Nasional
BNPT Perkenalkan Instrumen Deteksi Paham Radikal di Kementerian
BNPT Perkenalkan Instrumen Deteksi Paham Radikal di Kementerian
Guna mencegah para pegawai di kementerian dan lembaga terpapar radikalisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan menggunakan instrumen khusus.
“BNPT RI sebagai koordinator penanggulangan terorisme akan menerapkan instrumen khusus yang bernama ‘Apsifor Instrumen Kebangsaan’ (Apik),” kata Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar, Rabu (5/10), dilansir Antaranews.
Boy mengatakan BNPT RI secara resmi memeprkenalkan Apik, sebagai instrumen untuk mengukur kerentanan individu terhadap paham radikal ekstremisme.
Dengan menggunakan instrumen ini, maka tingkat keterapapran seorang calon pegawai atau pegawai dari paham radikalisme dapat diketahui. Tidak hanya digunakan dalam perekrutan calon pegawai tetapi, instrumen ini juga akan digunakan pada pegawai lama yang akan menduduki jabatan baru.
Baca juga : BEM PTNU Se-Nusantara Tolak Timnas “Israel” ke Indonesia
Apik nantinya dioperasionalkan oleh BNPT dengan asistensi Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor). Apsifor membuat instrumen Apik menggunakan kaidah keilmuan psikologi. Dengan demikian, Apik BNPT akan memiliki akuntabilitas untuk pemetaan individu.
Boy menegaskan bahwa alat ukur Apik diperlukan untuk sinergi dengan kementerian dan lembaga saat melakukan perekrutan pegawai baru, atau penilaian pegawai lama yang akan menempati suatu jabatan.
“Kita banyak menerima permohonan instansi-instansi WARTA untuk BUMI melakukan pengukuran tingkat keterpaparan radikal terorisme calon pegawai baru atau pejabat yang akan menduduki posisi strategis,” katanya.
Dengan adanya alat pengukuran tersebut, Boy berharap data terkait tingkat keterpaparan seseorang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
Sementara itu, Ketua Umum Apsifor Reni Kusumowardhani menyebutkan Apik menggunakan empat indikator. Pertama, sikap intoleran dalam berkeyakinan. Kedua, sikap kurang rasa tanggung jawab, memaksakan keyakinan pada orang lain, dan terakhir berpikiran sempit dalam berkeyakinan.
“Alat ukur ini juga dapat mengidentifikasi risiko paparan radikalisme dan risiko bertindak secara ekstrem dari individu,” ujarnya.
Baca juga : Wagub Jabar Tolak Timnas U-20 “Israel” ke Indonesia