Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Kampiun Kemanusiaan, Prof. Azyumardi Azra Berpulang dalam Damai

Kampiun Kemanusiaan, Prof. Azyumardi Azra Berpulang dalam Damai

Kampiun Kemanusiaan, Prof. Azyumardi Azra Berpulang dalam Damai

Oleh: Dr. M. Labib

Namanya terbilang unik: Azyumardi Azra. Konon, itu satu ciri dari kebanyakan orang besar. Lebih unik lagi adalah nama sapaan akrabnya, Prof. Azyu.

Lahir pada 4 Maret 1955, Prof. Azyu termasuk figur akademis yang cukup menonjol sejak muda. Riwayat hidup intelektualnya juga cemerlang. Hingga akhirnya, Prof. Azyu tampil sebagai satu dari sederet tokoh nasional yang ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia, terutama sebagai sosok intelektual dan akademisi keislaman kontemporer.

Keunikan lain Prof. Azyu terlihat dari moralitas intelektualnya. Berbeda dengan rata-rata cendekiawan dan “cendekiawan rata-rata” serta para ilmuwan dan kolega guru besarnya di Tanah Air, ia cenderung lebih egaliter alias tak jaim, selalu rendah hati alias suka menghargai siapapun, dan super toleran sehingga berani pasang badan menantang gelombang intoleransi hingga takfirisme. Jelas, sosok cendekiawan seperti ini sudah sangat langka di nusantara.

Moralitas ini menjadikan Prof. Azyu sebagai sosok yang tak lagi mempedulikan resiko dan taruhan dari pilihan beraninya, entah itu karir akademik atau posisi terhormatnya di tengah khalayak. Keberanian inilah yang membuat namanya terukir jelas pada monumen kebangsaan dan kenegaraan sebagai kampiun sejati kehidupan sosial yang toleran. Ia tak kenal lelah dan tak pandang bulu dalam memperjuangkan keadilan serta kesetaraan humaniter, baik dalam konteks kemusliman, kemanusiaan, maupun keindonesiaan, dengan mengedepankan pikiran yang bernas, ide yang cerdas, dan sikap yang tegas.

Ucapannya juga kerap sulit diantisipasi. “Anda jangan minder mengaku sebagai Muslim Syiah,” tegasnya saat memimpin sidang promosi doktor seorang mahasiswa muslim bermazhab Syiah di Aula Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Tadinya, si mahasiswa berpikir, itu hanya motivasi normatif. Tapi, kata-kata selanjutnya membuat hadirin dalam sidang itu terkesima, “Perguruan tinggi justru bangga telah mencetak banyak cendekiawan dari aneka mazhab Islam,” katanya.

Belakangan, banyak tokoh dan institusi yang disanjung sebagai toleran justru tak memberi respon memadai. Bahkan sampai enggan membalas surat permintaan audiensi atau silaturahmi yang sangat dianjurkan Islam. Sikap itu tentu sangat tidak selaras dengan prinsip kebhinnekaan yang menjadi ciri hidup kebangsaan kita. Prof. Azyumardi Azra lalu berdiri melawan semua arus negatif itu. Dengan riang hati, ia memenuhi undangan seminar bertema kebangsaan dari suatu komunitas muslim yang kerap menjadi objek fitnah hingga kekerasan. Padahal saat itu, banyak cendekiawan yang justru “main aman” dengan menjaga jarak dari komunitas tersebut.

Tak hanya sampai di situ. Prof. Azyu juga membuka lebar-lebar lembaga nasional yang dipimpinnya, yaitu Dewan Pers, bagi semua pihak. Terbukti, beberapa waktu lalu, tanpa prosedur yang berbelit, doktor lulusan Columbia University yang menjabat Ketua Dewan Pers itu mengabulkan surat permohonan audiensi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ahlulbait Indonesia (ABI). Di hari kunjungan, Prof. Azyu secara tepat waktu menyambut kedatangan delegasi DPP ABI dengan penuh kehangatan dan berdialog dengan antusiasme yang tulus.

Sebagai seorang intelektual berpikiran terbuka, Prof. Azyu sejak awal mendedikasikan dirinya sebagai figur independen. Ia lebih memilih berafiliasi dengan nilai-nilai universal keislaman, kemanusiaan dan kencedekiaan. Impersonalitasnya paralel dengan personalitasnya. Sama-sama terbentuk dari pemihakannya pada hati nurani dan jiwa yang mandiri. Semua itu mencerminkan Prof. Azyu sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Hingga akhirnya pada 18 September 2022 kemarin di Malaysia, sang pemikir, akademisi, dan aktivis kemanusiaan besar ini berpulang dalam damai ke haribaan Ilahi yang Maha Hidup. Kepergiannya tentu saja menjadi kehilangan besar bagi bangsa Indonesia, bahkan bagi kemanusiaan di seluruh dunia. Sungguh, dada para pejuang kemanusiaan, khususnya di dunia Islam, terasa sesak. Kini mereka harus kehilangan suara kritis dan penuh nyali dari sosok Prof. Azyu yang mewariskan kecintaan yang tulus kepada bangsa dan negaranya yang majemuk ini.

Manakala sosok istimewa berpulang, ia akan membawa serta separuh jiwa orang-orang yang merasa kehilangan. Dalam suasana duka yang mendalam, segenap pimpinan, pengurus, serta anggota Ahlulbait Indonesia menyampaikan bela sungkawa yang mendalam terhadap Bangsa Indonesia dan umat Islam pada umumnya atas musibah ini.

Inna lillah wa inna ilaiihi raji’un.

Selamat Jalan Prof. Azyu….

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *