-Aqsa lnisiatifkan “Cinta Aqsa”
Jika ditilik, kebijakan Iran itu sejalan dengan kebijakan luar negeri Republik Indonesia yang mengusung kebijakan (luar negeri) “bebas aktif”. Dari sini, kata Dubes Azad, terlihat pendekatan hubungan dua negara yang bijak dan rasional.
Indonesia sebagai salah satu negara gerakan nonblok dengan politik bebas aktifnya, selalu berusaha menempuh politik bebas aktif dalam hubungannya dengan pandangan multilateralis dan mandiri terhadap dunia timur dan barat. Demikian juga, Indonesia hadir secara aktif untuk memiliki andil dalam menyelesaikan masalah di berbagai wilayah di dunia.
“Hubungan antara dua bangsa Iran dan Indonesia dalam berbagai area, dengan saling menghormati, bebas dari kolonialisme, dan dengan berbagi nilai-nilai komersial, politik, dan budaya, telah membawa peningkatan pertumbuhan dan perkembangan kedua masyarakat ini; Iran di Asia Barat dan Indonesia di Asia Timur,” tutur Azad.
Baca juga : Rezim AS dan UE Ancaman Utama Perdamaian Dunia
Ia menuturkan bahwa hubungan kontemporer antara kedua negara semakin erat dalam berbagai bidang kerja sama selama 44 tahun sejak terbentuknya Republik Islam Iran. Salah satunya, pertukaran delegasi politik pada semua level dan bahkan selama Covid-19 dalam bentuk pertemuan virtual termasuk pertemuan komite konsultasi politik, kerja sama HAM, pertukaran pengalaman dan pemberdayaan perempuan dan pemuda, dan pertemuan-pertemuan antara para intelektual dan think tank pemerintah dan swasta.
Dari segi budaya, menurut Azad terdaapt program pertukaran kultural kedua negara. Kerja sama institusi-institusi Indonesia termasuk perpustakaan nasional kedua negara dan penyelenggaraan festival-festival budaya dan juga webinar online dengan berbagai topik seperti milenium peradaban dan budaya Iran dan Indonesia, serta banyak lagi lainnya.
Baca juga : Rezim Ilegal Zionis Siap Mengebom Bantuan Iran ke Suriah
Sementara, wacana “islam rahmatan lil alamin” yang diusung umat Islam Indonesia yang berorientasi pada keadilan, bersama dengan Islam Nusantara termanifestasi dalam entitas wacana “Islam Wasatiyah”, menurut Azad sedikit banyak telah menjalin kesepahaman dan kerja sama dalam upaya memerangi radikalisme dan ekstremisme di kalangan intelektual dan ulama kedua negara, yang merupakan faktor penting dalam keseluruhan budaya.
Dalam bidang global, bagi Azad, kedua negara telah saling mendukung dalam berbagai forum internasional dan isu HAM, yang telah digunakan sebagai instrumen politik, atau dalam isu JCPOA atau kesepakatan nuklir dan memaksakan tuntutan beberapa negara tertentu.
“Kedua negara telah saling mendukung dari posisi komitmen nonblok,” tandasnya.
Baca juga : Jihad Islam: Iran Pendukung Utama Perlawanan Palestina